Kelas bising sekali siang itu, panas, bau keringat karena anak lelaki yang berkeringat malah berkerumun di depan kipas.
Padahal, di depan ada guru. Guru fisika. Bu Nur namanya. Guru paling baik menurutku. Bagaimana tidak baik?pernah sekali waktu aku ketahuan bermain ponsel saat ia menjelaskan, tapi ia hanya menegur dengan suara yang sangat lembut. Katanya, "Della, jangan main handphone terus, nanti ibu sita nih." Sambil tersenyum.
Aku belum memperkenalkan diri ya?maaf, aku lupa. Karena terlalu bersemangat menulis tentang Senja. Sampai sampai, nama ku saja belum ku sebutkan.
Nama ku Dellamelia. Ada yang memanggil ku Della, ada juga Amel, dan ada juga Lia. Ah kalau Lia, aku merasa seperti mileanya dilan. Hehe.
Bu Nur mungkin kesal, tapi tidak mau banyak bicara, karena jam pelajaran memang tinggal beberapa menit lagi.
Aku sedang memainkan Handphone sambil duduk santai di bangku tempat aku duduk. Aku duduk di pojok dekat jendela di bangku nomor dua dari depan. Duduk sama Ayu. Tapi Ayu OSIS, jarang ada dikelas. Jadi, Sari sering menempati kursi Ayu. Dan sekarang, Sari lah yang duduk di bangku Ayu. Ayu ada, tetapi ia duduk di belakang pintu, karena colokan listrik adanya disana.
"Del, anter gua ke WC yu." Aku tau, itu bukan pertanyaan, itu ajakan. Mira memang seperti itu, terkadang suka memaksa.
Aku mengangguk, kemudian berdiri, tapi badan Sari yang gempal membuat jalanku susah karena terhimpit meja Mira dan bangku yang diduduki Sari.
"Sar!majuan dulu sih!gue mau lewat. Susah nih." Kata ku sambil mendorong dorong kursi Sari.
"Sabar apa!makanya punya pantat jangan gede gede!" Ia malah nyolot. Dasar Jawa!gerutuku waktu itu. (Maaf yang Jawa🙁gak maksud🙁)
Bukannya ngaca. Aku paling malas kalau sudah membahas pantat. Banyak yang bilang kalau aku jalan, pantatnya seperti sengaja di tonjolkan. Padahal aku jalan biasa saja. Katanya, pantat ku nyolot.
"Yeeee montok pantat gue mah." Balasku, kita memang sering begini, adu mulut.
"Buruan." Panggil Mira yang sudah di depan pintu.
"Bu, Della ke kamar mandi dulu ya." Pamitku pada Bu Nur.
"Iya, jangan lama lama ya Della."
Aku hanya mengangguk dan keluar dari kelas.
Sesampainya di kamar mandi, aku hanya membasahi kedua telapak tanganku selagi menunggu Mira. Kelas ku memang terlihat dari kamar mandi, jadi, kalau ada yang berdiri di depan kelas ku, pasti terlihat dari sini.
Ada seseorang yang mengenakan seragam berbeda dengan seragam sekolah ku. Warna batiknya cokelat. Kalau warna batik sekolahku kan biru.
Mira keluar, dan aku bertanya, "Mir?itu siapa?"
Mira menyipitkan matanya, berusaha melihat dengan jelas siapa orang itu, ia membelakangi kita. Ia menghadap pintu kelas. Salah, maksudku ia menghadap jendela, iya, ia berdiri tepat di depan jendela yang di duduki Glen.
"Kaga keliatan tolol!" Umpatnya, aku lupa. Mira matanya tidak normal, matanya minus dua dan dua setengah.
"Lagian bukan pake kaca mata."
Setelahnya kita kembali berjalan ke atas, saat sudah berada di kelas tkj 5, kelas yang bersebalahan dengan kelasku, Mira semakin mempertajam penglihatannya. "Ko seragamnya beda ya Mir?" Kata ku
"Itumah si Senja." Saut Mira
"Senja?" Entah kenapa, jantungku berdegup sangat kencang setelah tau kalau itu Senja.

KAMU SEDANG MEMBACA
SENJAKU
Teen FictionRank #401-senja Minggu, 7 April 2019 Rank #233-senja Kamis, 11 April 2019 Rank #175-senja Senin, 15 April 2019 Rank #101-senja Jumat, 03 Mei 2019 Untukmu, yang ku sebut Senja. Yang pernah hadir membuatku bahagia kemudian menorehkan luka. Mulai malam...