12. A reason to leave

151 43 0
                                    










🍂



Baru kerasa, batin Jinyoung.

Setelah terburu-buru pagi tadi dan hendak memakai dasi, dasinya jatuh di bawah meja belajarnya dan saat berdiri kepalanya menghantam tepat sudut dari meja.

Lukanya rentan karena juga mengenai bagian luka sebelumnya.

"Lo mati rasa atau gimana sih? jangan-jangan pemakai nih lo ya?" Daehwi menunjuk ke arah Jinyoung dengan tatapan selidik, walaupun aslinya Daehwi itu hanya bercanda.

"Halah, minum sprite aja udah mabok soda." Sohye ikut bergabung sembari fokus pada pembersihan luka Jinyoung, ya Sohye, Nakyung dan beberapa siswi lain dikelasnya adalah anggota PMR.

"Ya namanya takdir, siapa coba yang mau ngerasain sakit sama rugi?" sahut Jinyoung, laki-laki ini meringis karena lukanya yang sangat perih setelah terkena alkohol.

"Iya, udahlah kasian dianya sakit gitu jangan dipusingin."

Tumbenan Han bijak-Jinyoung.

"Mending lo di uks aja bro, ntar tugas kita kasih tau, sekalian kalo ada catatan kita tulisin deh." Ucapan Jihoon membuat anak buah kelas laki-laki yang berada dalam uks mengangguk-angguk.

"Yodah siniin tas lo, ambil dulu barang berharganya kalo ada." Ucap Haechan.

"Engga ada, ambil aja."

Haechan pun mengambil tas yang berada di ranjang uks di depan Jinyoung.

"Asshh, sakit hye, pelan-pelan dong?" Jinyoung meringis kuat, kepalanya terasa tersayat dengan perlahan hingga sakitnya menyebar perlahan.

"Lebih sakitan mana? Gue yang ga tega liat lo darah-darahan mulu."

Beberapa murid sekelas yang berada dalam ruangan itupun, terdiam.









🍂

🍂

🍂

🍂









Sia-sia bagi Jinyoung jika sekolah tapi tidak belajar, namun perawat uks pun melarangnya. Padahal bukan hal besar tentang itu, tapi Jinyoung merasa pusing dan itu benar-benar tidak bisa terelakkan.

Sedikit reda, Jinyoung masuk tiga jam pelajaran terakhir

"Anjir, maksa banget lo ah, kerajinan atau gimana sih?"

Woojin menyenggol lengan Jinyoung.

"Ogah di uks lama-lama gue."

"Eh young ini bukunya."

Jinyoung menoleh kebelakang dan mendapati Guanlin menyodorkan bukunya.

"Ada catatan fisika sama bahasa tadi, kita nulisnya giliran hehe."

"Ya, makasih udah bantuin gue."

Jinyoung membuka lembaran bukunya, Ia terkekeh sesaat. Kini, bukunya menjadi perpaduan tulisan teman-temannya.

"Sorry Jin, tapi keknya emang tulisan Daehwi sama Haechan yang bagusan dikit." Ucap Jaemin yang entah kapan berada di samping Jinyoung.

"Heh, masih sakit ga?" seseorang menyentuh tangan kanan Jinyoung.

Jinyoung menoleh kesamping, Nakyung dengan ekspresi penasaran menatap Jinyoung.

"Dikit, udah mendingan kok tapi."

"Oh, oke oke."

Gadis itu mengalihkan pandangannya saat guru bahasa jerman mereka masuk kelas, sementara Jinyoung masih melirik ke arah samping Nakyung dimana Sohye sedang sibuk mencatat di buku.

"Beri hormat, malah bengong." Jinyoung terperanjat, memang senggolan Woojin itu setara Jihoon, sama-sama kuat.

"Aufstehen bitte – stand up please. Guten Tag, Miss –Good afternoon, miss."

Jika pelajaran jam terakhir sangat membosankan, tidak bagi Jinyoung. Mungkin untuk hari—hari tertentu bagi Jinyoung, seperti hari ini.

Jinyoung memang suka dengan pelajaran bahasa Jerman, menurutnya sastra Jerman itu menarik dan Ia bercita-cita kuliah ke Jerman, tidak terlalu buruk.

"Jin, woojin."

Woojin menoleh, "Apa?"

"Kalo anak yang ngejauhin ortu itu salah ga ya?"

"Kita kan senasib gitu, dijauhin kayak kehadiran kita tuh ga diharapin."

Woojin mencermati kata-kata yang dilontarkan Jinyoung secara tiba-tiba seperti sekarang.

"Lo ga harus gitu Young, suatu saat ortu kita pasti sadar sama perbuatannya."

"Merea bakal  sadar akan kesalahan mereka, pas kita pergi, jauh."







-tbc-

silence × bjyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang