Tadi sebelum pulang sekolah Umji dicegat lagi oleh segerombolan perempuan yang menanyakan apa hubungannya dengan Mingyu. Sebagian dari mereka malah menghina dan merendahkan Umji.
"Kau siapanya Mingyu? Kenapa kau memanggilnya dengan sebutan 'oppa'? Kenapa Mingyu selalu mengantar kau pergi dan pulang? Kau ini kegatelan sekali, sih!" Kata salah satu senior yang bahkan Umji tidak ketahui namanya.
"Kenapa juga kau bisa berkenalan dengan teman-teman Mingyu? Apa sih bagusnya dirimu?" Kalau perempuan ini Umji tau karena dia beberapa kali mempergokinya sedang memperhatikan Mingyu, nama senior ini Minseo.
"Dengar ya sunbaenim yang cantik-cantik, aku ini adik sepupu dari Mingyu Oppa, jadi tau kan alasan kenapa aku memanggilnya 'oppa' dan dia memanggilku 'baby'?" kata Umji pelan.
"Kalian sepupu? Wah kenapa Mingyu yang sempurna bisa memiliki sepupu buruk rupa sepertimu? Kenapa dia tidak malu mempunyai sepupu sepertimu? Kenapa kalian bisa sangat berbeda?" Ujar senior lain yang tidak Umji kenal.
"Mungkin dia hanya kasian padamu yang buruk rupa ini, jadi dia selalu mengantar dan menjemputmu."
"Lagian kenapa kau masih hidup sih? Bukankah kau sepupu Mingyu yang mencoba bunuh diri tahun lalu? No wonder you're trying to kill yourself cause if I were as ugly as you I would kill myself too. You're such a fucking waste of space!"
Umji sudah terbiasa jika dibilang jelek dibandingkan sepupu-sepupunya, namun salah satu seniornya ini sudah terlalu kelewatan.
Umji langsung pergi dari tempat itu dan bergegas pulang kerumah.
Sekarang, Umji sedang berbaring di atas kasur dan menatap langit-langit kamarnya yang sengaja di desain seperti langit. Hati Umji hancur tentunya mendengar kata-kata seniornya tapi dia tidak bisa menangis dan menumpahkan kesedihan dan amarahnya. Hatinya sudah terlalu mati untuk merasakan kesedihannya.
Dia berniat untuk tidak memikirkan perkataan senior jahat tadi. Dia pun berusaha untuk melupakannya dan berusaha tidur.
Umji berusaha untuk tidur tapi pikirannya berkecamuk memikirkan perkataan kakak kelasnya tadi. Dia tidak tidur sama sekali, bahkan tidak bisa terpejam semenit pun. Pikirannya sangat kacau.
Dia pun menyingkap selimutnya dan turun dari kasur, melihat jam digital yang menunjukan 7:49 pagi.
Dia memutuskan untuk mengambil botol pil obat tidur, dia meminum satu pil obat tidur tapi kantuknya pun tetap tak kunjung datang. Dia tetap tidak bisa tidur.
Dia minum pilnya lagi, lagi, lagi, dan lagi hingga mulutnya terlihat penuh dengan pil dan matanya perlahan tertutup. Dia senang akhirnya bisa tidur.
Jam sudah menunjukkan pukul delapan lebih tiga puluh menit sekarang. Bogeun bingung, biasanya jam segini adik bungsunya sudah bangun tetapi sekarang kamarnya masih gelap dan tidak ada suara. Bogeun penasaran dan mengecheck kamar adiknya.
Bogeun terkejut bukan main. Jantungnya berdegup kencang, air matanya pun turun tak tertahankan. Dia sangat panik dan langsung memegang urat nadi adiknya, mencari-cari denyutan yang ada pada adiknya.
Beruntung, urat nadi adiknya masih berdenyut dan dia langsung membopong adiknya ke mobil dan membawanya ke rumah sakit.
Dengan cekatan dia membawa adiknya keluar dari mobil dan masuk kedalam rumah sakit dan beruntung adiknya langsung ditangani dokter.
Bogeun menelpon ibunya sambil terisak, "Ibu maafkan aku tidak bisa menjaganya dengan benar, maaf, maaf, maaf, maaf."
Ibunya terdengar bingung di sebrang sana, "Ada apa sayang?"
"Ibu, kejadian musim panas tahun lalu terulang kembali."
***
your vote and comment will be very much appreciated <3
KAMU SEDANG MEMBACA
to be loved & to be in love.
Fanfictionjust a classic story about a boy who fell in love with a girl who can't love herself.