Matahari sedang bersinar dengan terik-terik nya diatas sana, namun sama sekali tidak membuat Hana ingin segera masuk ke dalam gedung yang ada di hadapan nya.
Tubuhnya kaku, entah kenapa sekarang dirinya merasa ragu untuk melangkah ke dalam, padahal tadi saat di rumah dia baik-baik saja dan telah meyakinkan dirinya bahwa jalan yang akan dia ambil adalah keputusan yang tepat.Namun dengan pergulatan batin yang cukup menyiksa, akhirnya Hana memaksakan dirinya untuk masuk, dan melanjutkan rencananya. Hana terus memantapkan langkah nya, hingga tibalah dia di depan counter yang di jaga seorang suster dan beberapa orang administrasi.
"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu ?" tanya seorang wanita dengan jas merah dan dasi pita di kerah kemejanya, dari name tag nya Hana bisa tahu namanya, Dina.
"Nama saya Hana, saya sudah buat janji tindakan dengan dr.Shinta siang ini" jawab Hana ragu.
"Sebentar, saya cek dulu ya, silahkan duduk, nanti saya akan panggil namanya" tambah wanita bernama Dina tadi.
Setelah menunggu sekitar 5 menit, nama Hana kembali di panggil, namun kali ini bukan wanita bernama Dina tadi yang memanggilnya. Hana menghampiri orang itu, dan entah kenapa detak jantung nya semakin tak beraturan.
"Nona Hana? Pasien dr.Shinta specialis obgin?" tanya seorang wanita dengan seragam dan topi putih nya yang menambahkan kesan profesional.
"Iya suster, saya sendiri" jawab Hana spontan.
"Nama saya Lisna, saya yang akan mengantar anda ke lantai enam, untuk menemui dr.Shinta yang sudah menunggu disana" tambah suster tadi, kemudian membawa Hana ke lantai enam serta mengarahkan nya pada ruang yang di tujukan. Jangan tanya keadaan Hana sekarang, dia sangat takut dan gemetar.
Suster bernama Lisna itu membuka sebuah pintu kaca yang di depan nya bertuliskan nama dr. Shinta Setya Ningrum, Sp.OG , dan meminta Hana untuk mengikuti nya. Dengan langkah beratnya, akhirnya Hana mengikuti suster itu masuk, tanpa menyadari ponsel nya bergetar beberapa kali di dalam tas kecil yang di bawanya.
Mata Hana langsung bertemu dengan seseorang yang sudah pernah ia temui sebelum nya saat memasuki ruangan itu. Cantik, begitulah hal pertama yang terlintas di benak Hana ketika pertama kali bertemu dengan dr.Shinta, dokter yang akan membantunya mengatasi masalah yang sedang ia hadapi.
Dokter Shinta yang tadi sedang duduk dan sibuk mengamati sesuatu di atas meja nya, langsung berdiri dan tersenyum hangat saat menyambut kedatangan Hana, seperti sebelumnya.
"Selamat siang dokter" sapa Hana lebih dulu, lalu tersenyum selebar-lebarnya guna menutupi kegugupannya.
"Selamat siang...bagaimana kabar mu?" tanya dokter itu kemudian.
"Baik dok" jawab Hana seadanya.
"Oke, kayak nya saya nggak perlu basa-basi lagi ya, saya langsung tanya sekali lagi ke kamu, kamu benar-benar yakin mau melakukan ini?" tanya dokter itu to the point.
"Iy--yya...dok" jawab Hana terbata, karena pertanyaan mendadak dari dokternya itu.
"Tapi jawaban kamu seperti tidak yakin?" balas sang dokter menggoda.
"Enggak kok dok, saya cuma gugup" balas Hana beralasan.
"Ingat, resiko nya sangat besar loh melakukan hal ini, saya juga kalau bukan karena mendengar cerita kamu, saya tidak akan mau melakukan ini, saya hanya mau membantu kamu" ucap dokter itu memperingati.
Hana menunduk, kembali teringat di benaknya ketika ia pertama kali mendatangi dr.Shinta, untuk memperjelas kecurigaannya. Ya, lima hari sebelumnya Hana memeriksakan dirinya ke dokter ketika curiga pada tubuhnya saat menunjukan ciri-ciri wanita yang sedang mengandung.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionDalam hubungan persahabatan antara laki-laki dan perempuan, tidak pernah sepenuh nya murni hanya menginginkan hubungan itu berakhir sebatas pertemanan. Pasti salah satu di antara mereka ada yg menyimpan perasaan lebih dari sekedar perasaan sayang p...