Seminggu setelahnya Bhatara pulang ke Jakarta.
Tapi, yah gitu deh.
Setelah chat rada ambigu malam itu, kembali Si Mas balik ke setelan kalemnya.
Cuma mengirim chat WA, mengabari kalau dia sudah balik ke Jakarta.
Tapi belum sempat ketemuan lagi karena berbagai agenda di kantor pusat yang padat gara-gara ditinggal sebulan ke Papua.Tata pun makin bingung dibuatnya.
Dia cuma bisa menebak-nebak apa sebenarnya yang sedang terjadi.
Ingin bertanya, gengsi lah... entar di-php lagi kayak waktu itu.
Enak aja bikin galau, habis itu lewat tanpa kejelasan."Ta....dipanggil Papa tuh sayang, buruan gih..." Mama membuka pintu kamar, melongokkan kepala sambil melihat apa yang sedang dilakukan putri semata wayangnya itu.
"Ada apa sih Ma...?" Tata merapikan rambutnya yang belum sempat disisir sehabis mandi, soalnya kalau disisir saat basah, rontoknya banyak.
"Ehm....kayaknya sih soal Mas-mu..." Mama mengerling lucu.
"Mas Giri ?"
"Dih....yah Mas Bhatara dong, masa Mas Giri sih, kamu ini kok telolet sih...." Mama terlihat sedikit kesal, heran melihat Tata kok nggak nyambung gitu.
"Duh tega deh si Mama, emang Tata sopir truk....cantik gini."
"Udah....sana buruan, nggak usah kayak kura-kura dalam perahu, dipikir Mama nggak pernah muda apa...."
"Cieeee....Mereka pun pernah muda..." Tata malah menyenandungkan lagu BCL sambil mencolek tangan Mama, membuat sang Ibu geleng-geleng kepala.
Tata menuju ke ruang tv, Papa sedang melihat pertandingan sepakbola, tapi begitu melihat Tata, tv dimatikan
"Loh....kok dimatiin sih Pa, nggak apa kali kalau sambil ngomong sambil nonton juga..."
"Ngomong sama anak sekarang jadi prioritas Papa, bola bisa entar-entar..."
"Tumben, emang ada apa sih Pa, serius amat..."
"Ta....gimana penjajakan sama Bara ?"
"Yaaaaah.....gitu deh...." Tata menggaruk tangan yang tiba-tiba berasa gatal.
"Gitu deh gimana....?" Papa menatap penuh selidik.
"Mas Bhatara tuh aneh, Tata bingung ngadepinnya..."
"Aneh gimana... selama Papa bekerja sama dengan dia, biasa-biasa aja, normal kok dia..."
"Yaah....Tata kan nggak bilang dia nggak normal Pa, tapi sikapnya tuh yang aneh..."
"Ngomongnya sing jelas toh Ta, ben Mama sama Papa ini ndak mumet..." Mama ikut bergabung sembari membawa potongan buah naga.
"Ehm....begini Ma, Pa... Mas Bhatara itu jarang menghubungi Tata, cuma sekali sebelum berangkat ke Papua, lalu sekali setelah 3 minggu di Papua, terus pas balik ke Jakarta sekali...habis itu udah, nggak ada kabar lagi. Masa Tata yang harus cari dia sih, malu atuh..."
"Papa bisa ngertiin dia kok, dia memang super sibuk....untuk mencari waktu bertemu aja susah..." Papa menarik nafas.
"Ehm....gini aja Ta, kalau pas Mama sama Maminya Bara ketemuan, Tata ikutan, nanti selanjutnya Mama yang atur," Mama memasang mimik menggoda.
"Ogah ah Ma, ntar dikirain Tata ngebet banget sama dia, bisa turun pasaran deh..." mulut Tata mengerucut sebal.
"Daripada kamu penasaran begini, Mama tahu kok kalau Tata sebenernya juga tertarik kan sama Bara....udah ngaku aja, Bara memang paket lengkap, dia punya segala yang dibutuhkan perempuan untuk jadi pendamping. Iya kan Pa ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Suhitta, Memeluk Takdir Dalam Kutukan?
Narrativa generaleDia, Suhitta Gayatri gadis usia 24 tahun yang tak ingin terjebak dalam kutuk keluarga besarnya. Konon, sejak beberapa generasi kutuk menghantui keluarga mereka. Di tiap generasi pasti akan ada 1 perawan tua di masing-masing keturunan dari garis ibu...