SATU

35 6 0
                                    


Lee Daehwi menatap setumpuk majalah yang berserakan diatas meja dengan malas. Artikel itu baru terbit tadi pagi dan sekarang sudah menjadi headline news hampir diseluruh majalah terkenal Korea.

"Dasar wartawan sampah, bisa-bisanya menulis hal yang tidak masuk akal seperti ini!" umpat nya.

"Bagaimana?" tanya Manager Kim sambil tetap menatap layar ponselnya. Notifikasi pesan terus bermunculan dari tadi. Isinya sama, menanyakan kebenaran rumor tersebut.

"Bagaimana apanya? Kau tahu ini semua tidak masuk akal!" jawab Daehwi menatap salah satu majalah dan melemparnya kembali keatas meja.

"Tapi orang-orang percaya dengan hal yang tidak masuk akal" Managernya itu berkata dengan intonasi yang sedikit mencibir, membuat Daehwi berdecak sebal.

"Memangnya ada yang salah jika aku pergi menginap di apartemen Bae Jinyoung? Lagi pula kau tahu aku dan dia sudah berteman sejak lama" Daehwi mengusap wajahnya kasar, ia beranjak dari tempat duduknya menuju dapur. Ia membuka-tutup pintu lemari es dengan kencang lalu menghabiskan satu botol air mineral dalam hitungan detik.

"Tidak. Tidak ada yang salah dengan menginap di rumah teman. Yang salah adalah kenapa harus di apartemen Bae Jinyoung?"

Daehwi menatap managernya bingung. Maksudnya?

"Kenapa kau harus menginap dirumah seorang penyanyi yang sedang naik daun dan digilai oleh seluruh wanita di Korea? Kenapa harus Bae Jinyoung yang memiliki akgae diseluruh penjuru negeri?"

Daehwi tertawa. Ini gila. Benar-benar gila. "Jadi maksudmu ini semua salahku karena berteman dengan Bae Jinyoung?" ia menghela nafas. Mengalihkan pandangan pada koleksi foto yang dipajang memenuhi dinding ruang tengah tempat ia dan managernya duduk tadi. Foto-foto dirinya bersama Bae Jinyoung, juga Wanna One. Sebenarnya, ketika ia masih bersama Wanna One para akgae sudah menyerangnya. Mereka meminta dirinya untuk menjauh dari Bae Jinyoung dan bahkan ada yang menyuruhnya untuk mati. Ck, kalau saja mereka tahu sedekat apa dirinya dan Jinyoung di dorm. Terkadang ia juga merasa kasihan pada Jinyoung yang selalu meminta maaf saat mereka sedang beristirahat di kamar, Jinyoung selalu merasa bersalah karena harus bersikap dingin pada Daehwi didepan kamera. Padahal saat itu ia masih berusia 18 tahun dan harus menerima diskriminasi seperti itu. Benar-benar kejam!

"Jadi apa yang harus aku lakukan?" tanya Daehwi pada Manager Kim begitu ia kembali dari ingatan masa lalunya.

Manager Kim menatap Daehwi dari ruang tengah dan mengusap-usap dagunya. "Emmm... untuk manajemen sepertinya tidak ada. Aku bekerja di industri musik sudah lebih dari 20 tahun dan rumor seperti ini sudah sering kuhadapi, tapi bagaimana dengan Yuri?"

Ah benar, mengapa ia bisa lupa? Terlepas dari turunnya aset manajemen ada seorang gadis yang saat ini tengah terluka. Bagaimana perasaan Yuri saat tau jika pria yang dicintainya dibenci banyak orang?

"Aku akan pergi ke Daegu." Ucap Daehwi bergegas.

"Biar ku antar" Manager Kim pun beranjak dan membantu Daehwi mempersiapkan barang-barangnya.

"Tidak usah ini urusan pribadi.." jawabnya tegas seraya memakai jaket kulit yang sebelumnya diletakkan secara asal di atas sofa.

"Baiklah tapi pakai mobilku" Manager Kim melempar kunci mobil miliknya pada Daehwi yang sudah berdiri diambang pintu.

"Terimakasih.."

[WANNA SERIES] ^Lee Daehwi^ My Boyfriend is a Gay!Where stories live. Discover now