[Sembilan]

807 105 9
                                    

...

...

...

Jongin berpamitan kepada Kyungsoo untuk pergi ke toilet. Setelah ini, mereka akan pergi menonton film. Kyungsoo benar-benar tidak sabar menantikannya. Membayangkan dirinya akan menonton film romantis berdua dengan Jongin. Sungguh seperti impian yang menjadi kenyataan.

Ponselnya berdering karena ada pesan masuk. Kyungsoo membukanya dengan enggan. Setelah ini, ia akan mematikan ponsel itu, supaya acara menontonnya dengan Jongin tidak terganggu.

Ternyata, sebuah pesan dari Taeyong. Pemuda itu mengiriminya foto sebuah lukisan, beserta sederet makian. Tidak dihiraukannya makian panjang dari Taeyong, mata Kyungsoo membola takjub saat melihat foto yang dikirimkan teman kencan adiknya itu. Ia terlanjur merasa terpesona pada sosok dalam lukisan itu. Adik manisnya, Kim Doyoung. Benar-benar di luar dugaan.

Kyungsoo jadi senyum-senyum sendiri karena membayangkan wajah manis Doyoung dalam lukisan. Seandainya dia juga ada di sana saat itu, Doyoung dan Taeyong yang tengah bersama, pasti akan jadi objek fotonya yang paling berharga. Hah! Ia menjadi kesal sendiri karena melewatkan hal itu. Tapi, waktu bersama Jongin juga tidak bisa dilewatkan begitu saja.

Ponsel Kyungsoo kembali berdering tanda ada pesan masuk. Kali ini dari Jeno. Tidak seperti Taeyong, kata-kata Jeno lebih sopan. Pemuda itu mengadu kalau Renjun baru saja dibawa pergi oleh Mark. Kyungsoo membalas pesan itu untuk menenangkan Jeno. Ia kasihan juga dengan adik kelasnya itu. Kyungsoo  ingin memberi kesempatan pada Jeno, walaupun dia tahu kalau perasaan Renjun belum pada pemuda itu.

Jongin datang setelah Kyungsoo mematikan ponselnya. Pemuda itu juga membawa popcorn ditangannya. "Mau menonton film apa?" tanyanya pada Kyungsoo.

Gadis itu tersenyum penuh arti. "Film romantis, ya. Kau mau, kan?"

Jongin terkekeh mendengar pilihan Kyungsoo. Sebenarnya, dia tidak begitu menyukai genre itu. Tapi tidak apa-apa. Dia akan mengikuti pilihan Kyungsoo kali ini. "Baiklah," jawabnya.

...

...

...

Renjun digiring menuju lantai delapan, dimana kamar apartemen Mark berada. Karena melihat wajah tak bersahabat dari pemuda yang tengah menggenggam tangannya ini, Renjun jadi mengurungkan niat untuk bertanya mengapa Mark membawa dirinya ke apartemen pemuda itu.

Renjun sedang di buat kebingungan sekarang, karena Mark menghidangkannya setoples cookies dan satu gelas besar susu cokelat.

"Aku juga punya satu box cheese cake di dalam lemari es untuk kita makan di akhir nanti," kata Mark dengan senyum merekah.

"Semuanya untukku?" tanya Renjun.

Mark mengangguk. "Sebagai gantinya, kau akan membantuku untuk menyempurnakan semua lagu-laguku," katanya.

Renjun melongo bingung.

"Seperti biasa, kau cukup berdiri diam dengan keindahanmu, dan aku bisa mengalun dalam imajinasi musikku," tambahnya.

Satu senyuman terukir dari bibir Renjun. Dirinya selalu merasa tersanjung setiap Mark melakukan pemujaan seperti ini padanya. Ia juga akan merona parah ketika Mark menyenandungkan bait-bait penuh pemujaan itu untuknya. Ah, dia jadi bertanya-tanya mengapa dirinya tidak merasakan perasaan menakjubkan ini ketika dia sedang bersama Jeno hari ini.

I am a FujoshiWhere stories live. Discover now