12. Ain't A Confession

2.3K 330 22
                                    

Hidupnya yang semula seperti biasa. Berjalan normal bahkan Jungkook yakin sebenarnya banyak keberuntungan yang mengikutinya dari belakang. Rupanya dapat berbalik begitu cepat bahkan 180 derajat sekaligus. Hidupnya yang semula tentram kini malah tak beda jauh dengan buronan yang dikerja ke mana pun dia pergi.

Dan dia seumur hidupnya tak pernah mendapat ancaman apalagi perintah untuk disuruh mati. Jungkook tak punya riwayat gangguan mental-tapi mendapat kata-kata kasar seperti itu telah sukses kembali mengguncangkan jiwanya. Entah apa salahnya.

'Kau mau aku menginap di sana?'

"Tidak usah, Hyung. Aku sudah mengganti kunci pintu dengan yang lebih aman. Lagian, terdapat alarm juga."

'Syukurlah. Tapi jika ada apa-apa, telepon aku. Jangan matikan ponselmu dan selalu pegang ponselmu.'

"Baik. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku, Hyung!"

'Apa maksudmu? Kau sudah seperti adikku. Tidak perlu berterima kasih.'

"Uh, baiklah."

'Kau sudah bertanya pada bosmu?'

"Apa? Ah, begitulah. Sulit dijelaskan, tapi dia baik kepadaku. Kau benar, aku tidak boleh asal percaya pada orang asing."

'Tapi kau harus tetap hati-hati juga.'

"Iyaa."

Sambungan itu pun usai. Jungkook berbaring di atas kasurnya. Entah mengapa suasana rumahnya jadi sedikit menyeramkan. Sejak dirinya mendapat kotak hitam penuh darah menjijikan itu. Jungkook seolah sedang diikuti mimpi buruk. Tidurnya tidak nyenyak sejak kemarin. Dan kini tubuhnya malah terasa menegang, pikirannya terus memikirkan bahwa dia sudah aman.

"Aku sudah mengunci semua pintu! Tidak apa-apa, Jungkook. Jangan takut. Ponselmu baterainya penuh, kau bisa! Kau bisa sendiri dan kau berani! Hei, kau sudah biasa begini, bukan?" gumamnya berusaha membuat dirinya sendiri tidak takut.

Hingga terdengar suara ketukan pintu dari luar. Jungkook berjengit terkejut. Tapi selanjutnya dia terdiam, menutup tubuhnya dengan selimut.

"Siapa itu?" gumamnya pelan.

Ini sudah jam sebelas malam omong-omong. Siapa yang mau bertamu? Dan buru-buru Jungkook mengecek ponselnya. Tidak ada pesan sama sekali. Sampai dia mencoba untuk mengirim pesan kepada bosnya.

Jungkook : Pak Bos, kau sedang di mana?

Tak lama, ada balasan.

Taehyung : aku sedang berbincang dengan mitra kerja kemarin. Ada apa?

Mendapat balasan seperti itu, Jungkook menatap horor ponselnya. Suara ketukan pintu itu masih terdengar, kali ini dengan langkah kaki. Menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Jungkook sudah mengunci dobel pintu kamarnya.

Taehyung : apa ada sesuatu, Jungkook?

Suara ketukan itu terdengar lagi.

"Sial! Aku takut," gumam Jungkook dengan tubuh bergetar.

Tak lama kemudian, terdengar suara benda tajam. Mungkin kampak atau pisau? Yang jelas ada bunyi logam yang bergesekan dengan gagang pintu rumahnya yang terbuat dari logam.

Hingga ada panggilan masuk di ponselnya. Itu dari Taehyung. Jungkook bingung harus mengangkatnya apa bagaimana.

Suara ketukan itu berganti menjadi di jendelanya. Jungkook memekik terkejut, Taehyung masih berusaha menelponnya. Tubuhnya bergetar dan rasanya hidupnya tidak akan lama lagi.

Suara itu makin kencang seolah ingin membuat kaca jendelanya pecah.

Taehyung sudah tidak menelponnya. Entah mengapa itu membuat Jungkook semakin panik. Suaranya tercekat, suara ketukan di kaca jendelanya masih terdengar. Mati-matian Jungkook berusaha untuk bersuara.

Stereotyp: Wir leben in der Gesellschaft [TAEKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang