“Jinyoung …”
Jinyoung menoleh ke arah nyonya park. Matanya berbinar saat melihat nyonya park sudah sadar.
“Bibi, apakah bibi perlu sesuatu? Tunggulah sebentar bi, aku akan panggilkan dokter”.
“Nyonya park hanya bisa mengangguk lemah”.
Jinyoung berjalan dengan cepat untuk memanggil dokter. Langkah jinyoung terhenti saat melihat berita yang disiarkan di tv rumah sakit. Berita tersebut menayangkan tentang mayat yang di temukan pada gedung tua yang sudah lama di tinggalkan. Mayat tersebut adalah park chanyeol dan park guanlin. Melihat berita tersebut, jinyoung membeku di tempatnya.
Kemudian dia berteriak, “tidak, ini tidak mungkin. Guanlin dan paman tidak mungkin mati. Apa yang harus ku katakan pada bibi”. Jinyoung tampak frustasi mendengar berita tersebut. Ia tidak tahu harus mengatakan apa kepada bibinya.
Beberapa perawat berusaha menenangkan jinyoung. Setelah cukup tenang, jinyoung kembali kekamar nyonya park dengan seorang dokter.
“Jinyoung, kenapa lama sekali nak?”
“Tidak bi, tadi dokternya sedang memeriksa pasien lain”. Jinyoung membuat alasan kepada nyonya park. Ia tidak mau jika kesehatan nyonya park akan terganggu kalau dia mendengar berita tentang kematian suami dan anaknya.
“Nyonya park, beruntung luka mu tidak terlalu parah. Kau sudah boleh pulang besok, namun kau harus tetap beristrirahat. Kau mengerti?”
“Iya dok, terimakasih”. Nyonya park tersenyum manis kepada dokter dan berterima kasih. Melihat itu, jinyoung semakin takut, kalau dia tidak akan melihat senyum itu lagi diwajah nyonya park.
“Jinyoung, kenapa melamun nak?”
“Ah tidak bi, aku tidak melamun kok”
“Ya sudah, oh iya bagaiman kondisi guanlin dan juga suami ku?”
“Emm aku tidak tau bi, besok kita akan langsung menemui mereka. Jinyoung kembali berbohong” kepada nyonya park.
“Baiklah kalau begitu kau beristirahatlah. Kau pasti lelah kan?”
“Iya bi”.
Pagi ini nyonya park sudah di bolehkan pulang. Jinyoung sudah menghubungi paman kim kemarin malam dan menceritakan semua yang terjadi. Ia juga meminta paman kim untuk mengurus pemakaman paman park dan guanlin. Pagi ini jinyoung berencana untuk membawa nyonya park ke pemakaman dan menjelaskan semuanya di sana
“Ayo jinyoung, kita temui guanlin dan suami ku”.
“Ya bi”. Jinyoung menggunakan mobil yang sudah di sediakan oleh paman kim. Mobil jinyoung juga dijaga dengan ketat oleh suruhan paman kim. Ini mengingat kejadian yang menimpanya kemarin. Maka dari itu paman kim tidak boleh lalai dalam menjaga pewaris tunggal OH CORP itu.
Dalam perjalanan bibi park hanya diam. Seperti nya ia erdoa dalam hati agar anak dan suami nya selamat dari para penjahat itu. Jinyoung semakin merasa bersalah melihat semua itu.
Mobil mereka berhenti di sebuah pemakaman.
“Kenapa kita kesini jinyoung?”
“Karena paman dan guan berada disini bi”
“Tidak, kau jangan berbohong pada ku”. Nyonya park mulai terisak
“Aku tidak bohong bi. Aku akan mengantarmu”. Jinyoung membawa nyonya park ke sebuah pemakaman yang bertulis kan nama tuan park dan guanlin. Disitu lengkap di pajang foto tuan park dan putra nya.
“Tidak, suami ku belum mati, guan jangan tinggalkan eomma nak”. Nyonya park menjerit frustasi depan makam suami dan juga putra nya. Jinyoung hanya diam membeku. Pipinya basah sudah karena tumpahan air mata. Sebenarnya ia tak kuasa menahan sedihnya, tapi dia harus tegar di hadapan nyonya park.
“Jinyoung, ini mimpi kan? Katakan kalau bibi sedang bermimpi nak”. Jawab nak. Nyonya park menangis di pangkuan jinyoung.
“Maafkan aku bi, maafkan aku”. Tak lama kemudian nyonya park tidak sadarkan diri. Jinyoung segera mebawa nyonya park ke dalam mobil dibantu oleh paman kim.
“Aku berjanji bi, aku akan membalaskan dendam keluarga mu. Mereka harus membayar semua ini dengan nyawa mereka. Aku berjanji”.
Hallo readers,
Sekarang aku lagi rajin update hihi😂
Aku janji bakalan selesaikan wattpad ini sesegera mungkin😊
Happy reading
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo [END]
Teen Fictionhallo readers, ini cerita pertama aku. aku ngak pandai bikin deskripsi jadi kalau penasaran langsung baca aja ya😊 jangan lupa vote dan komen.