9

128 31 6
                                    

karena udah lama gk up hari ini aku double up☺️

° Typo bertebaran

Happy reading

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Taehyung POV

Dia benar-benar aneh.

Aku mengulurkan sebelah tangan ku.

"Kau bisa berdiri? Ada yang sakit?"

"Ku—kurasa aku bisa berdiri."

Tapi aku tetap membantunya berdiri dengan menarik tangannya pelan-pelan.

"Kau yakin baik-baik saja? Kau terlihat lemas dan gelisah"

Dia menoleh padaku.

"Tae kau benar-benar tidak melihat orang?"

Aku menggeleng.

"Cuma kau. Aku cuma mengamati dari sebelah sana."

Aku menunjuk ke pinggir jalan.

"Tapi aku kira..." Suara Sohyun menghilang. Dan wajahnya berubah merah padam.

"Hey Sso kau demam? Wajahmu memerah"

"Kau bersepeda cepat sekali,"

Aku mengambil sepeda Sohyun.

"Dan ada banyak sekali bayang-bayang, dari semua pepohonan ini. Kau ketakutan. Jadi mungkin kau membayangkan ada seseorang berpakaian hitam."

"Mungkin"

Jawab Sohyun lemah.

Taehyung POV end

Author POV

Sebenarnya Sohyun tidak setuju dengan perkataan taehyung bahwa dia sedang menghayal...

Keesokan siangnya. Awan-awan putih bergerak menutupi matahari.

Sohyun berlari-lari menuju kotak surat. Terdengar suara Salakan anjing dari ujung blok.

Dibukanya tutup kotak surat dan cepat-cepat merogoh ke dalam.

Tangannya mengenai logam kosong.

Tidak ada surat. Tidak ada apa-apa.

Sambil menarik nafas kecewa, dibantingnya tutup kotak surat itu.

"Eunbi berjanji akan mengirim surat setiap hari. Ia sudah pergi berminggu-minggu, dan aku belum menerima apa-apa, kartu pos saja tidak."

Sohyun menggerutu sambil menghentakkan kakinya ke tanah.

"Menyebalkan"

Tidak satupun temannya menulis surat padanya.

Sambil berjalan lesu ke rumahnya, Sohyun memandang rumah taehyung sekilas.

Di kaca jendela besar ruang duduk terpantul bayangan awan-awan putih.

Sohyun ingin tahu apa taehyung ada di rumah. Sejak kemarin pagi setelah terjatuh dari sepeda, ia belum melihatnya lagi.

"Kegiatan mata-mataku tidak terlalu lancar."

Sebelum masuk kerumahnya, Sohyun melirik jendela depan rumah taehyung lagi.

"Aku akan menulis surat untuk eunbi lagi, aku harus menceritakan soal taehyung padanya, soal bayangan gelap menakutkan, juga hal-hal aneh yang terjadi akhir-akhir ini."

Ia mendengar kedua adik kembarnya sedang bertengkar keras meributkan video kartun apa yang akan diputar.

"Mom seharusnya menyuruh mereka bermain di luar saja."

Sohyun segera pergi ke kamar untuk mengambil kertas, Dan pena. Kamarnya terasa pengap. Ia tadi melempar setumpuk pakaian kotor ke atas meja. Jadi dia memutuskan menulis di surat di luar.

"Dibawah Pohon maple juga boleh, lagian disini sejuk." Ia duduk dibawah pohon maple besar ditengah-tengah halaman depan rumahnya.

Langit tersaput awan. Matahari berusaha tetap menampakkan sinarnya. Pohon yang rindang itu melindungi Sohyun.

Sohyun menguap.

"Mungkin nanti aku tidur siang saja, tapi sebelum itu aku harus menyelesaikan menulis surat untuk eunbi."

Sambil bersandar ke batang pohon yang keras, ia mulai menulis.

"Fyuhh.. selesai juga, aku harap eunbi segera membalasnya."

Sambil menguap keras, Sohyun menjatuhkan penanya ke tanah. Ia bersandar di batang pohon dan pelan-pelan dibacanya lagi suratnya.

"Apakah isinya terlalu gila untuk dikirim?" Pikir nya.

"Huh biarlah, Aku harus mengirimkannya."

"Aku harus menceritakan apa yang terjadi disini pada seseorang, terlalu aneh untuk ku simpan sendiri."

Matahari akhirnya berhasil menembus awan. Dedaunan di pohon di atas kepalanya membuat bayangan bergerak-gerak di atas surat di pangkuannya.

Sohyun menengadah memandang matahari yang bersinar cerah—dan tersentak, terkejut melihat seraut wajah sedang menatapnya.

"Taehyung—!"

"Hai Sohyun," katanya tenang.

Sohyun menyipitkan mata memandangnya. Seluruh tubuh taehyung tersaput sinar matahari. Ia kelihatan seperti berkilau-kilau terkena cahaya.

"Aku—aku tidak melihatmu," Sohyun tergagap.

"Aku tidak tau kau ada disini. Aku—"

"Berikan surat itu padaku, Sso," kata taehyung pelan tapi terdapat nada perintah. Diulurkannya tangannya.

"Huh? Apa kau bilang?"

"Berikan surat itu padaku," desak taehyung, lebih mantap. "Berikan padaku sekarang, Sohyun!"

"Tidak!" Sohyun memegang surat itu kuat-kuat dan menatap taehyung.

Taehyung membungkuk di atasnya, tangannya terulur.

"Surat itu. Berikan padaku!" Katanya.

"Tapi—kenapa?"

"Aku tak bisa membiarkan kau mengirimkannya," kata taehyung.

"Kenapa Tae? Ini kan suratku, kenapa aku harus memberikannya kepadamu? Dan kenapa juga aku tidak boleh mengirimkannya pada temanku?"

"Karena kau mengetahui keadaanku yang sebenarnya, dan aku tidak boleh membiarkan kau menceritakannya pada orang lain."

"Jadi aku benar," kata Sohyun pelan.

"Kau memang hantu."

Sohyun bergidik, ia merasa dingin.

Kapan kau meninggal, taehyung?
Mengapa kau ada disini? Untuk menghantui aku?
Apa yang akan kau lakukan padaku?

Banyak pertanyaan memenuhi pikiran Sohyun. Pertanyaan-pertanyaan yang menakutkan.


-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

Votenya dan koreksi di kolom komentarnya selalu aku tunggu dan terimakasih atas itu semua.



Jun. 4/20







Are You Human?✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang