28 . Ditilang.

2.9K 197 1
                                    

Vote sebelum baca yaa, teros comment sesudah baca. Jangan lupaaa :)) Selamat membacaaa, udah? Udah?

___________

Kamu harus menyukai orang lain. Untuk kemudian bahagia. Tanpa memikirkan orang jahat yang telah membuatmu harus menyukai orang lain.

Devin Alvino Sanjaya.

___________

"Key gak tau apa-apa?"

Jo bertanya pada Devin yang sejak tadi hanya diam, memandangi sebuah foto berbingkai indah, foto yang didalamnya terdapat dua orang yang sedang tersenyum.

Mikayla. Foto gadis itulah yang dipandangi Devin sejak satu jam yang lalu, entah bagaimana lagi ia harus melampiaskan kerinduannya. Karna rasa bersalahnya, Devin bahkan bukan hanya kehilangan Key, namun juga ingatan bagaimana senyum itu tercipta.

Devin tidak mengingat senyum Key, hanya karna satu hari penuh ini ia melihat Key menangis. Mungkin dengan inilah sedikit rasa rindunya bisa terobati. Meski tidak mengurangi sedikit pun kadar rindunya.

"WOY!" Jo melempar sepatu dan tempat mengenai kepala Devin.

Meski sedikit kaget, namun Devin tidak marah. Pria itu malah meresponnya seperti orang idiot. Melihat Key menangis sungguh membuat Devin turut kacau. "Maaf.. Key.."

"Astagaaa temen gue.. Lo ditanya malah kaya orang bego! Woy!" Jo jengah. Karna Devin tidak meresponnya sejak pria itu tiba-tiba datang kerumahnya dan merengek minta penginapan.

"Maaf Key.." Hanya itu yang Devin gumamkan, dengan pandangan kosong, menatap foto yang masih ditangannya.

"Gue bukan Key." Sinis Jo. "Lagian kenapa lo gak terus terang aja? Kalo lo---"

"Jo." Potong Devin, kepalanya memutar menatap temannya yang kini sedang duduk disofa kamar bernuansa putih abu-abu ini. "Lo gak akan ngerti kalo gak duduk diposisi gue."

"Dan lebih memilih nyakitin Key daripada terus terang dengan gadis polos kaya dia? Vin, Si Key itu anaknya polos banget. Dia bakal ngertiin lo, percaya aja."

"Sepolosnya dia, dia tetap aja anaknya pelakor itu. Gue benci dia, gue harus nyakitin dia, karna dia punya hati yang terlalu baik. Gue harus bikin dia sakit, sama seperti mamanya yang bikin bunda gue sakit, dulu."

"Lo benci ibunya. Bukan Key kan? Key gak tau apa-apa. Tapi lo jadiin dia korban setelah sebelumnya juga dia adalah seorang korban. Dia kaka kandung Ocha, kalo lo bisa nerima Ocha, kenapa lo gak bisa nerima dia?"

"Karna dia sama Ocha beda. Gue tau sendiri, Ocha susah sama gue, nangis sama gue, menderita sama gue. Sedangkan Key? Gue gak pernah tau, apa dia juga menderita? Atau dia ikut bersenang-senang sama ibunya dan papa gue? Gue gak pernah tau. Gue benci dia."

Jo terkekeh. "Heh bodoh. Lo tuh ketahuan banget sayangnya ke Key. Lo bukan benci sama dia, tapi lo berusaha benci. Lo boleh aja ngebohongin gue, tapi Jangan bohongin perasaan lo. Gue kenal lo sejak bantet."

"Tau. Mungkin gue harus terbiasa membenci dia. Biar rasa suka gue hilang."

"Kalo lo memulainya dengan cara baik-baik. Lo gak akan pernah bisa ngelupain dia saat lo mengakhirinya dengan cara yang gak baik-baik. Lo gak akan pernah bisa hilangin rasa suka lo ke dia."

"Sok tau."

"Emang. Gue cerdas. Lo sulit jatuh cinta, sekalinya cinta, lo bakal setengah mampus buat ngelupainnya."

"Kalo dulu gue bisa ngelupain Utami. Berarti gue juga bisa ngelupain Key."

"Iya kalo ada yang gantiin Key."

Butterfly (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang