MARRIED BY ACCIDENT.
.
.
.
.___0o0___
Ini jam pulang sekolah, seperti biasanya Jihye akan ke halte dan menunggu bus disana. Hanya kendaraan itu yang bisa Jihye andalkan setiap hari. Saksi dari semua kebisuan Jihye selama ini. Bahkan ketiga sahabatnya saja berkata jika Jihye sedikit berbeda. Tidak ada lagi Jihye yang semangat seperti dulu. Tidak ada lagi Jihye yang galak pada orang yang membuatnya jengkel walau hanya hal kecil.
Gadis tersebut lebih cenderung diam juga tidak banyak merespon candaan teman-temannya. Jihye seperti kehilangan separuh nyawanya hingga hidup seperti orang mati, tidak ada gairah bahkan sekedar untuk meminum air putih.
Kesakitan Jihye sudah sampai inti hidupnya, padahal gadis itu sudah berusaha untuk menutupi semuanya seperti yang biasa ia lakukan namun sepertinya untuk kali ini tidak berhasil justru membuat semua orang mengetahui betapa lemahnya Oh Jihye saat ini.
Helaan napas berat Jihye hembuskan begitu dia sampai di halte. Tangannya sedari tadi juga meremas erat sesuatu yang ia sembunyikan di balik saku hoodie yang ia pakai. Ia pun sudah menghubungi Baekhyun jika dia ada di halte dan menunggu pemuda itu. Soal Sehun dan kejadian kemarin lusa sudah Jihye coba untuk ia buang jauh-jauh dari otaknya. Walau sangat sulit, tapi gadis bodoh ini sudah terlampau percaya jika Sehun pasti akan menepati janjinya.
Udara dingin benar-benar tidak berpengaruh sama sekali. Jihye tetap duduk tenang menunggu pemuda bermarga Byun tersebut datang. Sebenarnya Baekhyun telah datang sedari tadi. Pemuda itu berada tepat di seberang Jihye, seperti yang pernah ia lakukan saat mereka terbangun dengan keadaan yang membuat mereka sampai ke tahap seperti ini.
Jika Baekhyun menghela napas berat maka Jihye menundukan kepala seraya menaikan sepatu conversenya. Baekhyun siap menyerbang jalan saat Jihye masih asik dalam dunianya, gadis itu akan mengikuti aliran takdir yang sudah menyebut namanya. Sekalipun ia melarikan diri, maka akan percuma. Karena benar yang Baekhyun katakan, anak yang ia kandung butuh sosok Ayah dan kejelasan. Jihye tidak akan sanggup jika harus di hina orang-orang di luar sana, Jihye hanya gadis rapuh yang sok kuat. Bukan sosok Wonder Woman yang tahan banting.
Sebuah bungkusan plastik menyodor tepat di depan wajah Jihye, membuat gadis itu sadar dari lamunan kemudian mendongak.
Siapa?
Saat Jihye menoleh, Baekhyun sudah duduk di sebelahnya. Pemuda itu memberi isyarat agar Jihye mengambil bungkusan tersebut dan langsung di cerna baik oleh si gadis. Jihye awalnya bingung namun ketika dibuka ternyata isinya makanan. Ada sebungkus sushi, roti, makanan ringan dan sebotol air.
"Makan itu dan habiskan." titahnya seperti memaksa.
Saat Jihye hendak buka suara Baekhyun menangkat tangannya memberi tahu agar Jihye diam.
"Aku tahu perutmu mual jika terisi makanan, kau sudah mengatakannya berkali-kali. Tapi apa untuk seterusnya kau akan seperti itu? Seburuk apapun rasa makanan di dalam mulutmu kau harus tetap makan, kesehatan itu penting." ---- juga kesehatan sesuatu yang ada dalam perutmu. Kalimat terakhir Baekhyun ucapkan di dalam hati.
Jihye terbungkam. Ia tidak bisa menolak lagi. Gadis itu hanya menangguk dan tidak lupa mengucapkan terimakasih. "Baiklah, aku mengerti. Gomawo."
Baekhyun bergumam lalu mengangguk. Netranya kembali menatap Jihye yang terdiam lagi. "Ada apa?"
Jihye menoleh hingga pandangan mereka bersiborok. Ada ragu yang ia rasa, namun akan berakibat sesal jika Jihye tidak mengatakannya. Gadis bermata hazel itu meneguk ludah lalu menarik napas dalam. Tangannya yang sedari tadi bersembunyi di saku Hoodie ragu-ragu mulai keluar bahkan sampai bergetar. Mengeluarkan sebuah kotak kecil dan menyerahkannya pada Baekhyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married By Accident [Byun Baekhyun] COMPLETED
FanfictionKetika musuh bebuyutan harus terpaksa berdamai karena keadaan hanya ada dua kemungkinan, antara mungkin dan tidak mungkin. Jadi apakah Jihye dan Baekhyun bisa melewatinya? . . .