35 . Sama Anjingnya!

2.9K 210 15
                                    

Halloooo!! 😘😘 Aku comeback setelah lama sekali tidak apdet cerita ini, mohon maaf karna kesibukanku gak bisa apdet cepet. Mungkin setelah ini bakal slow-update yaa..
Cuss, yang kangen sama Devin dan Mikayla langsung aja baca, tapi JANGAN LUPA KASIH BINTANG dulu! 😆

*********

Deru tangis orang tua Utami memekak nyaring seusai jenazah Utami dikuburkan, Seluruh orang yang tadi mengikuti jalannya pemakaman gadis muda itupun mulai meninggalkan tempat. Termasuk keluarga dan orang tua Utami.

Menyisakan Key dan Jo yang setia menunggu Key yang masih saja diam ditempatnya. Sedangkan Devin sudah beranjak pergi bersamaan dengan orang-orang.

Sakit memang, bahkan sangat sakit ketika seseorang yang disayang harus pergi untuk selama-lamanya. Tentu saja sulit untuk kedua orang tua Utami, Terlebih Utami adalah anak mereka satu-satunya.

"Key," Panggil Jo. "Gue anter pulang,"

Key yang masih berdiri menatap kearah makam Utami tak menjawab. Matanya merah sembab, merasa menyesal dan tentunya merasa bersalah.

"Key" Panggil Jo seraya menyentuh bahu kanan Key.

Key menyeka setetes air matanya yang meluncur bebas. "Ini gara-gara gue."

Jo menghela. "Enggak Key. Ini emang udah ditakdirkan. Usia Utami memang sudah habis,"

"Dia bisa hidup andai gue gak egois. Andai gue dengerin ancaman Raza. Andai gue turutin kemauan Raza."

"Lo gak salah, Jangan merasa bersalah. Gue yakin Utami pun gak nyalahin lo atas kejadian ini."

Key menarik napas dan menghembuskannya, ia berbalik dan berjalan dengan lemas. "Ayo pulang, gue harus terima Raza sebelum ada korban lagi,"

Jo mengernyit, ia menyusul Key dan memegangi lengan gadis yang nampak lesu dan lemah itu. "Jangan lakuin itu. Sama aja lo bunuh diri,"

"Lebih baik gue bunuh diri daripada puluhan orang dibunuh karna gue," Jawab Key tanpa pikir panjang.

"Gue gak akan biarin." Ucap Jo tegas.

Key tersenyum tipis, merasa miris dengan hal yang sedang menimpanya. "Gak akan ada yang bisa menghentikan gue,"

"Walau itu gue?" Sela seseorang dari belakang, suara yang begitu familiar ditelinga Key dan Jo. Mereka berdua pun lantas langsung berbalik untuk melihat apakah dugaan mereka benar.

Dan benar saja. Devin berdiri disana dengan kedua tangan masuk kedalam saku, setelah mengeluarkan satu kalimat pertanyaan.

Key menatap Devin datar, tidak ada ekspresi bahagia seperti biasa. Hanya ada ekspresi penyesalan yang begitu kentara disana. "Devin.." Lirih Key.

Refleks Jo melepaskan lengan Key, dan mundur untuk memberikan privasi pada Key dan Devin.

Devin berjalan santai mendekati Key. Tak sekacau Key, meski begitu sedih akan kepergian Utami, namun Devin bisa mengendalikan kesedihannya.

Ketika sampai dihadapan Key, pria itu menatap Key sebentar, hanya diam sampai suaranya memecah hening suasana sore dipemakaman.

"Jangan lakuin itu," Ucapnya datar.

Key balas menatapnya datar, tak seperti biasa. Key mengangkat sudut bibirnya, membentuk senyum yang menyiratkan arti negatif. "Punya hak apa berani ngelarang?"

Andai tak terkondisikan, mungkin Devin sudah tersentak mendengar Key bicara sedingin itu.

Belum sempat Devin menjawab, Key kembali bicara. "Bukannya ini mau lo? Setelah gue terima Raza, lo gak akan repot jagain gue lagi, gue gak akan ngerepotin lo lagi. Gak akan ngerepotin siapapun lagi,"

Butterfly (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang