lima

180 60 9
                                    










Seongwoo yang menunggu Kei di lobi rumah sakit pun tersenyum saat melihat Kei yang sedang berjalan ke arahnya sambil mengulas senyum kepada para perawat dan pasien-pasien yang dilewatinya.

Seongwoo merentangkan tangannya saat Kei sudah hampir dekat dengannya.

Tepat di depan Seongwoo, Kei mengadahkan kepalanya. "Ngapain?"

Senyum Seongwoo seketika hilang. "Kamu ga mau peluk aku gitu?"

Kei merotasikan bola matanya dengan malas, kemudian menarik salah satu tangan Seongwoo. "Cepetan ah, aku udah laper!" Dia membawa Seongwoo keluar dari rumah sakit.

"Bentar, Kei!" Seongwoo yang berjalan sedikit di belakang Kei, menghentikan langkahnya. Kei pun ikut berhenti dan menoleh pada Seongwoo.

"Mobil aku di parkir di sana," tunjuk Seongwoo ke arah parkiran yang berlawanan dengan arah langkah Kei.

"Ga usah pake mobil, kita jalan kaki aja. Tempat makannya deket kok!" Kei kembali berjalan dan menarik tangan Seongwoo.

Seongwoo pun menurut. Dia mensejajarkan langkahnya dengan langkah Kei.

Kei sempat tersentak saat Seongwoo menarik pelan genggamannya dan menggantinya dengan menautkan jari-jarinya pada jemari Kei.

Keduanya menyusuri jalan tanpa sedikit pun obrolan. Sesekali keduanya saling bertatap dan melemparkan senyum.

Angin musim panas malam itu menemani hati keduanya yang menghangat saat mereka mengeratkan genggamannya satu sama lain.





.






"Tumben banget kamu tadi nelpon duluan."

Seongwoo memulai percakapan setelah pelayan yang menuliskan menu pilihan mereka, meninggalkan keduanya.

"Gapapa sih. Aku hanya mau nebus kesalahan yang waktu itu. Waktu kamu dateng tiba-tiba ke rumah sakit, tapi akunya malah milih tidur. Sekalian, aku pengen minta tolong sama kamu."

"Itu bukan salah kamu, Kei. Itu salah aku yang ga bilang dulu mau dateng."

Keduanya menghentikan obrolan sejenak ketika makanan mereka datang.

"Kamu mau minta tolong apa?"

"Anterin aku ke tempat Minhyun." Pegangan Kei pada sendok dan garpunya mengerat, dia was-was menanti jawaban dari Seongwoo.

Sebenarnya yang Kei ucapkan itu bukan yang benar-benar ia inginkan, Kei hanya ingin tahu bagaimana reaksi dan jawaban Seongwoo. Kei ingin meyakinkan hatinya kalau Seongwoo memang memiliki rasa yang sama dengannya.

"Mau ngapain? Kamu ada tugas di sana?"

"Engga. Pengen ketemu aja sama Minhyun. Bisa?"

Kei menggigit bibir bagian dalamnya saat melihat Seongwoo yang menghembuskan napasnya dengan berat sebelum laki-laki itu menjawab pertanyaannya.

"Kei. Sebelum aku jawab, boleh aku minta tolong juga sama kamu?"

"Hm?" Kei menaikkan alisnya yang tertutup poni rambutnya.

"Aku minta tolong, selama sama aku, jangan ngobrolin Minhyun dulu. Bisa?"

Kedua sudut bibir Kei terangkat ke atas, kedua matanya membentuk lengkungan cantik, membuat Seongwoo cukup terkejut.

"Bisa!"

Seongwoo membulatkan matanya tak percaya dengan jawaban Kei.

"Sebenarnya aku juga ga mau bawa-bawa Minhyun saat kita lagi berdua. Tapi aku kesel kamunya malah biasa aja." Kei menundukkan kepalanya malu. "Apalagi tadi siang kamu diem aja waktu Minhyun telepon."

Seongwoo terkekeh kemudian mengangkat dagu Kei agar kembali menatapnya.

"Jadi, kamu mau aku cemburu nih?"

Kei semakin menunduk malu, apalagi Seongwoo tertawa menggodanya.

"Asal kamu tau. Tadi siang itu aku kesel banget, rasanya pengen lempar hp kamu."

Seongwoo sedikit meneguk minumannya.

"Tapi aku sadar, aku ga punya hak untuk itu. Aku bukan siapa-siapanya kamu."




















Just Say It
heavenable | 2018

Just Say It ; osw-k.keiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang