part 8 - tegang

2.5K 130 1
                                    

Ruangan ini terkesan simple dengan dominan hitam putih yang terkesan netral bila diberi warna warna yang lain. Didepan pintu masuk jarak sekitar 5 langkah terdapat meja yang cukup ramai dengan berbagai macam kertas tak beraturan. Disebelah sisi kanannya terdapat figora foto yang menampilkan pria dan wanita paruh baya sedang tertawa lepas mengarah ke kamera, dari background fotonya sudah jelas bahwa foto ini diambil di pantai. Dan sudah jelas pula yang berada di dalam foto tersebut adalah orang tua Bintang. Disebelah sisi kirinya terdapat laptop yang sedang dicas dalam keadaan laptop mati dan ditutup.

Disinilah Freya. Ruang kerja Dosen yang memintanya untuk menghadap segera. Tetapi dari tadi orang yang sedang ditunggunya tak kunjung menunjukkan batang hidungnya sekalipun.

"Huhh.. mana sih, si bapak ini. Gak datang datang, ini kan sudah lewat 10 menit dari kelas dibubarkan. Masa sih dia lupa?" Sambil terus terusan dia memandangi jam tangan birunya. Duduk sendirian ditempat yang lama lama dingin juga bila dia merasakan.

Matanyapun sesekali terus mengedar di sekeliling ruangan ini. Dan pandangannya berhenti dan tertuju pada kalender kecil yang tepat berada di sebelah figora foto orang tuanya tersebut. Bukan! Bukan karena warna atau motif dari kalendernya yang dia perhatikan. Namun, sebuah lingkaran merah yang melingkar sempurna ditanggal yang menurut Freya adalah tanggal kesayangannya sekaligus tanggal yang dia ingin cepat cepat mengakhirinya.

Ya! Tanggal ulang tahun Freya dan hari akad pernikahannya dilaksanakan.

"Haaaahhh!!.." umpatan Freya.
Kali ini Freya menatap jengah kearah tanggalan tersebut. Matanya memutar mengalihkan kelain arah.

Dan yang bikin Freya jengah dua kali adalah dari keterangan tanggal tersebut dituliskan 'the wedding'. Kini kalender tersebut sudah berpindah tempat kearah genggaman jemari Freya.

Whaatttzzzz!!!
"Apa apaan cobak, segitukah dia ingin menikah? Segitukah dia berharap aku bakal jadi istrinya? Segitukah excited nya dia? Haaahh.. segitukah ..." belum sempat Freya melanjutkan ocehannya terdengar suara pintu terbuka. Dan muncullah sosok penghuni ruangan ini. Iya! Bintang muncul dengan gaya angkuhnya. Dan seketika membuat Freya melongo. Orang yang dia ocehkan tadi sudah muncul dan tiba tiba saja sudah menghampiri dan menghadap kearah Freya.

"Eehhmm.." deheman dari Bintang sukses membuat Freya bangun dari lamunannya dan membuanya menaruh sembarangan kalender diatas meja sambil berdiri memberi sedikit hormat kepada dosennya.

Meskipun Freya dongkol dengan orang ini, Freya tidak ingin menunjukkan sikap marahnya. Freya paham ini area kampus dan ruangan ini hanya dibatasi dengan dinding berlapis triplek tebal bukan dinding bata.

"Ass..as..assalamualaikum pak, maaf saya masuk duluan pak. Tadi saya berfikir ingin menunggu di luar saja. Tapi saya takut nanti saya tidak bertemu diluar dengan bapak karena kondisi diluar yang cukup ramai. Takutnya nanti saya malah kehilangan bapak. Jadi saya tunggu didalam. Maaf pak kalau saya lancang" ucapan Freya ini hanyalah sebagai pemanis mulut saja pastinya. Bukankah Freya sudah dongkol dengan orang ini?

Padangan dingin itu terus mengintimidasi Freya kali ini. Sepertinya ac diruangan ini ditambah lagi tingkat kedinginannya. Buktinya tangan Freya yang dingin sampai tidak merasakan kehangatan lagi.

'Duhh.. butuh kehangatan pliiss!!!' gumam Freya dalam hati.

Melihat tingkah Freya yang absurd ini. Rasanya ingin sekali Bintang tertawa. Namun, dia harus meneruskan ke-belagu-annya. Alhasil, dia hanya cukup tertawa didalam hatinya saja.

"Waalaikumsalam.. Duduk" perkataan singkat yang cukup membuat Freya agak tersentak. Namun, tidak sampai terlihat oleh Bintang.

"Hhmm.. ada perlu apa ya pak, bapak memanggil saya?" Freya mencoba bertanya dahulu agar terkesan sopan.

Yes You, Pak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang