BAGIAN 3

97 15 5
                                    

Sekolah guanlin

Bel istirahat sudah berbunyi. Semua siswa berhamburan menuju kantin guna mengisi perut mereka yang sudah menjerit lapar. Tidak terkecuali pada dua manusia tampan yang kini tengah berjalan beriringan. Ya mereka adalah guanlin dan jinyoung. Mereka adalah dua sekawan yang paling popular satu sekolahan. Mengapa tidak, paras mereka yang tampan membuat mereka menduduki posisi pangeran sekolah.

“Hei guan, kau mau makan apa nanti?”

“Ntah lah jin, aku ikut dengan kau saja, kau pesankan untuk ku nanti ya?”

“Heis dasar bocah, baiklah adik ku yang tampan”, ucap jinyoung seraya mengusak rambut guanlin lembut. Memang persahabatan yang indah untuk di lihat

Mereka berjalan beriringan menuju kantin. Saat hendak memakan ramyun yang di pesan kan jinyoung untuknya, guanlin tertegun karena hp nya tiba tiba berdering. Jinyoung yang melihat hal itu pun  ikut menghentikan aktivitas makannya.

“Siapa lin?”

“Ngak tau jin, nomor ngak di kenal”.

“Angkat aja dulu, siapa tau penting”,

Guanlin menganggukan kepala nya mantap, kemudian menjawab panggilan tersebut.

“Halo, ini dengan siapa ya?”

“Halo tuan muda park, bagaimana kabar mu hah?”

“Aku baik, mengapa kau menelfon ku?”

“Oh ayolah, aku sedang bersama dengan appa tercinta mu sekarang”

“Apakah kau ini teman appa?”

“Tidak, kami bahkan lebih dari sekedar teman, kau mau menemui kami sekarang?”

“Untuk apa ?. aku  sedang di sekolah, aku tidak bisa membolos paman”

“Begitu kah? Baiklah berarti kau lebih memilih sekolah di banding appa mu”.

“Apa maksud paman?”. Guanlin mulai bingung dengan apa yang diucapkan si penelfon. Melihat ekspresi guan yang kebingungan, jinyoung pun ikut mengernyitkan keningnya. “Apa yang dikatakan si penelfon itu?, kenapa guan kebingungan?”, guman jinyoung dalam hatinya.

“Datanglah guan sayang, selamatkan appa mu. Kau harus datang jika kau masih ingin melihat appa mu hidup”. Deg, seketika guanlin membeku di tempatnya. Samar samar terdengar teriakan appa nya.

“Jangan nak, kau tidak boleh kemari. Susul ibu mu dan kabur lah sejauh yang kau bisa. Selamat kan dirimu dan jangan hiraukan appa”.

Mendengar itu guanlin tersentak dan ikut berteriak juga

“Appa? Appa dimana? Apa yang terjadi appa?”

“Guan sayang kau anak yang berbakti bukan? Datang lah, aku akan mengirim alamat tempat ini kepada mu. Jangan coba coba lapor polisi. Kau anak pintar kan?, kau pasti mengerti maksud ku”

“Baiklah cepat kirim lokasinya pada ku. Akan datang, tunggulah appa”. Setelah berkata seperti itu guanlin segera menutup telfonnya.

“Ada apa lin?”

“Jinyoung bisa kah kamu membantu ku?”

“Ya tentu, katakan apa yang harus kulakukan untuk mu?”

“Appa ku sekarang ditawan oleh seseorang. Aku tidak tau apakah dia seorang diri atau berkelompok. Yang jelas aku harus menemui nya supaya appa tidak di bunuh”.

“Jangan lin, itu berbahaya. Bisa saja orang itu mengingkan dirimu dan juga appamu”

“Tidak jinyoung, aku harus tetap menemui appa ku. Apa pun resiko nya akan ku hadapi”.

“Tapi setidaknya kau pergi lah bersama beberapa polisi”.

“Tidak jika aku membawa polisi, maka appa dalam bahaya. Aku tidak punya waktu untuk berdebat dengan mu jinyoung. Mau kah kau membantu ku?”.

“Baiklah guan, aku akan membantu mu”.

“Kau sekarang pergilah kerumah ku dan amankan ibuku. Jangan sampai ibuku juga ikut terluka. Dan aku juga harus meminjam motor mu, boleh kan?”.

“Kau yakin dengan rencana mu ini guan?. Aku ikut bersama mu saja”.

“Tidak jinyoung, aku tidak ingin membahayakan nyawa mu demi keluarga ku. Aku tidak bisa mengorbankan teman baik seperti mu”.

“Tapi bagaimana jika kau dan appa mu tidak selamat?”

“Berarti itulah takdir ku, setidak nya aku mati bersama appa. Kau harus melindungi ibuku apa pun yang terjadi. Janji?”.

“Janji”. Jinyoung menjwab dengan ragu.

“Baiklah mana kunci motor mu?”

“Ini dia”. Setelah menerima kunci dari jinyoung, guanlin bergegas berlari menuju parkiran. Sebelum pergi guanlin sempat berpesan pada jinyoung.

“Jangan pernah menyesali apa yang terjadi nanti karena apa pun yang terjadi padaku, itu bukan lah salah mu. Terima kasih telah menjadi kawan baik ku”.

Mendengar hal itu, jinyoung merasa dada nya sesak. Sahabatnya seolah-olah mengatakan kata kata terakhir. Jinyoung segera menepis perasaan tersebut dan bergegas mencari taksi agar segera sampai di rumah guanlin.

TBC

Indigo [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang