Chapter 4

624 74 6
                                        

Angin berhembus perlahan, ranting-ranting terhempaskan. Udara sejuk di musim semi bulan April. Terdengar suara tawa anak-anak di pusat kota, di iringi alunan musik jazz di depan salah satu restoran. Air mancur yang sudah tua, diatasnya terdapat sepasang burung sedang merajut kasih. Seorang pria duduk disana sambil memberikan remahan roti kepada burung merpati.

Pria itu tersenyum, "Aku rindu halaman kerajaan, saat aku bermain dengan tuan muda," ucapnya.

Ia membuka jubah warna putihnya, rambutnya yang berwarna hitam sedikit putih itu tertiup oleh angin lembut.

"Tuan Nanase Riku, aku janji padamu aku akan mengembalikanmu ke kerajaan dan mengungkap semua kebusukan disana."

Seorang anak perempuan datang menghampirinya dan memberikan secarik kertas, "Ini peta yang tuan mau. Jadi, bagaimana upahku?" tanya anak itu.

Pria itu tersenyum, "Ambil kantung ini," ucapnya.

Anak perempuan itu terlihat bahagia, "Wah, isinya banyak sekali. Terima kasih, tuan Momo!" ucap gadis itu kemudian pergi.

"Sama-sama," jawab pria itu.

--------------------------------------------------------------

Gaku masuk ke rumah sambil membawa kotak kayu berisi buah jeruk. Di belakangnya terdapat Riku yang sedang susah payah mengangkat kardus kecil, sedangkan Iori dan Ryunosuke membantu mengangkat kotak kayu yang lain.

"Tuan, ini berat sekali!" ucap Riku kesusahan.

Iori tertawa kecil, "Sungguh lemah sekali wahai anak kecil," katanya dengan nada mengejek.

Riku mendengus kesal, "Apa-apaan kau!? Umurmu lebih muda dariku, jangan sok mengejek orang yang lebih tua, ya!" kesalnya.

Iori tertawa, "Oh, jadi kamu memang tua, ya? Makanya tidak sanggup mengangkat kardus kecil itu?" ejeknya.

Riku menaruh kardus yang sedang ia angkat dan menghampiri Iori, ia menarik kerah pakaian Iori dan mengangkatnya keatas. Wajahnya terlihat begitu marah, seakan sudah siap ingin memukul target di depannya.

"Sebagai seorang pria tidak seharusnya kamu mengarahkan pukulan pada orang yang lebih muda," ejek Iori.

Gaku yang merasa terganggu menghentikan pekerjaannya dan menarik kerah pakaian Riku dan Iori. "Jika kalian ingin ribut maka lakukan di lapangan, jangan di rumahku!!" bentak Gaku.

Seketika Riku dan Iori terdiam, "Baik.." ucap keduanya. Ryunosuke tertawa kecil.

Setelah selesai membantu, Gaku pergi ke pasar untuk melanjutkan pekerjaannya lagi bersama dengan Ryunosuke. Dengan gerobak yang di isi oleh beberapa kantung beras dan kotak kayu, mereka berdua pergi bersama. Iori duduk terdiam di bawah pohon, tempat dimana Gaku dan Riku berlatih. Lembutnya angin yang berhembus membawa rasa kantuk pada pria itu. Rambutnya yang berwarna biru gelap tertiup angin sepoi-sepoi. Ia menatap ke atas langit yang biru.

"Izumi Iori..."

Iori menoleh, ia terkejut. "Darimana kamu tau nama itu!?" tanya Iori.

Riku datang membawa nampan berisi dua cangkir teh dan satu teko keramik. Ia tersenyum, "Cuaca indah seperti ini akan menjadi sia-sia jika kita tidak minum secangkir teh hangat bersama. Mau minum?" kata Riku dengan lembut.

Iori kembali duduk ke posisi semula, menutup wajah karena malu. "Ada apa tiba-tiba bersikap baik padaku? Apa kamu mau uang?" tanya Iori.

Riku tertawa, "Kamu saja sudah jauh dari orang tuamu, sekarang malah tebar kekayaan. Kamu lupa mereka bukan orang tuamu?" ucapnya.

Blood and DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang