44. Sun(date) 2

58 8 0
                                    



Happy reading!







“Ayo!”


Sohye menarik tangan Jinyoung dan berlari setelah mereka tiba di parkiran rumah sakit.


Jinyoung kewalahan menanggapi itu, bahkan Ia hampir tersandung lantai yang timbul di sisi pintu masuk.


“Pelan-pelan dong. Aku kesandung.”


Sohye mendadak berhenti, “Iyakah? Maaf.”


Gadis itu mengeluarkan cengirannya yang membuat Jinyoung terpaku menatapnya, “Sekarang ayo!”


Gadis itu kembali menarik tangan Jinyoung dan berlari ke lift.


Jinyoung gemas, tapi juga kesal. Jadi, ya sudah.


“Tangan lo dingin, sakit ya?”


Jinyoung menoleh, “Hah?”


“Ah, gue tau. Lo deg-degan kan.” Godanya sambil tertawa keras.


“Both are wrong.”


Sohye terdiam dengan ucapan datarnya.


“Im afraid, my mom—“


“Ada gue, jangan lupain itu. Sekarang ayo keluar lift.”


Tap tap.


Semua orang yang berada di ruangan itu menoleh ke arah pintu, dua pasang langkah kaki terhenti disana.


Juhyeon menatap kedua remaja itu, Sohye langsung melepas lengan Jinyoung yang dipegangnya.


“Duduk aja dulu sana.”


Giliran Jinyoung menarik lengan Sohye untuk duduk di sofa pojok ruangan.


Masih ada dokter yang terus bertanya, dan Juhyeon mendampingi sang Ibu.


Sesekali ibunya menatap Jinyoung dan Sohye bergantian disela-sela menjawab pertanyaan yang diajukan padanya.


Sohye tersadar dan menunduk, memberi salam disertai senyuman ramahnya.


Sementara Jinyoung, Ia hanya menunduk takut.


“Dek, sini.” Jinyoung menoleh ke sumber suara, Juhyeon melambai ke arahnya menandakan agar mendekat.


“Buruan sana.” Sohye mendorong pelan tubuh kurus Jinyoung.


“Iya.”


Bahu Jinyoung dirangkul sang kakak yang mendorongnya perlahan untuk mendekati ibunya, tatapan Jinyoung sendu serta jantungnya yang berdegup kencang.


“Sapa mama.” Bisik Juhyeon.


“Ma—mama.”


“Nak.” Sahut Ibunya, jujur Jinyoung sangat takut dengan tatapan datar ibunya—tapi suaranya terdengar tulus dan Jinyoung merasa lega karena itu.

silence × bjyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang