"Selamat pagi, sayang!" sambut Namjoon begitu Yoongi terbangun pagi ini
"Joon..." Yoongi mengerang sambil mengucek matanya, setelah seluruh nyawanya mulai terkumpul, ia baru sadar jika suaminya itu tengah mengenakan celemek.
"NAMJOON, KAMU HABIS MASAK?!" pekik Yoongi yang amat terkejut.
Mengenal Namjoon sejak lama, membuat Yoongi paham jika suaminya itu payah dalam urusan dapur. Walaupun Namjoon bukan anak kecil, tapi kecerobohannya bisa saja mengahanguskan dapur, bahkan seluruh rumah mereka.
"Sstt... Kalem, sayang. Aku udah buatin makanan buat kamu," kata Namjoon yang kemudian memberi morning kiss nya
"Tapi kamu ngapain masak segala, kamu ga buat dapur kita hancur kan?" Yoongi meraih jemari Namjoon, sekedar mengecek apakah dia terluka atau tidak. "Untungnya kamu ga apa-apa"
Namjoon terkekeh. "Astaga sayang, aku memasak dengan berhati-hati, kok"
"Tapi tetap saja..." Yoongi masih tidak setuju dengan tindakan suaminya. "Jangan lakukan ini lagi, wilayah dapur hanyalah otoritasku," putus Yoongi sepihak
"Hey, kau tidak boleh begitu. Aku melakukan ini demi kamu, aku ga pengen kamu kecapekan dan bayi kita jadi risikonya"
Mendadak Yoongi terdiam, tangan Namjoon melayang menuju kepalanya, mengusap dengan sayang. "Ayo bangun, bersihkan wajahmu, lalu kita sarapan bersama"
Yoongi diam saja memperhatikan Namjoon yang terlihat kerepotan, ia ingin membantu tapi Namjoon melarangnya. Sejak tahu Yoongi hamil, Namjoon benar-benar memperlakukannya layaknya ratu, dan dia adalah babunya.
Memang benar, dengan bantuan ibu mertuanya, Namjoon mencari seorang wanita muda yang dipekerjakan sebagai pembantu di rumah mereka. Ketika wanita itu pulang, Namjoon lah yang menggantikan tugasnya, tak peduli dia lelah sehabis bekerja, yang penting istrinya itu jangan sampai kecapekan.
"Joon, nanti siang aku ada urusan sama penerbit," ujar Yoongi disela-sela makan
"Nggak usah, kamu istirahat aja selama hamil! Jangan ngurusin buku kamu terus," perintah Namjoon
Yoongi mendengus. "Ya ga bisa gitu dong, sayang. Masih banyak orang yang berminat dengan buku karyaku, masa aku diam saja sebagai penulisnya"
"Nggak, nggak! Kamu kan bisa hubungi mereka via telepon. Ngapain cape-cape kesana," Namjoon tetap bersikeras
"Tapi Namjoon-"
Cup
"Diam, habisin sarapanmu!"
Yoongi berdecak, tapi disisi lain pipinya merona karena perlakuan spontan suaminya.
Di tengah acara makannya, diam-diam Yoongi tersenyum sendiri. Namjoon yang dulunya gemar membaca kumpulan puisi dari pujangga terkanal sampai buku motivasi, kini beralih membaca banyak literatur tentang kehamilan.
Sebab dari buku itulah, ia yang sudah lama vakum tidak nge-gym tiba-tiba saja Namjoon memaksanya untuk pergi ke tempat kebugaran. Yoongi sih senang-senang saja, dia jadi rindu sensasi angkat beban, rekor terakhirnya yang pernah ia capai saat itu sampai di 70 kg.
Sesampainya disana, ia harus menelan ekspektasinya bulat-bulat. Namjoon mengajaknya kesini bukan untuk menambah massa otot, melainkan menyuruhnya mengikuti kelas yoga khusus untuk ibu hamil.
Bisa kalian bayangkan betapa malunya Yoongi saat itu, disana berkumpulah para wanita calon ibu yang begitu semangat mengikuti perintah dari sang instruktur. Yoongi kan laki-laki sendiri, apalagi usia kandungannya masih muda, perutnya tidak terlalu buncit seperti wanita-wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Hard Worker -Namgi
Fanfiction[Dikemas dengan bahasa yang ringan] Kim Namjoon dan Kim Yoongi, pasutri yang sama-sama hobi di bidang sastra. Curahan perasaan mereka, dan bagaimana sejarah cinta keduanya ditulis dalam sebuah karya sastra. WARN: Mpreg content!