7. Okinawa(2)

4.3K 559 69
                                    

Pemotretan berjalan dengan lancar. Seperti yang diharapkan dari idol terkenal, Sakura mampu menunjukan pose-pose memikat, ditambah kemampuan Sasuke dalam membidik gambar. Shikamaru yakin atasan mereka, Gaara, akan puas dengan hasil jepretan ini.

Semua memang berjalan lancar tapi tidak dengan hati Naruto. Sejak tadi jantungnya kembali berdetak tidak karuan tiap melihat Sasuke. Pipinya merona dan ada dorongan untuk menghindari tatapan maut Sasuke yang mampu membuat hati Naruto meleleh. Naruto serba salah. Ingin bertegur sapa namun gengsi.

Astaga, Naruto berasa kembali ke masa-masa abg absurd yang tentu saja tidak sudi ia ulangi untuk kedua kalinya. Demi Tuhan, usianya sudah hampir menginjak kepala tiga dan masa-masa seperti itu telah lama terlewat. Pertama kali pada Sasuke dan terakhir kali pada Ayahnya Menma. Mengapa ia harus mengulanginya lagi?

Dan juga kenapa harus dengan Sasuke yang notabennya adalah mantannya?

"Naru-chan," Deidara menepuk bahunya, tampangnya menyebalkan dan dagunyabmenggendik ke arah Sasuke. "Kalau kau masih denial begini nanti Uchiha direbut loh."

"Apasih." Naruto menepis tangan Deidara risih. Memilih menegak jus jeruk dari pada meladeni Deidara. Namun diam-diam matanya melirik Sasuke yang tengah bercengkrama dengan Sakura juga Konohamaru.

Ada jengkel yang muncul saat melihat Sakura mengamit lengan Sasuke seenak jidat lebarnya itu. Naruto merengut lucu, sebal karena Sakura menggoda Sasuke dengan baju renang super seksi.

Aku jauh lebih seksi kok, - Naruto berujar dalam hati, menghibur diri sendiri. Tidak sepenuhnya bohong karena memang sepuluh tahun yang lalu ia memang lebih seksi dari Sakura. Coba saja Naruto belum melahirkan, ia yakin ia akan pede memakai bikini seksi tanpa harus malu dengan lemak di perut.

Naruto menghela napas. Menatap miris pada kaos serta celana pendek yang ia gunakan. Naruto mendadak minder.

"Mama!" Teriakan Menma menyita perhatiannya. Naruto tersenyum melihat Menma yang sudah berganti celana renang tengah menenteng bola ditangan kirinya, sementara yang lainnya menggandeng tangan Ino yang tadi dimintai tolong Naruto untuk menemani Menma berganti pakaian.

"Maaf merepotkanmu, Ino," kata Naruto merasa tidak enak.

"Aku tidak repot kok. Tenang saja." Ino tersenyum.

Diam-diam Naruto agak iri juga melihat Ino yang masih bisa memakai bikini dengan begitu percaya diri. Tentu saja, meski sama-sama sudah beranak satu tapi Ino lebih pandai menjaga tubuhnya. Sering diet dan rutin ke gym. Berbeda sekali dengan Naruto yang  tidak pernah sempat diet ataupun ke gym karena hampir seluruh waktunya sibuk dengan bekerja dan mengurus Menma.

"Naruto, kau tidak cemburu apa?" Tanya Ino.

Naruto menatap Ino dengan tampang bodoh. "Cemburu kenapa?"

"Dengan Sasuke. Lihat! Sakura nempel-nempel terus kayak cicak dengan Papanya Menma!"

"Sasuke bukan Papanya Menma!" Naruto agak berseru, kesal. Tapi Ino tidak peduli.

"Sejak tadi, Naru cemburu tahu lihat Sasuke dengan Sakura, tapi dia masih denial," kata Deidara, minta ditabok.

"He ... benarkah? Naruto, kau tidak boleh begitu! Cepat hampiri mereka atau Menma akan kehilangan Papa barunya!" Ino terlihat bersungguh-sungguh.

"Astaga, apa sih yang kalian bicarakan? Siapa yang cemburu? Dan berhenti mengada-ada soal papa menma. Papanya Menma cuma satu dan dia ada di London."

Ino memutar bola matanya bosan. "Astaga, kau masih mengungit pria bodoh itu? Naruto, move-on dan buka lembaran baru. Aku yakin Sasuke jauh lebih potensial menjadi Papanya Menma ketimbang pria bodoh itu. Benarkan Menma Sayang?"

One More Happy Ending  (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang