1

909 78 2
                                    

Sohyun tidak tahu apa yang telah membangunkannya- suara berderak- derak pelan atau nyala api kekuningan yang terang.
Ia duduk tegak di tempat tidur dan terbelalak menatap api yang mengelilinginya.
Api berkobar- kobar di seberang meja rias. Kertas pelapis dinding yang terbakar mengerut lalu luluh. Pintu lemari pakaian nya sudah habis terbakar, dan ia bisa melihat api menjalar dari rak ke rak.
Bahkan cermin pun terbakar. Sohyun bisa melihat bayangannya, tampak gelap di balik dinding api yang berkobar-kobar.
Api dengan cepat menyambar seluruh isi kamar. Sohyun mulai tercekik asap yang tebal dan bau. Tidak ada lagi kesempatan untuk menjerit. Tapi ia tetap menjerit juga.
































































**********

Lega rasanya mengetahui itu semua cuma mimpi.

Sohyun duduk tegak di tempat tidur, jantungnya berdebar-debar, mulutnya terasa kering. Tidak ada api yang berkobar-kobar. Tidak ada putaran warna kuning dan jingga yang melompat-lompat.
Tidak ada asap yang menyesakkan nafas. Semua itu cuma mimpi. Mimpi yang mengerikan.Begitu nyata.

Tapi cuma mimpi.

"Wow! Benar-benar mengerikan tadi," gumam sohyun sendiri. Ia merebahkan diri lagi dan menunggu detak jantung di dadanya kembali normal. Dipandangnya langit-langit yg putih.
Sohyun masih bisa mengingat langit-langit yang berwarna hitam dan terbakar, kertas pelapis dinding yang berkerut, api yang berkobar-kobar di depan cermin.
"Paling tidak mimpiku tidak membosankan!" Katanya sendiri. Sambil menendang selimutnya jauh-jauh, ia melirik jam mejanya. Baru pukul delapan lima belas.
Bagaimana bisa baru pukul delapan lima belas? Pikirannya. Rasanya aku sudah tidur lama sekali. Hari apa sekarang?

Sulit rasanya mengingat-ingat hari di musim panas ini. Setiap hari rasanya berlalu begitu saja.
Musim panas ini sangat sepi bagi sohyun. Sebagian besar teman-temanya pergi berlibur bersama keluarga atau berkemah.
Cuma sedikit yang bisa dilakukan remaja berusia 16 tahun di kota kecil seperti Daegu. Ia sering kali membaca dan menonton TV, berkeliling kota naik sepeda, mencari teman bermain.
Membosankan.
Tapi hari ini sohyun bangun dari tempat tidur sambil tersenyum.
Ia masih hidup!
Rumahnya tidak terbakar. Ia tidak tidak terjebak di dalam api yang berkobar-kobar.
Sohyun menggunakan celana pendek hijau menyala dan baju jingga cerah tanpa lengan. Orang tuanya selalu menggoda dan mengatakan ia buta warna.
"Sudahlah! apa salahnya aku menyukai warna-warna cerah?" Jawabnya selalu.
Warna-warna cerah. Seperti api disekeliling tempat tidurnya.

"Hei, mimpi - enyahlah!"gumam nya. Ia cepat-cepat menyisir rambut coklatnya yang panjang, lalu melewati ruang tengah, menuju dapur. Ia bisa mencium bau telur dan daging sedang digoreng.

"Selamat pagi, semuanya!" Teriak sohyun ceria.

Ia bahkan senang melihat hyunjin dan jeong in, saudara laki-lakinya yang kembar,yang berusia empat belas tahun.
Peganggu. Gangguan yang paling berisik di Daegu.
Mereka sedang bermain game online mereka. "Berapa kali aku mesti mengatakan pada kalian tidak boleh main game di saat duduk di ruang makan?" Teriak ny. Kim, berbalik dari kompor untuk memarahi mereka.

" sejuta kali," kata hyunjin.
Jeongin tertawa. Ia menganggap hyunjin lucu sekali. Mereka berdua menganggap diri mereka hebat.
Sohyun berjalan ke belakang ibunya dan memeluk pinggangnya erat-erat.
"Sohyun Hentikan!" Teriak ibunya. "Hampir saja aku menjatuhkan telur-telur Ini! "
"Sohyun Hentikan! Sohyun Hentikan! " kedua anak kembar itu menirukan ibunya.
Kedua anak itu tertawa makin keras.

"Hari ini mereka ingin melucu" kata sohyun sambil tersenyum.

" kapan mereka pernah serius?" Tanya ibunya kesal.

" yahh, hari ini aku sedang merasa baik sekali!" Kata sohyun, dipandangnya langit biru tak berawan di luar jendela.

Ibu menatapnya curiga " kok bisa?"
Sohyun mengangkat bahu. "Ya, begitulah." Ia tidak mau menceritakan mimpi buruknya pada mom, juga tentang perasaan betapa enak rasanya tetap hidup. "Dad mana?"
"Pagi-pagi tadi sudah berangkat kerja," kata ny.kim sambil membalikkan daging dengan garpu . "Ada orang yang tidak bisa berlibur terus selama musim panas," tambahnya. "Apa yang akan kaukerjakan hari ini, hyun?"
Sohyun membuka lemari es, mengeluarkan sekotak sari jeruk. "Kurasa, yah seperti biasanya. Luntang lantung. "
" aku turut prihatin musim panas ini sangat membosankan bagimu," kata ibunya, menarik nafas. " kami tidak punya cukup uang untuk mengirimmu mengikuti perkemahan. Mungkin musim panas yang akan datang"

"Tidak apa mom," jawab sohyun ceria. "Aku cukup bersenang-senang kok pada musing panas ini, sungguh." Ia berbalik menatap si kembar. "Menurut kalian bagaimana cerita hantu tadi malam?"

" tidak menakutkan" jawab hyunjin.
"Sama sekali tidak menakutkan. Cerita hantu-hantu mu sangat payah hyun" tambah Jeongin.

"kuliat kalian cukup ketakutan tadi malam" kata sohyun berkeras.

" kami berpura-pura" kata hyunjin.

Sohyun mengangkat kotak sari jeruk. "Mau?"
"Ada daging buah jeruknya?" Tanya hyunjin.
Sohyun berpura-pura membaca kotak itu. "Ya. Katanya 'seratus persen daging jeruk'."
"Aku benci daging buah!" Teriak hyunjin
"Aku juga!" Katanya Jeongin setuju, mukanya cemberut.

Sejak dulu mereka sering meributkan soal daging buah pada saat sarapan.

"Tak bisakah mom membeli sari jeruk tanpa daging buahnya?" Tanya Jeongin pada ibu mereka.

"Tak bisakah kau menyaringkannya untuk kami?". Tanya hyunjin pada sohyun.
"Bolehkah aku minum sari apel saja?" Tanya Jeongin.
"Aku tidak mau sari buah. Aku mau susu," kata hyunjin.

Biasanya setelah berdebat begini sohyun akan menjerit. Tapi hari hari ini ia tenang aja. "Segelas sari apel dan segelas susu akan segera terhidang" Katanya riang.

"Perasaanmu memang sedang baik pagi ini," komentar ibunya.

Sohyun menyerahkan sari apel pada Jeongin, dan Jeongin segera meminumnya.







































~~~
Mian kalo jelek soalnya ini karya pertamaku😆 so maaf kalo ada yg typo🙏.

Mohon bantuannya🙏

Terima kasih😙

Are You Human?✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang