Gaku berlari ke rumahnya dengan tergesa-gesa, "Kemana Ryu?" tanya Gaku.
Iori yang saat itu baru saja datang ke rumah sontak terkejut, "Tuan Yaotome? Aku baru saja ingin mencari tuan Tsunashi, Riku tiba-tiba saja mengeluh kesakitan," kata Iori panik.
Gaku terkejut, "Dimana dia sekarang? Bawa dia kemari! Kita harus segera berkemas dan meninggalkan rumah ini!" kata Gaku.
Iori mulai bingung, "Berkemas? Memangnya apa yang telah terjadi?" tanya Iori.
"Sudah, kamu ikut saja apa kataku. Aku akan mencari Ryu dulu," ucap Gaku kemudian pergi.
Iori yang masih dalam keadaan bingung kemudian berlari menuju tempat Riku berada.
Riku masih meringis kesakitan, ia memegangi kepalanya sambil meneriakan satu nama, "Tenn-nii," katanya.
Iori kemudian meraih tangan Riku dan merangkulnya, menuntun ia berjalan ke rumah. "Hei, kamu tidak apa-apa? Apa kamu bisa berjalan?" tanya Iori.
Riku tidak menjawab, ia terus-terusan meringis kesakitan. Sesampainya di rumah, Iori membaringkan tubuh Riku ke sofa. Dengan cepat ia menyiapkan segelas air dan meminumkannya ke Riku.
"Aku tidak tau cara merawat orang yang sedang sakit, hanya ini yang bisa ku lakukan," kata Iori kemudian ia pergi mengemas barang. Perlahan Riku mulai tenang, nafasnya kini mulai teratur.
Gaku dan Ryunosuke kemudian datang dengan terengah-engah.
"Iori, apa kau sudah mengemas pakaian Riku?" tanya Gaku. Iori mengangguk.
"Oh, tidak. Riku, apa asma mu kambuh lagi?" tanya Ryunosuke dengan lembut pada Riku.
Riku menggeleng, "Kepala... Sakit... Tolong..." ucapnya terbata-bata.
"Asma? Riku memiliki asma?" tanya Iori dalam hatinya.
Ryunosuke duduk di dekat sofa, kemudian mengusap-usap kepala Riku dengan perlahan. "Nah, sekarang Iori kamu bisa tolong bantu kami?" tanya Ryunosuke.
Iori mengangguk pelan, "Baiklah."
Ryunosuke tersenyum, "Anak pintar!" ucapnya kemudian mengusap rambut Iori.
Karena malu, Iori kemudian berlari ke ruangan, pipinya merah merona. Melihat hal tersebut entah mengapa Riku merasa sedikit kesal, mungkin lebih tepatnya perasaan ini disebut cemburu.
Gaku duduk di sofa, terdiam. Ryunosuke duduk di sebelah Riku dan menatap Gaku dengan serius, "Sekarang ceritakan padaku apa maksud semua ini," ucapnya.
Gaku menundukkan kepalanya, "Aku minta maaf tidak menjelaskan hal ini padamu. Fakta ini benar-benar akan membuatmu terkejut, Ryu," kata Gaku.
Ryunosuke menelan ludahnya, "Yah, memangnya apa?" ucapnya.
Gaku menarik nafas kemudian melepaskannya kemudian berkata, "Riku sebenarnya adalah putra dari Raja Nanase yang menghilang."
Ryunosuke terkejut, mulutnya menganga lebar. Tiba-tiba terdengar suara pecahan gelas di belakang ruangan.
"Hieekk.." Iori terkejut.
Merasa dirinya sudah terpergoki, ia keluar dari balik tembok dan menatap kedua pria yang sedang bicara itu.
"Maaf, aku mendengarkan pembicaraan kalian," ucap Iori sambil menundukkan kepala.
Ryunosuke menyuruh Iori untuk duduk di kursi, ikut dalam pembicaraan mereka, "Gaku, mengapa kamu merahasiakan hal tersebut dariku?"
Gaku menggeleng, "Aku tidak merahasiakannya, bocah itu yang memintaku. Sejujurnya aku bisa saja membocorkan informasi ini kepada kerajaan dan kita akan mendapatkan uang pengganti yang berlipat ganda. Namun sayang sekali aku tidak menginginkan uang yang kotor, selain itu banyak orang yang mengincar Riku. Aku ingin melindungi anak itu, bocah itu... Dia sangatlah lemah," kata Gaku kemudian melirik ke arah Riku, menatapanya dengan penuh rasa kasihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood and Destiny
أدب الهواةIDOLiSH7 AU [Terinspirasi dari Hoshi Meguri dari official IDOLiSH7] Dua anak kembar terpisahkan oleh takdir. Hukum kerajaan membuat anak yang lemah harus diusir. Anak itu lalu dirawat oleh seorang pedagang. Namun siapa sangka ada seorang penyihir da...