stereotip/ste·re·o·tip/ /stéréotip/ (n) konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang subjektif dan tidak tepat.
Kita hidup di mana maraknya stereotipe masyarakat itu sendiri. Tidak tahu siapa yang memulai dan tidak ada yang ingin benar-benar mengakhiri. Kita hidup di mana dunia mampu mengatur kita baik secara langsung atau tidak langsung maupun keduanya. Di mana ketika diri mencoba bertingkah maka akan ada selalu celah untuk menjadikan cemoohan dari orang lain. Kita hidup di mana segala hal dapat dikomentari, baik sesuai maupun tidak. Inilah hidup kita.
Enjoy the story!
. . .
Dua puluh empat tahun. Baru lulus beberapa bulan, harus merasakan kembali menjadi pengangguran untuk waktu yang agak lama, sebelum dirinya mulai memasuki dunia kerja yang sesungguhnya. Hah, bahkan ketika kuliah dia sudah merasakan lelahnya bekerja bersama tugas kuliah yang tak henti-hentinya ingin menindasnya sampai dasar bumi. Sebentar lagi, dia akan menjadi bagian dari salah satu perusahaan kapitalis. Sarkasnya bahwa dia akan menjadi budak kapitalis di era milenium ini.
Jeon Jungkook pastinya memiliki pengalaman pekerjaan yang baik, nilai IPK yang di atas standar dan bla bla bla lainnya. Jadi saat ini dengan perasaan gugup setengah hidup dan antusias yang tidak bisa diutarakan, dirinya harus bersabar. Menunggu. Setelah lima belas menit berlalu dan dia masih menunggu di ruang tunggu seorang diri. Iya, anehnya hanya dia yang berada di sini.
"Selamat, Tuan. Ada diterima bekerja di sini dengsn posisi sebagai sekretaris CEO kami." Wanita mudah, cantik, bertubuh semapai dan harum semerbak. Mengatakan kalimatnya dengan lembut, penuh akan kesenangan yang menjanjikan begitu saja.
Oh, tentu saja. Jungkook dengan segera bangkit dari kursinya, menunduk sebagai tanda berterimakasih. Iya, dia sudah diterima untuk bekerja di suatu perusahaan, salah satu perusahaan properti yang baru beberapa tahun ini berdiri di Ibukota. Meski begitu, saham perusahaan ini sudah cukup menggurita ke mana-mana. Tidak heran, karena bangunan kantornya ini saja sudah setingkat dengan gedung-gedung mewah lainnya.
Malamnya dia habiskan untuk berpesta. Hanya pesta kecil-kecilan, sebagai pemberi selamat kepada dirinya sendiri. Jungkook menegak gelas kecil soju miliknya yang kesekian kali. Meremang akibat rasa khas dari minuman fermentasi yang rasanya unik dan memabukkan. Tubuhnya menghangat, sekali pun kepul asap keluar dari sela-sela bibirnya. Jungkook suka kebebasan seperti ini, tidak perlu repot takut pulang malam atau mengerjakan tugas yang biasa dia emban ketika kuliah dulu.
Malam yang indah, rembulan menggantung begitu saja di langit. Bersama bintang yang hanya terlihat beberapa titik, suara kendaraan sudah mulai tidak terdengar, hening bergeming bersama paduan suara dari serangga. Tapak-tapak kaki akan terdengar jelas sedang bergesekan dengan aspal jalanan yang hitam legam, tidak mau kalah dengan hitamnya langit malam.
[]
Apartement berlantai dua puluh enam, tepatnya di lantai tiga belas. Seseorang menyaksikan pemandangan kota malam yang indah, sendirian, ditemani alunan musik dari Beethoven dengan segelas teh hitam hangat. Tubuhnya tampak nyaman dengan balutan piama mahalnya, meski sejatinya raga dan pikirannya sedang kelelahan akibat pekerjaan yang begitu berat dan terkadang membosankan. Kembali bibirnya menyesap ujung cangkir, membiarkan kerongkongannya terasa hangat oleh basuhan air teh.
Di tangannya yang satu lagi, sebuah kertas berisikan identitas seseorang terlihat jelas. Lengkap dengan pas foto dan data-data pribadi milik seseorang secara lengkap namun singkat. Kembali kedua matanya membaca deretan kata yang membuat dirinya layak untuk menerima lamaran orang tersebut. Selain, penampilannya yang menjadi nilai tambah. Orang ini sepertinya menjanjikan, terlihat dari segudang prestasi dan pengalaman kerja yang sudah dilalui.
[]
AN.
Halo! Aku di sini, lagi. Kembali, entah kapan pergi lagi. Awalnya aku kira bakal nggak ada yang benar-benar peduli kalau aku kembali buka akun ini, yeah, setelah waktu lama pada akhirnya aku kembali ke sini lagi. Setelah hiatus benar-benar dan merasa terpanggil ke sini lagi.
Iya, ini cerita baru, jangan kaget atau marah. Dan jangan nodong dengan kabar cerita lain, thanks sudah mau membaca.p.s sedang mencoba gaya cerita baru, biar seperti author-author jago lainnya.
p.s.s jangan menunggu kapan cerita ini dan cerita lain update.
p.s.s.s tolong ajarkan aku bagaimana caranya menjadi bucin?
KAMU SEDANG MEMBACA
Stereotyp: Wir leben in der Gesellschaft [TAEKOOK]
Fanfictionwe live in society.