Chapter 1

5.1K 475 54
                                    

Gelanyar pegal itu masih terasa di kakinya setelah berdiri berjam-jam untuk memasak, ditambah tangannya yang kebas sehabis memeras baju-baju dari tabung mesin cuci.

Yoongi duduk di depan meja riasnya. Ia melirik kalender yang tergeletak apik di ujung. Ini sudah memasuki tanggal 1 Agustus. Satu bulan lagi, ditanggal 10, mereka akan merayakan anniversarry pernikahannya yang ke-3. Ditambah perayaan ulang tahun suaminya esok lusanya.

Sebenarnya ia sudah menyiapkan hadiah paling istimewa, selembar kertas yang menyatakan bahwa ia sedang hamil. Ini sudah memasuki minggu keduanya, dan ia belum memberitahukan ini pada Namjoon sama sekali.

Tapi entah mengapa, meniup lilin yang menancap di kue terasa sudah biasa. Yoongi ingin memberi sesuatu yang lain, saat ia menyiram tanaman tadi, entah mengapa ia kepikiran sesuatu untuk membuat sebuah karya yang di adaptasi dari kisah cinta keduanya.

"Ku rasa ini bukan ide yang buruk, aku masih punya waktu 4 minggu lagi, dan tersisa 4 jam dari sekarang sebelum Namjoon pulang"

Yoongi meraih buku catatannya. Ia menentukan judul karyanya, kemudian menetapkan para tokohnya. Setelah semuanya jadi, ia tinggal membuat kerangka ceritanya saja.

"Huh, selesai juga," gumamnya lega

Oh ya, sudah tahu apa profesi Yoongi?

Bukan, dia bukan ayah rumah tangga. Melainkan seorang penulis novel dan cerpen yang sudah menghasilkan banyak karya dan penghargaan, sedangkan suaminya, Kim Namjoon, merupakan dosen bahasa dan sastra Korea di SNU.

........

Jemarinya bergerak lincah diatas keyboard mac book nya. Dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya, kedua matanya menatap serius layar sekaligus otaknya bekerja merangkai kata-kata.

Penasaran dengan apa yang sedang diketik Yoongi? Mari kita baca bersama-sama.

.

.

.

Chapter 1

.

.

Seperti bensin yang mengenai api, secepat itulah api semakin membesar lantas mengamuk dan melalap semuanya. Habis, tak bersisa, semuanya jadi hitam nan serpihan abu. Begitu pula takdir, tidak ada yang tahu bahwa sekaya apapun keluarga ku dulu, kini kami menjadi orang biasa saja karena bisnis ayahku mengalami ke bangkrutan. Harta kami ludes seketika,tidak ada yang bisa dihamburkan, dipamerkan, atau bahkan untuk menunjukkan status sosial sekalipun.

Bisa dibilang, kami jatuh miskin.

Ayahku ditertawakan oleh mantan rekan bisnisnya ketika bertemu di jalan. Ya, sekarang ayahku beralih profesi menjadi penjual jajanan keliling untuk menyambung hidup. Ibuku keluar dari perkumpulan arisan sosialitanya, dan kini ikut membantu mengimbangi penghasilan ayah dengan menjalankan bisnis catering nya.

Sementara aku, bangsat memang, tapi realitanya kini aku mulai dijauhi oleh teman-temanku. Saat itu aku sedang menjadi maba di kampus elit bergengsi di Seoul, kampus swasta, tapi jadi tempat anak-anak para chaebol. Aku termasuk dalam sebuah geng yang terus berlanjut sejak jaman SMA, terdiri atas Kim Seokjin, Jung Hoseok,Yoo Kihyun, dan Park Jimin. Saat mereka mengetahui aku tertimpa musibah, bukannya memberi semangat, satu per satu dari mereka mulai menjauhiku. Ya,tidak pantas memang anak orang miskin baru bergaul dengan mereka, karena sekalinya nongkrong, kami bisa habis sampai 5 juta jika dirupiahkan.

[END] Hard Worker -Namgi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang