10. Should I

135 43 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Drtt..drtt

Tertera nama kak juhyeon di ponsel milik Jinyoung, sang pemilik masih berpikir keras sembari terus melihat ke layar ponselnya.

"Angkat ga nih, aduhh." Ia menggerutu sendiri, pasalnya Ia takut salah bicara nantinya.

Ia terdiam beberapa saat hingga ponselnya berhenti bergetar.

Ting!

Satu pesan masuk di layar notifikasinya.

Kak Juhyeon: baejin udah tidur ya? Atau lagi makan, telpon kakak balik ya.

Jinyoung menggigit bibir bawahnya, rasanya ragu untuk sekedar berbicara pada kakaknya itu.

Drtt..

Jinyoung kembali terkejut setelah layar ponselnya beralih menjadi tampilan panggilan masuk dari kakaknya, lagi.

Tanpa pikir panjang lagi, Jinyoung akhirnya menggeser tombol hijau di layar ponselnya.

"Ha-halo?"

"Udah tidur ya dek tadinya?"

"Eng-engga kak, barusan balik dari dapur, baru baca chat kakak taunya keburu nelpon." Jinyoung berusaha menetralkan rasa gugupnya, bisa saja walaupun kakaknya tidak melihatnya secara langsung namun bisa mengetahui hanya dari suara, terlebih kakaknya seorang mahasiswa psikolog.

"Papa sama mama lagi apa? Kakak telpon mama ga diangkat mulu."

"Oh mama sama papa nonton kak di bawah, mama jarang pegang hp juga."

"Oh iya, kakak mau ngomong nih."

"Bukannya dari tadi kakak udah ngomong?" suara Jinyoung terdengar polos.

"Hehehe, ya bukan gitu maksudnya, ada yang mau diomongin."

Jinyoung menelan salivanya, semoga saja ini tidak menyangkut hal 'Perusahaan papa dan juga apa semuanya baik-baik saja'

"Langsung aja kak, sans hehe."

"Kata papa perusahaan belum stabil ya?"

"I-iya kak bener."

Telapak tangan Jinyoung sudah berkeringat, badannya panas dingin.

"Kakak ngirim uang yang diambil dari kas usaha kakak, seratus limapuluh juta , besok diambil ya."

Seratus juta itu lumayan banyak, namun dalam keuntungan usaha Juhyeon, nominal itu hanya beberapa persen. Alasan Juhyeon selama ini tidak mengirim karena ayahnya melarang, hidup di luar negeri itu tidak mudah.

"Tumbenan kak, papa ga ngelarang?"

"Engga, kakak ga minta persetujuan papa soalnya."

"Terus kalo aku terima, nanti pas make pasti ketahuan dong kak?"

"Nanti pas udah ditangan baru bilang, papa ga akan marah kok."

"Kakak berani jamin?"

"Kakak lahir duluan dari kamu dek, percaya aja sama kakak."

"Kak."

"Iya?"

"Kalo percaya sama kakak berarti sesat dong?"

"Hah maksudnya?"

"Kan kita harus percaya sama tuhan, bukan yang lain."

"Maaf kakak ga denger, soalnya lagi ngupil."





🍂




Tugas, tugas dan tugas. Itulah pekerjaan yang dilakoni pelajar, disekolah maupun dirumah.

Jinyoung berkutat di depan macbook nya dan buku tulis, Jinyoung baru teringat ketika Haechan menelponnya terus-terusan hanya menanyakan jawaban dari tugas Seni yang nyatanya Jinyoung tidak ingat.

Ditengah-tengah menulis, tak sengaja cairan merah menetes dibukunya. Sontak saja Jinyoung membelalak.

"Ga ada sakit ga ada apa, mimisan terus."

Ia mengambil beberapa helai tisu di laci meja belajarnya dan membersihkan hidung serta bukunya.

Padahal akhir-ini ini Ia sudah berhenti bermain basket, hanya karena mimisan beberapa kali. Ia merasa cukup minum walaupun cuacanya benar-benar menyengat.

Tok.tok.tok

Jinyoung menoleh ke belakang, pintu kamarnya diketuk. Dengan segera Ia melepaskan gumpalan tisu yang menyumpal hidungnya.

"Siapa?" serunya.

"Ini bibi."

"Masuk aja bi, ga dikunci kok."

Pintu terbuka dan bi Amra masuk ke dalam kamar Jinyoung.

"Papanya mau berangkat kerja tuh dek."

Jinyoung berdiri dan hendak turun, Ia tidak tau kenapa akhir-akhir ini setelah perusahaan bangkrut, mereka memiliki hubungan yang baik. Tentu, yang dirasa buruk belum tentu efeknya buruk. Jika dulu mungkin Jinyoung sudah terbiasa bangun pagi tanpa ada sosok ayah baginya.

"Ngga besok aja bi? Kan udah malem."

Jinyoung memang belum terbiasa dengan keadaan sekarang, ayahnya bisa saja pulang tengah malam ataupun pagi hari. Jinyoung merasa bersalah akan semuanya.

"Mama kamu tadi marah-marah, tapi papa kamu bilang dia kerja sekarang ga ada hubungannya sama sekali dengan pertengkaran."

Ya, hampir setiap hari ada pertengkaran di rumah ini, bahkan hal sekecil apapun menjadi masalah apabila ibu Jinyoung sudah berhadapan dengan anak ini.

"Apa mama udah berhak dibenci dengan alasan ini?"







asdfghjkl

mereka ngelive seharian tanggal 7 padahal w sekolah heuheu, ga boleh bawa hp.

udah kelas 12 juga jarang pake laptop di kelas :'(((

silence × bjyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang