Dia, Suhitta Gayatri gadis usia 24 tahun yang tak ingin terjebak dalam kutuk keluarga besarnya.
Konon, sejak beberapa generasi kutuk menghantui keluarga mereka.
Di tiap generasi pasti akan ada 1 perawan tua di masing-masing keturunan dari garis ibu...
Rumah keluarga Sadewa Irawan di pagi Natal tahun ini lebih heboh dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sumber kehebohan berasal dari dua wanita penghuninya, Tata dan Mamanya. Dan tiga pria lainnya hanya bisa tersenyum, memang berani protes?
"Ya ampun Tata, kamu ngapain mondar mandir nggak jelas gitu. Buruan mandi," omel Mama melihat Tata bolak balik keluar masuk kamar.
"Bentar Ma, ini Tata lagi nyariin catokan. Ramaaaa....catokan Mbak mana, kamu pinjem kan kemarin. Buruan balikin...!" seru Tata pada adiknya yang terkaget-kaget karena teriakan Tata di telinganya.
"Mbak Tata! Jangan teriak-teriak di telinga begini sih, adekmu ini belum budeg," Rama menggosok-gosok telinganya.
"Papa...! Bukannya mandi malah sibuk lihatin si Loly, itu ikan nggak akan kemana-mana. Buruan mandi Pa!" omel Mama ketika melihat suaminya asyik mengamati Loly si ikan emas koki.
"Mas Giriiiii....tolongin, usir kecoa di kamar Tata. Jijik banget deh terbang-terbang nggak jelas," tiba-tiba Tata berlari dari kamar dan memeluk lengan abangnya.
"Tata...! Udah mau nikah, sama kecoa masih takut. Gimana kalau anakmu yang ketakutan, kamu ikutan lompat-lompat juga?" tegur Mama.
Tata merengut, memajukan bibirnya.
"Nggak takut Ma, jijik," elak Tata.
"Bedanya di mana. Kalau memang kamu berani, nggak usah teriak-teriak gitu. Usir sendiri."
"Ogah, pokoknya Tata jijik."
Dan, Papa pun akhirnya turun tangan.
"Udah-udah, pagi-pagi kalian kok udah berdebat nggak jelas. Kayak politikus aja. Pamali ribut di hari Natal, hilang berkat Natalnya. Giri, sana usir kecoanya. Rama, balikin catokan Mbakmu. Mama, udah dong ngomelnya, ini Papa mau mandi. Mama siapin baju Papa aja yuk," ajak Papa seraya memeluk pundak Mama.
"Kalian bertiga, jangan lelet. Pokoknya jam 8 tepat kita berangkat. Nggak enak datang kesiangan, nanti dikira kita nggak niat," kata Mama sebelum masuk ke kamar.
Mama tuh nggak galak, cuma kalau udah panik yah begini ini. Dia merasa harus memastikan semua beres pada waktunya. Dan pagi ini adalah Natal yang berbeda dari sebelumnya. Jika biasanya mereka hanya menunggu tamu datang ke rumah atau mereka yang berkunjung ke rumah kerabat dan kenalan. Maka kali ini, kunjungan ke rumah calon besan akan menjadi momentum istimewa, karena ini kali yang pertama buat keluarga mereka. Begitu penilaian sang Mama yang terkadang bisa berubah jadi sedikit perfeksionis.
Untung saja Papa itu termasuk tipe suami yang mau memaklumi sikap istri. Nggak ikutan spaning. Lebih suka menenangkan agar Mama nggak makin tegang. Dan biasanya, Mama akan mereda ketegangannya ketika Papa mulai turun tangan seperti tadi.
Dan Tata melihat Bhatara mirip Papanya, selalu mampu mengatasi Tata yang sering tiba-tiba bad mood. Tata berharap kelak hubungan dalam pernikahan mereka juga akan seperti kedua orang tuanya. Tidak selalu adem ayem, kadang ada rusuhnya juga seperti tadi, tapi di situlah seninya orang hidup berkeluarga kan, ada berbagai ekspresi yang tidak perlu dipendam atau rahasia di antara mereka yang berpotensi menjadi bom waktu dan bisa meledak hebat jika sudah tak mampu diredam. Tidak perlu juga memakai topeng seakan semua baik-baik saja padahal di dalam hati menyimpan gejolak rasa.
🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝
Sekitar pukul setengah sepuluh mereka tiba di kediaman keluarga Bharata. Rumah megah ini dihiasi dengan pernak-pernik Natal yang cantik, seakan menjadi penyambut tamu-tamu yang akan datang untuk merayakan kemeriahan Natal bersama para penghuninya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.