15. Too strong

142 43 2
                                    

Jinyoung menatap tempat tidur didepannya, matanya terasa panas dan tubuhnya merosot dan terduduk bersandar di pintu kamarnya.

Ia bingung, kenapa hari-harinya terasa semakin sulit dan Ia juga dalam keadaan yang tidak baik. Ia sadar jika dirinya sedang sakit.

"Mama jahat." Lirihnya disaat menunduk.

Jinyoung berusaha agar tidak menangis, karena Ia merasa Ia tidak berhak melakukan itu saat ini.

Jinyoung kecewa, sangat.

Persetan dengan semua itu, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. jinyoung memakai akses melalui jendela kamarnya untuk pergi ke taman komplek dan berniat untuk menghibur diri.

Di malam yang cukup sepi dengan cuaca mendung dan berangin, Jinyoung mengambil sebuah bola basket di sudut lapangan, berhari-hari Ia menahan diri untuk tidak bermain basket dengan alasan kesehatan, Ia merasa lebih baik sekarang.

Tap...tap...tap

Ia memantulkan bolanya berkali-kali dan mencoba memasukkannya ke ring dan sepuluh kali percobaan Ia gagal, dan kepalanya mulai sakit lagi.

"Anjir kenapasih?" gerutunya sebari menuju kursi taman.

Ia terduduk sambil membungkuk mengusap kepalanya yang semakin sakit.

"Young, kok lo disini?"

Jinyoung kaget dan melihat seseorang yang berdiri di hadapannya dengan tatapan bingung.

"Gu-gue nyari angin hehe."

Sohye—gadis itu mengambil posisi disebelah Jinyoung, "Nyari angin apa basketan? Keringetan tuh." Sohye menunjuk pelipis Jinyoung.

"Ketahuan hehe, lo darimana? Cewek mana boleh kelayapan malem-malem?"

Sohye tertawa kecil lalu menunjukkan bungkusan yang dipegangnya, "Biasa, buat cewek."

"Yaudah sana pulang, ga baik angin malem." Kata Jinyoung.

"Terus lo juga?" Sohye tidak mau kalah.

"Gue kan cowo, strong lah."

"Terlalu strong lo mah, kerjaannya bikin orang khawatir mulu." Sohye menatap garang ke arah Jinyoung.

"Gue ga minta dikhawatirin."

"Ya tapi kan gue mahluk hidup, peka lah."

Jinyoung terdiam dan menatap gadis itu dalam-dalam.

——

Tidak tau kenapa, Jinyoung tidak bisa menuju kamarnya dengan cara naik melalui tali. Ia terpaksa masuk diam-diam melalui pintu belakang agar bisa kembali ke kamarnya.

Ia mengendap diam-diam dan membuka pintu belakang gudang yang menembus ke arah pintu bawah tangga dan masuk diam-diam ke kamarnya.

Tak lupa Ia membersihkan tubuhnya yang berkeringat serta mencuci wajahnya.

"Capek." Keluhnya lalu merebahkan diri di tempat tidur, sakit itu masih terasa dikepalanya dan mungkin akan mimisan lagi setelahnya, Ia hanya terdiam berharap sakit itu akan hilang jika dirinya merasa tenang.

Prang..

Bunyi yang sudah lama tidak terdengar olehnya, Ia sontak bangun dan membuat kepalanya jauh lebih sakit daripada tadi.

Dan perlahan Ia bisa mendengar kericuhan di kamar sebelahnya.

"Mama..."

brakk.

Jinyoung mendorong keras pintu yang tidak tertutup rapat itu hingga Ia hampir kehilangan keseimbangan, Ia membelalak saat melihat ibunya dengan luka di bagian tangan dan kaki.

Dan satu objek yang dipegang ibunya, pecahan cermin. Jinyoung lemah, hatinya seperti tersayat bahkan tercabik-cabik melihat sang ibu dipenuhi luka sambil menangis.

"Ma..." lirih Jinyoung mendekat ke arah ibu yang menyenderkan kepalanya di sisi nakas.

"Ma, astaga.." Jinyoung menoleh ke belakang dan mendapati sang ayah dengan raut panik. Matanya tidak berhenti menatap sang ayah hingga mendekat ke arahnya dan ibunya.

"Jinyoung, bantu papa ngangkat mama, kita ke rumah sakit." Titah ayahnya.

"Ayo ma—"

"Ash."

Goresan beling menjangkau lengan dalam Jinyoung, ketenangan tidak terpatri lagi diwajahnya, Ia seketika kaget dan tidak bisa berucap apapun bahkan sekedar meringis.

Darah mengalir dari luka yang berukuran tujuh inci itu hingga menetes ke lantai.

"Ma, kamu kenapain Jinyoung—" ayahnya sudah ancang-ancang untuk kembali menampar sang istri setelah luka yang Ia buat.

"Pa, gapapa. Bawa aja mama ke rs, mungkin mama kesakitan dan gabisa ngatur emosi."

Such an patient boy, who hiding a lots of pain.

——

Sudah pukul duabelas malam, Jinyoung masih terjaga karena tangannya harus berurusan dengan plester dan kapas alkohol.

Ia menatap sendu seseorang dari kejauhan, yang besok tidak bisa berada di rumah ini lagi. Jinyoung juga sempat melihat bi Amra menangis saat menyaksikan pertengkaran tadi.

Jinyoung mencoba belajar sebelum orang yang selalu membantunya itu, pergi. Seperti sekarang, mengobati lukanya. Ia tidak meminta bantuan apapun walaupun dalam kesulitan.

"Jinyoung kan strong, hehe."

Bibirnya melengkung indah, namun sorot matanya mengisyaratkan bahwa Ia sebenarnya lelah.









tbc.

any nctzen here?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

any nctzen here?

silence × bjyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang