9. Kini, Tak Hanya Soal Kita Kan?

1.8K 199 64
                                    


Kepergian Bhatara ke Batam membuat Tata memutuskan merundingkan segala sesuatu yang kemarin diberikan pihak WO dengan Mama dan calon ibu mertuanya.

Bhatara, seperti biasanya.
Tak bisa banyak dimintai perhatian kalau sedang fokus pada pekerjaannya.

Tapi Tata tak membiarkan lelakinya lepas tangan begitu saja.
Suka atau tidak, tiap hari ada saja yang dilaporkan Tata.
Yang penting ada komunikasi, begitu pikir Tata.

Meskipun respon balik selalu terlambat, Tata tahu Bhatara berusaha tak membuat Tata kecewa karena diacuhkan.
Kalaupun terjadi, sindiran 'memangnya yang mau nikah itu hanya aku' selalu jadi andalan Tata.

Tapi setidaknya pihak keluarga sangat membantu.
Mereka mencurahkan semua perhatian di saat Bhatara tak bisa mendampingi Tata.

Seperti saat ini, Tata dan mamanya sedang berada di rumah keluarga Bhatara untuk membicarakan tentang rangkaian acara adat yang akan menggunakan adat Jawa seperti keinginan Kakek Wirabhumi.

Tempo hari memang sudah pernah dibicarakan tapi baru sekilas saja.
Kali ini, mereka sekalian merundingkannya dengan pihak WO yang terkenal handal menyelenggarakan rangkaian pesta pernikahan adat Jawa.

Diputuskan mereka akan menggunakan 2 jasa WO demi efisiensi waktu dan tenaga.
Jadi WO yang ini berbeda dengan WO yang tempo hari bertemu dengan Tata dan Bhatara.

Bagi keluarga, ini pernikahan yang sudah lama dinantikan.
Tentu mereka berharap perhelatan akbar ini berjalan lancar tanpa kendala.

Budget sudah pasti tak sedikit, apalagi kedua WO yang dipakai adalah WO yang sudah memiliki nama besar dan sukses menyelenggarakan acara pernikahan di kalangan elite negeri ini.

Fee mereka lumayan besar.

Tapi namanya orang berduit, masalah budget bukan sesuatu yang harus jadi problem.
Buat mereka yang penting acara yang mereka adakan sukses.
Acara keluarga seperti pernikahan juga menjadi bagian dari usaha membangun image. Sesuatu yang membuat nama baik mereka terangkat di mata publik.

Semua sedang berkumpul di ruang makan di bagian dalam rumah.

Kakek Wirabhumi duduk memperhatikan pemaparan pihak WO dengan seksama.

"Nah ini rangkaian acara secara utuhnya Pak," ujar Weni yang siang itu mewakili pihak WO Pijar Enterprise.
Dia membagikan fotocopy rangkaian acara yang telah tersusun rapi.

"Bisa dilihat apa saja rangkaiannya. Bapak maunya semua rangkaian diadakan atau ada yang kita pangkas. Kalau sekarang sih biasanya, acara congkong dan salar tidak lagi diadakan, toh sudah saling kenal kan.
Nontoni boleh tetap ada, boleh juga dihilangkan.
Biasanya sih diadakan sebelum lamaran supaya keluarga besar bisa saling kenal."

"Yah ini nontoni tetap diadakan. Gimana Yu, kamu setuju ?" tanya kakek pada Tante Dahayu.

"Iya, setuju Pa. Perlu juga keluarga besar saling kenal sebelum lamaran."

"Baik, selanjutnya lamaran.
Sebelum lamaran ada baiknya semua yang akan dibahas dalam lamaran dirundingkan dulu antar keluarga inti, nanti di acara lamaran dijelaskan pada keluarga besar. Biar lebih ringkas dan menghemat waktu."

"Baik, saya setuju soal itu," kakek mengamati lembar fotocopy di tangannya.

"Soal busananya juga harus segera diurus. Saya sudah mengatur pertemuan dengan designer, kemarin Dek Tata sudah saya kasih tahu," Weni menoleh ke Tata.

"Iya, sudah saya kasih tahu. Besok kita ketemuan di sana sekitar jam 10 pagi," ujar Tata.

"Ok, lanjut dengan test food, bisa kita lakukan di hari kerja. Soalnya jika week end pasti ada saja acara yang digelar.
Gimana?" Weni meminta persetujuan.

Suhitta, Memeluk Takdir Dalam Kutukan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang