tujuh

186 59 11
                                    











"Gini deh, kamu pegang tangan kiri aku kalau kamu mau kita pacaran. Tapi kalau kamu maunya kita langsung nikah, pegang tangan kanan aku. Gimana?"

Seongwoo menaik turunkan alisnya, sambil tersenyum.

Kali ini Kei terkekeh melihat ekspresi Seongwoo, dia tidak lagi merasa kesal seperti sebelum-sebelumnya. Bagi Kei, saat ini Seongwoo terlihat sangat tampan sekaligus lucu.

Perlahan, Kei mengulurkan tangannya.

Seongwoo sudah berdebar menunggu jawaban dari Kei.

Sesaat kemudian, Seongwoo terkejut karena Kei menggenggam kedua tangannya sambil tersenyum.

Seongwoo melongo, mempertanyakan jawaban dari Kei.

"Aku mau kita sekarang pacaran sambil persiapan buat nikah, dan setelah itu aku juga maunya nikah rasa pacaran."

Apa-apaan ini? Apa ini efek dari Seongwoo yang terlalu sering membuat rona merah di pipi Kei?

Seongwoo tidak percaya, saat ini hatinya luar biasa tidak karuan karena ucapan Kei.

Beginikah perasaan Kei, setiap kali Seongwoo menggodanya?

"Lagi pula, aku butuh dua tangan kamu buat genggam tangan aku terus. Aku ga mau kalau salah satu genggaman kamu lepas dari tangan aku."

Double attack!

Rasanya Seongwoo sudah kehabisan kata-kata untuk membalas ucapan Kei dengan kata-kata yang lebih mendebarkan hati.

Yang bisa Seongwoo lakukan saat ini hanya mengulum senyum, menatap Kei yang terlihat berkali-kali lipat lebih cantik dan menggemaskan.

Seongwoo menggenggam erat tangan Kei, kemudian mencium kedua punggung tangan Kei.

Keduanya kini sudah melupakan makan malam yang masih tersisa.








.







Jangan tanyakan bagaimana kondisi Seongwoo sepulang dari makan malam bersama Kei. Karena sudah jelas, Seongwoo terlalu bahagia malam itu.

Seongwoo hanya bisa guling-guling di atas tempat tidurnya membayangkan kejadian beberapa waktu lalu.

Apalagi bayangan saat dia mengantar Kei kembali ke rumah sakit.

Saat Kei memeluknya dan bergumam bahwa Kei masih merindukan Seongwoo.

"Aku masih kangen sama kamu."

Seongwoo mengelus rambut Kei. "Kita udah ketemu dua kali lho hari ini."

"Iya, tapi kamunya malah banyak ngobrol sama Ibu dan Chaewon."

Tanpa ragu, Seongwoo mengecup puncak kepala Kei.

"Besok jemput aku lagi ya?" Kei sedikit memundurkan kepalanya tanpa melepaskan kedua tangannya yang melingkar di pinggang Seongwoo.

Seongwoo mengangguk sambil merapikan poni rambut Kei.

"Aku mau jalan-jalan berdua sama kamu."

Ah, rasanya malam itu Kei sudah membuat Seongwoo melayang setinggi-tingginya.

Belum lagi, baru saja Seongwoo menerima sebuah pesan yang jarang sekali Kei kirimkan untuknya.

Udah sampe?
Jangan tidur terlalu malam
Selamat istirahat, mimpi indah

Jarang sekali Kei mengirim pesan duluan, apalagi pesan yang berisi tentang kabarnya.

Seongwoo sudah tidak tahu lagi bagaimana perasaannya saat itu. Berulang kali Seongwoo memperhatikan pesan dari Kei, tanpa sedikit pun berniat untuk membalasnya.

Apa setelah itu Seongwoo bisa tidur nyenyak?

Tentu saja!

Malam itu Seongwoo akan tidur cepat dan nyenyak. Seongwoo juga jelas akan mimpi indah.

Besok Seongwoo harus bangun dalam kondisi badan yang segar agar siangnya tidak mengantuk. Kan mau jalan berdua sama Kei.

Sebelum bersiap untuk tidur, Seongwoo menyempatkan untuk membalas pesan Kei.

Aku baru aja nyampe rumah
Kamu yang semangat ya kerjanya, aku tidur sekarang
Selamat malam, sampe ketemu besok

Sekarang Seongwoo sudah berhak marah bukan jika Kei dekat dengan laki-laki lain? Karena Kei sekarang sudah menjadi milik Seongwoo.























Just Say It
heavenable | 2018

Just Say It ; osw-k.keiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang