"Tanggal 2, pertemuan dengan menteri kehutanan. Tanggal 3, pertemuan dengan para dosen dari beberapa universitas. Tanggal 5 sampai 10 ada pembukaan panti asuhan. Sepertinya minggu ini sangatlah padat," ucap seorang pria tampan berambut pirang dengan matanya yang berwarna biru berkilauan.
"Diamlah, Nagi. Biarkan aku fokus," balas temannya.
Nagi tersenyum, "Wow, Sougo. That's awesome. Ajarkan aku mantra baru!" ucapnya senang saat melihat Sougo.
Sougo mengambil sebuah buku di rak dan membukanya, "Kali ini aku membutuhkan daun dan bunga cempaka putih. Lalu kemudian aku akan menggabungkannya dengan cairan ini. Lalu setelah ini dikeringkan..."
Merasa diabaikan, Nagi pergi keluar ruangan. Ia mengambil jam sakunya lalu pergi keluar.
"Aku akan kembali lagi jam 8 malam jadi tolong sisakan makanan untukku, ya. See you," ucap Nagi sambil keluar dan menutup pintu.
Sougo mendesah, "Akhirnya ia keluar juga."
Sougo mengambil botol kaca yang kosong dan menuangkan cairan obat yang baru saja ia buat.
"Sungguh kasihan tabib itu. Dia memintaku membuat obat untuk tuannya. Memang dia pikir aku apa? Aku adalah penyihir paling hebat di negeri ini. Berani-beraninya dia memerintahku seperti itu. Rasakan saja obat ini," ucapnya kesal.
Sougo membungkus botol itu dengan kotak kayu dan mengirimkannya pada kurir khusus. "Sudah ku bilang jika dia pulang lebih dari jam 7 aku akan membuat makanan dengan seleraku. Padahal dia orang yang pintar, tapi di dalam otaknya hanya ada wanita. Orang aneh," kata Sougo.
Terdengar suara kereta kuda yang berjalan menuju pusat kota. Sambil mengulur waktu, Nagi yang duduk di kursi penumpang membaca sebuah buku berbahasa Denmark. Nagi Valhart von North, lulusan dari universitas nomor 1 sedunia, pria paling tampan di negaranya, putra dari seorang saudagar yang sangat kaya raya membuat namanya terkenal di seluruh penjuru dunia. Tak ada yang bisa menandingi kepintaran, ketampanan, dan keanggunan Nagi.
Setelah sampai di pusat kota, Nagi segera turun dari kereta tersebut dan memberikan sejumlah uang kepada supir lalu pergi. Sambil membawa sebuah koper berwarna coklat di tangan kirinya dan sebuah buku berbahasa Denmark di tangan kanannya, ia melanjutkan perjalanannya. Tujuannya hanya satu, bertemu dengan rekan kerja ayahnya yang juga merupakan seorang saudagar yang sangat kaya raya.
"Ku dengan mereka punya seorang putra yang.. Hn? Cantik?" tanya Nagi pada dirinya sendiri.
Ia memasukkan bukunya ke dalam saku mantelnya dan mengambil secarik kertas. Sembari mengikuti peta yang ada di kertas itu, ia juga bertanya kepada warga sekitar.
Setelah satu jam berjalan, tujuan pun mulai terlihat.
Nagi mendesah, "Finally, aku sampai juga. Wow, sudah ku duga, rumah ini memang besar. But well, jika dibandingkan dengan rumahku, rumah ini pasti kalah."
Nagi berdiri di depan gerbang, menunggu penjaga rumah membukakan gerbang untuknya. Setelah beberapa menit, gerbang rumah terbuka. Beberapa pelayan berdiri membuat jalan, mempersilahkan tamunya untuk masuk. Sambil tersenyum, Nagi berjalan ke rumah tersebut. Seorang pelayan pria menawarkan dirinya untuk membawa kopernya, namun Nagi menggeleng dan tersenyum. Di depan pintu terdapat pasangan suami istri yang sudah menantinya.
"Nagi Valhart von North! Selamat datang di kediaman Jane. Silahkan masuk, anggap saja rumahmu sendiri," ucap seorang pria yang tidak lain adalah Martin Jane.
Nagi tersenyum, "Terima kasih sudah mengundang saya dalam perjamuan ini. Saya tidak menyangka akan diundang langsung dari pemilik pabrik kain terbesar di negara ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood and Destiny
FanfictionIDOLiSH7 AU [Terinspirasi dari Hoshi Meguri dari official IDOLiSH7] Dua anak kembar terpisahkan oleh takdir. Hukum kerajaan membuat anak yang lemah harus diusir. Anak itu lalu dirawat oleh seorang pedagang. Namun siapa sangka ada seorang penyihir da...