Dengan segala pertimbangan, akhirnya Tata memutuskan mau bertemu dan berkenalan dengan Bhatara Parameswara, pemuda 32 tahun yang menjadi rekan bisnis Papanya selama hampir 7 tahun terakhir.Pemuda yang mewarisi usaha bisnis kakeknya dari garis ibu. Nama sang kakek, Arya Wirabhumi cukup punya pengaruh dalam bisnis konstruksi di negeri ini.
Berdiri di bawah nama PT. Wirabhumi Konstruksi, memiliki belasan kantor cabang di seluruh Indonesia.
Ayah Bhatara, Marteen Admodjo lebih memilih menjadi pelaut yang bekerja di lepas pantai daripada menjadi tangan kanan mertua.
Maka dididiklah Bhatara untuk menjadi penerus sang kakek karena ibunya adalah anak tunggal.Sebenarnya, menilik perbedaan usia 8 tahun, Tata agak khawatir
mereka akan sulit nyambung karena pengaruh age gap.
Tapi nggak ada salahnya berkenalan dulu.
Kalau memang nggak cocok, Tata akan mundur seperti katanya waktu itu.Pertemuan perdana dilakukan dalam sebuah jamuan makan malam bersama di rumah kakek Bhatara.
Seluruh keluarga inti dilibatkan.
Tata datang bersama Papa, Mama, Mas Giri dan Dek Rama.
Sementara dari keluarga Bhatara, ada Mami, Kakek, adik perempuannya beserta suami dan dua putri mereka.
Papinya masih bertugas di luar, belum bisa pulang.Meskipun mereka bertemu tak hanya berdua, Tata tak mampu menutupi rasa gugupnya.
Berkenalan dengan tujuan dalam tanda kutip jelas memberi rasa canggung, berbeda jika hanya berkenalan biasa.
Memasuki rumah Kakek Wirabhumi yang bernuansa Jawa klasik menimbulkan kesan mistis di pandangan mata Tata.
Entah mengapa Tata merasa tak asing dengan suasana rumah besar ini, bahkan sejak dari pintu masuknya.
Padahal, sumpah demi apapun, Tata sama sekali belum pernah menginjakkan kaki di rumah ini, bahkan sekedar melihat fotonya pun tidak.
Memasuki pendopo rumah ini, rasanya seperti memasuki keraton mini, arsitektur khas rumah joglo begitu kentara, meskipun ketika memasuki ruang tamu, sofa besar yang ditempatkan di ruangan tersebut tampak modern."Monggo lhooo....." Tante Dahayu Lestari, maminya Bhatara mempersilahkan tamu-tamunya.
Wanita paruh baya yang terlihat anggun dan ramah itu tersenyum sambil memindai sang calon mantu, membuat semburat merah mendadak di wajah Tata saat tahu kalau dirinya diperhatikan.
"Ini Tata yah, wah ayune....semoga berjodoh jadi menantu Tante yah cah ayu..." dirangkulnya Tata dengan hangat.
Tata cuma senyum malu-malu.
Dalam hatinya berkata, duh kalau mertuaku baik begini yah aku mau deh beneran jadi mantu, cuma anaknya mana nih.....penasaran deh....hihihihihi....Ya ampun Ta, segitunya....jaim dong, ntar camermu illfeel loh kalau tahu kamu ganjen, urung deh punya mertua baik hati...suara hati Tata yang lain memberi peringatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suhitta, Memeluk Takdir Dalam Kutukan?
General FictionDia, Suhitta Gayatri gadis usia 24 tahun yang tak ingin terjebak dalam kutuk keluarga besarnya. Konon, sejak beberapa generasi kutuk menghantui keluarga mereka. Di tiap generasi pasti akan ada 1 perawan tua di masing-masing keturunan dari garis ibu...