Kejadian malam penuh kejutan itu membuat Tata tak bisa untuk tidak tersenyum saat teringat, meskipun telah sekian bulan berlalu.
Bagaimana tidak, dari galau tingkat akut memikirkan status hubungannya dengan Bhatara yang abu-abu, tiba-tiba saja semua menjadi terang benderang.
Dengan manisnya lelaki itu bilang,"Fix, we're couple now, hubby and wifey to be, agree ?"
Yah agree dong, masa ditolak.Sekarang, jarak di antara mereka mulai terkikis.
Tidak harus selalu Bhatara yang memulai komunikasi, terkadang kalau kangen sudah begitu berat menggelayuti hati si gadis, tapi sang pujaan terlalu sibuk sehingga tak ada waktu untuk menghubunginya, maka Tata lah yang akan menghubungi lelaki itu.Tapi, yah seperti yang seluruh orang tahu.
Bhatara kadang memang terlalu sibuk, sampai susah dihubungi.
Di-chat, boro-boro dibalas, dibaca saja nggak.
Ditelepon juga jarang diangkat, karena gawai lelaki itu lebih banyak di-setting dalam posisi silent.
Menelepon ke kantor pun, lebih banyak menitip pesan ke sekretaris ketimbang bisa bicara langsung.Tapi, seperti kata Bhatara, sekarang mereka fix sudah jadi pasangan, jadi dia nggak keberatan jika Tata mengingatkan seandainya kesibukan membuatnya abai akan keberadaan gadis itu.
Seperti sore ini....
Sudah hampir 1,5 jam Tata menunggu di kafe, tempat di mana tempo hari Bhatara pertama kali berkenalan dengan ketiga sahabatnya.
Bolak balik memeriksa WA, chat Tata dari pagi masih centang satu.
Ditelepon, nggak diangkat.
Dan info didapat ketika dia menghubungi Adisty, sekretaris lelaki itu bilang kalau ternyata sang calon suami mendadak dijadwalkan bertemu dengan klien yang tiba-tiba memajukan jadwal pertemuan karena klien tersebut harus berangkat keluar negeri besok pagi.Tata menarik nafas, sedikit kesal.
Tapi, mau bagaimana lagi, begitulah resiko menjalin hubungan dengan Bhatara yang super sibuk.
Sudah janjian sejak seminggu yang lalu pun masih bisa ada kejadian seperti ini.
Mau marah ?
Yah, nggak bisa dong, kan bukan salah Bhatara, namanya klien tentu harus dilayani sebaik mungkin.Sekali lagi, Tata cuma bisa menahan kejengkelan di dalam hati, jangan sampai yang begini membuat dirinya malah bertengkar dengan Bhatara.
Itu sungguh sikap yang nggak dewasa, yang ada malah dia yang akan diomelin Mama, dianggap belum siap jadi istri.
Duh...rugi dong kalau sampai nggak jadi istrinya, Tata sudah terlanjur terperangkap dalam pesona lelaki 32 tahun itu.Punya pasangan super sibuk itu harus punya stok sabar dan paham yang tak terbatas dan itulah ujian besar bagi seorang Tata.
Kalau kelak mereka menikah, Tata mungkin harus mengorek jadwal pasti sang Presdir dari Adisty, soalnya Bhatara suka lupa bilang jadwalnya apa saja.
Daripada Tata stres sendiri, lebih baik memanfaatkan info dari sekretaris itu, iya kan ?
Kalau sekarang, yah jangan dulu, baru calon kok kepo, bisa-bisa Tata jadi bahan gosip di kantor pusat Wirabhumi Kontruksi, terus Bhatara juga pasti ikut malu.Sambil terus menunggu, Tata melihat-lihat akun medsosnya.
Dia cuma punya Facebook dan Instagram, nggak terlalu sering posting, cuma senang melihat postingan orang lain.Cuma belakangan ini, menjelang Pemilu 2019, mulai ramai postingan-postingan yang membuat mata sakit.
Biasanya Tata cuma membaca sekilas, biar sekedar tahu saja, supaya nggak kudet, tapi ogah ikut komen, karena biasanya perdebatan akan panjang, yang ada cuma akan membuat ramai notif saja, bikin berisik.Lagi bete begini, lebih enak jalan-jalan ke IG saja.
Melihat unggahan foto atau video makanan, fashion, destinati liburan, berita artis atau kuis-kuis lucu dan unik cukup menghibur hati."Hai sayangnya Mas Bat, nunggu lama banget yah ? Maafkan Mas telat, meeting-nya mendadak tadi, mana alot pula tuh klien, eh Disty udah bilang kan waktu kamu telepon tadi ? Kamu pesan apa? Belum pesenin Mas kan ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Suhitta, Memeluk Takdir Dalam Kutukan?
Ficção GeralDia, Suhitta Gayatri gadis usia 24 tahun yang tak ingin terjebak dalam kutuk keluarga besarnya. Konon, sejak beberapa generasi kutuk menghantui keluarga mereka. Di tiap generasi pasti akan ada 1 perawan tua di masing-masing keturunan dari garis ibu...