"Kook, apakah menjadi secret admirer adalah sebuah kesalahan?"
Jungkook yang tadinya menyesap kopi, kini beralih memandangku. Tangannya mendarat di bahuku lalu menepuk-nepuknya. "Nggak ada yang salah menjadi secret admirer, selama orang yang kamu stalk tidak tahu. Tapi, kamu tahu kan kalau kegiatan seperti itu hanya membuang waktumu saja? Pikirkan perasaanmu juga"
Aku mengembuskan napas panjang, rasanya kopi yang nikmat ini sudah tidak menggugah seleraku lagi. "Aku memang tidak paham masalah perasaan Kook, tapi aku juga tidak sadar kalau naluriku menghendaki untuk terus mencari tahu tentangnya. Semakin ku telusuri membuatku semakin ingin mengejarnya walaupun itu salah. Aku bingung, apa yang harus ku lakukan?"
Aku tidak bohong, selama 12 tahun masa ku sekolah, sama sekali tidak pernah terpikirkan kegiatan pacaran dimasa tersebut. Sekarang aku sudah menjadi seorang mahasiswa, hal yang lumrah bila aku mulai mencari pasangan hidup, tapi mengapa untuk pertama kalinya hatiku harus jatuh pada seorang pria yang bahkan telah memiliki kekasih?
"Bro..." panggilan Jungkook membuatku tersentak, menoleh kearahnya. "Selama aku mengenalmu, setahu ku kau bukan orang yang gemar membuang waktu untuk hal yang tidak berguna"
Keheningan kembali melanda kami, sementara pikiranku terus berkecamuk.
"Boleh aku melihatnya?" Jungkook menatap binar pada kamera ku, ku ijinkan dia melihatnya.
Selagi Jungkook asyik melihat-lihat hasil jepretan foto Yoongi disana, aku memandang jalan di luar sambil menyedot sedikit kopi ku. Jungkook tiba-tiba terkekeh, ku alihkan atensi padanya. "Kenapa, Kook?"
"Hatimu kuat juga, ya? Hahaha... Bisa-bisanya kamu memotret Yoongi saat dia sedang duduk berdua dengan kekasihnya"
"Entahlah, Kook. Aku juga tidak mengerti"
"Bro, dengarkan aku..." dia mengambil napas sejenak, aku bersiap mendengarnya. "Cinta tidak harus memiliki. Menjadi sahabatnya saja sudah cukup, kalau kau mendapati ia tersakiti, jangan biarkan dia menangis. Tapi satu yang harus kau ingat, jangan terlalu menjuruskan perasaanmu padanya, terlanjur sakit hati itu perkara yang sulit disembuhkan"
Jungkook ada benarnya. Dia memang lebih muda dariku, tapi dalam masalah hal percintaan dia jagonya. Ah... aku merasa payah sebagai lelaki.
"Ini pesanan americano Anda, selamat menikmati," ujaran pelayan tersebut membuatku tersadar. Dia telah berlalu seusai membungkuk hormat padaku.
"Oh, aku terlalu banyak melamun," gumamku. Ku garuk kepalaku yang sedikit gatal, meraih satu cup americano lalu menyedotnya pelan. Sensasi pahit ini sedikit mengurangi rasa lelahku.
Tugasku telah selesai sedari tadi. Tidak tahu pula mengapa aku tiba-tiba ingin melihat kumpulan fotonya lagi, jadi ku putuskan untuk mengamati satu-persatu potret dari wajah menawannya itu, walau terkadang aku sedikit kesal melihat wajah kekasihnya yang selalu berada di sampingnya. Aku menarik napas panjang, jemariku bergerak untuk mengarahkan kursor agar menutup galeri di laptopku.
Selesai. Walaupun aku nampak serius tadi, sebenarnya aku melihat foto tersebut sambil melamunkan percakapanku dengan Jungkook beberapa hari yang lalu.
Ku sandarkan punggungku malas. Mencari benda persegi panjang di sakuku, ternyata ada satu pesan yang sejak 10 menit lalu belum ku baca. Itu dari Mama.
Mama
Namjoon-ie sayang, Mama pulang diantar teman Mama. Maaf ya sudah merepotkanmu, kau bisa pulang sekarang atau kapanpun terseralah. Berhati-hatilah, ok?
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Hard Worker -Namgi
Fanfiction[Dikemas dengan bahasa yang ringan] Kim Namjoon dan Kim Yoongi, pasutri yang sama-sama hobi di bidang sastra. Curahan perasaan mereka, dan bagaimana sejarah cinta keduanya ditulis dalam sebuah karya sastra. WARN: Mpreg content!