7. Kan Kugenggam Tanganmu, Percaya Padaku Kan ?

2.2K 170 157
                                    


Setelah melewati masa perkenalan, penjajakan lalu pertunangan, akhirnya kedua keluarga memutuskan akan segera melaksanakan pernikahan.
Tata lega sekaligus terharu bisa sampai di tahap ini.
Selangkah ke depan, statusnya bukan nona lagi, tapi Nyonya Bhatara Parameswara, setiap kali memikirkan hal itu bibirnya otomatis menyunggingkan senyum dan pipinya terasa menghangat.
Debar bahagia itu makin berasa jika teringat sang calon suami, sejauh ini sosok Bhatara membuatnya begitu bersyukur, lelaki yang katanya harus menunggu 7 tahun untuk mendekatinya.
Tata merasa dirinya berharga, ada lelaki yang dengan setia menunggu sampai selama itu.

Ketukan di pintu memutus lamunan Tata, Mama melangkah masuk ke kamar Tata.

"Tata, ya ampun nih anak perawan, kok masih kucel sih ? Jangan bilang kamu lupa, hari ini kita ada janji sama Tante Dahayu," Mama melotot melihat Tata masih bergelung selimut.
Bahkan AC saja belum dimatikan.

"Nggak lupa kok Ma, kan masih pagi ini. Janjinya jam 10 kan, sekarang baru jam 7."

"Tata sayang, kamu tuh sebentar lagi bakal jadi istri orang, belajar bangun lebih pagi. Nggak bisa nyantai terus begini. Istri harus bangun lebih dulu dari suami, menyiapkan semua keperluan suami, biar suami merasakan perhatian istrinya. Jangan manja Ta. Walaupun Mama lihat Bara begitu memanjakanmu selama ini, bukan berarti kamu boleh bertingkah seenak hati. Laki-laki kadang juga ingin merasa dimanjakan pasangannya, jangan sampai dia bosan sama kemanjaanmu lalu mencari pelampiasan di luar. Pelakor ada di mana-mana. Ta....denger nggak ?" Mama memulai ceramah pagi sembari bergerak ke sana kemari, mengambil remote lalu mematikan AC, membuka jendela dan memunguti guling yang terjatuh dari ranjang.

"Denger Ma....iya Tata usahain jadi istri yang baik, rajin, perhatian juga bisa manjain suami, tapi Mama jangan nakutin Tata dong, nikah aja belum udah nyebut-nyebut pelakor, amit-amit deh..." Tata memajukan bibir, sedikit bergidik membayangkan Bhatara digoda pelakor.

"Bukan nakutin, waspada Ta. Mencegah jangan sampai kejadian. Bara tuh tipe incaran pelakor. Ganteng, muda dan dompet tebal. Aki-aki jelek dan tua aja banyak yang mau selama punya harta berlimpah, apalagi calon suamimu yang masih muda. Meskipun dia mengaku sudah mencintai kamu sejak lama, itu bukan jaminan kalau perasaannya akan tetap sama jika kamu tidak bisa merawat perasaannya padamu."

"Mama kok negatif gitu mikirnya, Mama nggak rela yah Tata mau nikah ?" ucapan yang disambut jeweran sang Mama.

"Kamu ini, dinasihati kok malah ngomong aneh-aneh. Mama tuh mikirnya realistis, kamu nggak lihat tuh berita pelakor beredar saban hari. Mama nggak mau anak Mama nanti pulang ke rumah berurai air mata karena suaminya direbut pelakor."

"Iya...iya... udah ah Tata mau mandi dulu, siap-siap mau memikat hati calon mertua, biar ntar kalau berantem sama Mas Bat, Maminya belain Tata dengan sepenuh hati...." tawa cekikikan mengiringi langkah si gadis masuk ke kamar mandi.

Mama geleng-geleng melihat ulah Tata, umur sudah seperempat abad tapi kadang masih suka bertingkah seenak hati.

"Ta....jangan lupa, beresin kamar dulu, jangan biasain pergi dengan kamar yang masih kayak kapal pecah, denger nggak Ta...?!" Mama berdiri di depan pintu kamar mandi, memastikan anak gadisnya mendengar apa yang ia katakan.

"Iya Ma, udah tahu...." sahutan terdengar dari dalam, Mama pun keluar dari kamar Tata.

🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝🐝

Jam 10 lebih 15 menit, Tata dan Mama sampai juga di butik yang menjadi tempat mereka janjian ketemu dengan Tante Dahayu.

"Sorry banget Jeng Ayu, kita telat....biasa macet, alasan yang klise banget, tapi begitulah adanya....." derai tawa Mama diiringi cipika cipiki pada calon besan .

Suhitta, Memeluk Takdir Dalam Kutukan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang