10 . Diculik.

4.3K 234 1
                                    

Vote sebelum baca

_______

Sebesarnya cinta seseorang, jika itu bertepuk sebelah tangan, maka jangan salahkan takdir. Karna itu soal perasaan, kenapa tumbuh ditempat tandus yang tidak mungkin membuatnya mekar.

Devin Alvino Sanjaya

_______


"Mikayla, saya pergi dulu. kamu jangan keluar rumah sebelum Devin datang. Kalo si Raza datang sebelum Devin, cepat-cepat telpon saya." Ucap Rendy yang sudah rapi dengan kemejanya. Karna hari ini ia ada jadwal acara keluarga, untuk itu ia terpaksa meninggalkan Key sendirian dirumah.

Key yang sedang sibuk nonton Televisi diruang tamu itu hanya mengangguk. Rendy menggelengkan kepalanya, entah mendengarkannya atau tidak yang jelas Rendy sudah memperingatinya.

"Mikayla, jangan lupa pesan saya, saya pulang sore, atau kemungkinan malam." Sambung Rendy lagi sebelum keluar dari pintu.

"Iya kang. hati-hati". Jawab Key, ia menatap Rendy dengan senyuman.

Rendy lega, ia pun keluar dari rumah meninggalkan Key sendirian. dalam hatinya ia hanya berharap Key akan tetap baik-baik saja.

Key pun kembali fokus pada kartun Doraemon kesukaannya, meski episode Doraemon itu sudah diulang ratusan kali namun Key tetap tidak bosan. Ditemani susu coklat hangatnya Key jadi merasa tambah nyaman, ia menyeruput minumannya dengan mata yang masih tertuju pada TV.

Tingnong~

Bel rumah berbunyi, siapa lagi kalo bukan Devin yang datang, Key berlari dengan antusias menuju pintu tanpa meletakkan gelasnya terlebih dahulu, ia sudah tidak sabar bertemu Devin. Prasasti kesayangannya, meski sampai sekarang Devin masih bersikap judes dengan Key, baginya ia tetap menyukai dan memperjuangkan pria itu.

Key membuka pintu tanpa memastikan apa benar-benar Devin yang datang.

"Morning pac--".

Perkataan Key terhenti, Matanya terbelalak. Sepuluh menit yang lalu Rendy meninggalkan pesan untuknya, dan ia tidak mendengarkan pesan itu.

Kakinya seketika gemetar, nafasnya tercekat. Dalam satu detik ia langsung merasakan takut yang luar biasa, dihadapannya sedang berdiri sosok pria yang ia takuti dengan jaket abu-abu serta topi yang sedikit menutup matanya.

Sosok yang dimata Key seperti hantu.

"Pak Ra-Raza.." Key berucap lirih dengn bibir bergetar. refleks ia menjatuhkan gelas yang ia pegang hingga pecah berkeping-keping dilantai, membiarkan rasa panas menerpa kakinya.

Raza menyeringai, ia menatap pecahan kaca yang berhamburan dilantai. Lalu kembali menatap Key yang begitu gemetar, Pria itu benar-benar serupa dengan psikopat. "Kenapa? kamu takut?"

"Ma-mau apa kesini?". Key meneguk ludahnya dengan susah payah, tangannya meremas hoodie kebesaran yang ia kenakan.

"Bawa kamu pergi dari sini." Raza mengulurkan tangannya, ia menatap Key dengan tatapan begitu tajam, sepasang bola mata yang seakan berkata ikut atau kamu mati.

Key tersenyum getir seraya menggeleng. "Ha-hari ini saya sibuk. Mau ada acara keluarga d-dirumah kang Rendy. Permisi." Key langsung masuk secepatnya  dan menutup pintu rumahnya.

Namun apa ini? kesialannya? sepatu putih Raza menghalangi pintu sehingga pintunya tidak bisa ditutup. Key semakin takut, keringat bercucuran menggenangi area wajah bahkan lehernya.

Butterfly (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang