9. My Mental

1.7K 332 6
                                    

Hari-hari selanjutnya berlanjut seperti biasa. Seperti, kejadian malam itu seolah hanyalah malam biasa seperti yang lainnya. Tentu dengan Jungkook yang belum menyadarinya—entah mungkin tidak akan pernah menyadarinya. Karena segala tingkah Taehyung tak pernah membuatnya menaruh curiga. Mimpinya pun hanya dia anggap bunga tidur seperti yang lainnya. Yap, memang apalagi yang harus dia harapkan?

Namun, ada sedikit kejadian aneh akhir-akhir ini. Jungkook tidak pernah mempunyai seseorang yang bermasalah dengannya. Sungguh. Tapi akhir-akhir ini apalagi ketika dia berada di perjalanan pulang, selalu terasa ada dua pasang mata yang seperti mengikuti dan memperhatikannya.

Perasaan ini membuat risih. Tapi masalahnya, Jungkook tak pernah menemukan mata mana yang tengah menguntitnya. Sungguh sulit. Hingga di Minggu pagi yang cerah. Rumahnya kedatangan tamu.

"Hai."

Seorang wanita muda dan seksi. Jungkook tidak menampik itu. Wanita itu berambut panjang sedada, berwarna hitam pekat sama seperti warna rambutnya. Bajunya pun hanya menutupi bagian tubuhnya saja. Menatap Jungkook dalam lensa di matanya yang berwarna abu-abu.

"Ya? Mencari siapa?"

Kejadian itu begitu cepat. Jungkook nyaris mengumpat jika bibir wanita itu tidak segera menutup bibirnya. Berciuman? Mungkin bisa dibilang begitu. Secara cepat, entah kekuatan dari mana atau mungkin Jungkook yang sedang lengah. Wanita itu mendorongnya ke tembok terdekat, menabrakan bibir mereka kemudian melumat bibirnya tanpa ampun.

Sekuat mungkin Jungkook melawan sayangnya wanita itu mencekeram sesuatu di bagian selatan sana dengan sangat keras. Menjadikan tubuhnya berjengit ngilu di dalam ciuman yang sesungguhnya sangat seduktif.

"Sial. Kau tidak bisa berciuman sama sekali apa, huh?" ujar wanita itu seusai mencium dan menyiksa Jungkook dalam waktu bersamaan dan singkat.

Tubuhnya mendadak lemas saat ini. Seumur hidupnya Jungkook tak pernah mendapat perlakuan kasar—bahkan pelecehan seperti ini. Benar! Ini jelas-jelas pelecehan. Sebelah punggung tangannya tengah mengusap bibirnya yang terasa berdenyut dan luar biasa basah. Kedua matanya menatap gadis di hadapannya yang melipat tangan di depan dada dengan angkuh.

"Apa kau seorang gay?"

"Apa urusanmu?"

Jungkook mulai berani menatap nyalang wanita itu. Pikirannya masih bingung. Padahal dia bisa langsung menjawab "iya" secepat dia menjawab lapar apa tidak ketika benar-benar lapar. Tapi, aura wanita ini sangatlah tidak bersahabat. Tatapannya mengintimidasi ditambah dengan lensa abu-abu.

"Jauhi Taehyung."

"Apa?"

"Kau bisa bahasa manusia, 'kan? Jauhi Taehyung. Kalau kau tidak mau hidupmu kacau."

"Maksudmu apa? Kau datang tiba-tiba kemudian melakukan pelecehan padaku lalu menyuruhku menjauhi orang yang jelas-jelas dia adalah atasanku?!" ungkap Jungkook dengan kata terakhir yang dia tekankan.

Wanita itu tersenyum miring menanggapinya. Membuang tatapan malas.

"Apa sulitnya mengundurkan diri? Kau tidak pantas untuknya. Dia hanyalah seorang gay kurang ajar. Belum saja waktunya, kau bisa diperkosa olehnya," jelas wanita itu.

Tanpa meminta Jungkook mereponsnya. Wanita itu pergi berlalu. Jungkook masih terdiam, berdiri bersandar pada tembok rumahnya. Bahkan dia baru sadar bahwa wanita itu membawa mobil sport di depan rumahnya. Hingga wanita itu pergi mengemudikan mobilnya menjauh. Jungkook masih terdiam di ambang pintu. Pandangannya kosong ke arah jalanan aspal, beruntung tidak ada tetangga yang sedang berada di luar.

Stereotyp: Wir leben in der Gesellschaft [TAEKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang