tiga

224 64 5
                                    








Sesuai dengan janjinya, sore itu Seongwoo kembali ke rumah Kei untuk mengantar gadis itu ke rumah sakit melaksanakan pekerjaannya.

"Kamu ga cape apa kerja terus, istirahatnya cuma empat jam? Udah gitu kerjaan di rumah sakit pasti ga pernah santai."

Keduanya kini sudah berada di dalam mobil Seongwoo.

"Engga cape, aku malah seneng. Jadi dokter kan emang cita-cita aku. Lagian, di rumah sakit juga aku di kasih kesempatan buat tidur sebentar kok."

"Selama istirahat di rumah, kamu ngapain?"

"Tidur."

"Kamu ga berencana buat liburan gitu?"

"Kamu mau ngajak aku liburan? Kemana?" seru Kei antusias. "Nanti aku usahakan buat minta cuti beberapa hari."

Sebesar apa pun rasa suka Kei terhadap pekerjaannya itu, tetap saja dia tidak akan menolak jika diajak untuk berlibur. Apalagi yang ngajaknya Ong Seongwoo –sang pemilik agen travel.

Seongwoo terkekeh setelah menoleh sebentar, melihat ekspresi antusias Kei yang menggemaskan. Ah, Kei itu tidak pernah tidak menggemaskan bagi Seongwoo.

"Kok malah ketawa? Nanyanya cuma basa basi doang ya?" Kali ini Kei cemberut.

"Engga kok, emang aku mau ngajak kamu liburan."

"Yess! Kemana?" Raut wajah Kei kembali antusias.

"Nanti aku kasih pilihan destinasi tempatnya, kamu yang pilih. Tapi kayaknya kamu mesti minta cuti panjang deh. Paling bentar ya, seminggu."

"Lho? Kok lama banget? Dua hari juga cukup sih kayaknya."

"Mana cukup dua hari. Kan kita mau honeymoon, Kei sayaaang."

"Hemm.."

Di saat Seongwoo kembali membuat jantung Kei tak terkontrol, saat itu juga Kei berterima kasih banyak pada seseorang yang membuat ponselnya berdering. Kei pun segera menjawab panggilan tersebut.

"Halo, Hyun."

Jika panggilan itu sebuah keberuntungan dari Kei, maka tentu tidak bagi Seongwoo.

"Ini aku bentar lagi nyampe rumah sakit."

Panggilan yang Seongwoo yakini dari Minhyun itu jelas membuat dirinya kesal saat ini.

"Hah? Seriusan? Terus gimana?"

Bukan hanya karena Minhyun sudah mengganggu waktunya dengan Kei dan membuat gadis itu mengabaikannya.

Tapi karena Minhyun merupakan satu-satunya alasan bagi Seongwoo yang tak kunjung memberi kejelasan untuk hubungannya dengan Kei.

"Makasih yaa.." ucap Kei seraya turun dari mobil Seongwoo dengan ponsel yang masih di telinganya, tanpa sedikit pun menoleh pada Seongwoo.

Seongwoo mengusap wajahnya dengan kasar kemudian menghembuskan napasnya dan kembali melajukan mobilnya keluar dari area rumah sakit dengan perasaan kesal.

Memang benar Minhyun yang membantu Seongwoo untuk dekat dengan Kei. Tapi fakta bahwa persahabatan Kei dengan Minhyun selama hampir delapan tahun itu membuat Seongwoo jengah.

Karena Seongwoo merasa perlakuan Kei terhadap dirinya dan Minhyun itu tidak ada bedanya.

Seongwoo ragu jika harus membuat ikatan dengan Kei, karena pada akhirnya dia sendiri akan sakit hati melihat kedekatan Kei dan Minhyun.

Apalagi profesi Minhyun setara dengan Kei dan tentu disukai oleh gadis itu, semakin membuat Seongwoo ingin mundur. Sedangkan pekerjaan Seongwoo saat ini jelas jauh dari kriteria yang diinginkan Kei.

Alasan-alasan itu tentu hanya ada dalam benak Seongwoo, tanpa dia tahu bagaimana yang sebenarnya Kei rasakan.

Bahkan Seongwoo tidak tahu, setelah dia melajukan mobilnya, Kei berhenti di teras luas rumah sakit, memperhatikan pantulan dari mobil Seongwoo dari kaca besar lobi rumah sakit.

Saat itu Kei juga mengabaikan suara Minhyun di ponselnya.















Just Say It
heavenable | 2018

Just Say It ; osw-k.keiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang