8.

3.9K 491 34
                                    

Apasih yang ada dipikiran Sasuke tadi? Bisa-bisanya dia nekat mencium Naruto di depan umum begitu. Apalagi dengan kata-kata memalukan begitu. Rupanya cemburu sudah membekukan otak cerdasnya hingga ia melakukan tindakan nekat tanpa pikir panjang.

Bagaimana kalau Naruto malah makin membencinya?

Bagaimana jika Naruto menganggap ini sebagai tindak pelecehan?

Lebih bahaya lagi, bagaimana kalau image Sasuke dari calon papa terbaik menjadi om-om cabul bagi Menma?

Sumpah, Sasuke rasanya ingin berteriak sekarang kalau saja pita suaranya tidak mendadak putus begini. Agak tidak percaya juga sebenarnya saat melihat ekspresi Naruto sekarang. Reaksi sebab Sasuke menciumnya tadi.

Wajahnya hampir senada dengan warna buah tomat kesukaannya. Bibirnya sedikit terbuka dan pandangannya nyaris kosong.

Sasuke mati-matian menahan diri agar tidak mencium Naruto kembali sangking imutnya wajah Naruto saat ini.

" ... ke ..," bibir Naruto akhirnya mengucap, walau masih tidak jelas. Matanya akhirnya menatap langsung Sasuke. Tajam dan juga dengan wajah yang semakin merah. Kedua tangan Naruto mendorong Sasuke kuat agar menjauh darinya.

"Dasar pantat ayam mesum!" Teriak Naruto lalu berlari.

Sasuke membeku di tempat. Wajahnya kosong melompong, benar-benar keluar dari karakternya yang biasa. Deidara menepuk bahu Sasuke sedikit simpatik. Tapi senyum mengejek Deidara ditambah kalimat Deidara selanjutnya sanggup membuat dirinya menjadi kesal.

"Ayo, Pantat Ayam Mesum, kenapa tidak kau kejar indukmu itu?"

"Aish, sial!" Sasuke menurut saja, tidak peduli kata-kata kurang ajar Deidara, yang penting sekarang dia kejar Naruto dulu. Dia harus menyelesaikan masalah mereka sekarang juga.

"Mereka bertingkah seperti remaja kasmaran, padahal sudah tua begitu," kata Deidara.

"Aaaah, cinta bisa membuat kita muda lagi! Aku jadi ingin jatuh cinta lagi!" Ino histeris.

"Ino Senpai, ingat suamimu dirumah," komentar Konohamaru.

"Apa itu berarti aku akan punya Papa Baru?" Kalau ini anime, maka ada latar bunga-bunga bermekaran yang menjadi background Menma.

"Semoga Sasuke-kun benar-benar bisa jadi Papanya Menma ya?" Kata Hinata sambil mensejajarkan diri dengan tinggi Menma. Tangannya mengusuk rambut hitam Menma.

"Um!" Menma mengangguk semangat.

Sementara mereka bersuka cita atas kejadian heboh nan drama tadi, mereka melupakan dua orang yang membeku di tempat. Patah hati sebab ternyata sang pujaan hati punya rasa dengan yang lain.

"Aku mau minum saja," kata Shikamaru lemas.

"Aku ikut," kata Sakura lesu.

.
.
.

Sasuke menemukan Naruto di pinggir pantai yang sepi. Duduk sambil memeluk lututnya. Matanya sembab dan merah, sepertinya habis menangis. Tidak perlu menjadi jenius untuk tahu penyebabnya. Pasti karena dirinya Naruto menangis. Ah, Sasuke jadi benar-benar menyesali tindakannya tadi. Harusnya ia bisa mengendalikan rasa cemburunya tadi.

"Maaf." Sasuke mengambil duduk di samping Naruto. Mereka duduk begitu dekat tapi Sasuke merasa jarak mereka begitu jauh. Sasuke tersenyum kecut. Sadar atas kesalahannya. Wajar saja Naruto jadi marah begini sebab Sasuke tadi menciumnya tanpa izin, mengklaimnya seenak jidat padahal mereka sudah bukan siapa-siapa lagi.

Hening panjang.

Ada jeda yang lama setelah permintaan maaf dilontarkan. Boro-boro ucapannya dibalas, menoleh ke arahnya saja tidak.  Sasuke menarik napas panjang sementara otaknya sibuk memilah kata-kata agar nanti tidak salah ucap lagi. Tapi nihil. Tidak ada kata yang mampu ia pikirkan selain kata maaf.

Napas dihela sekali lagi. Sasuke mendadak bodoh.

"Naruto, dengar, aku tau kau marah padaku. Harusnya aku tidak menciummu seperti tadi. Karenanya aku minta maaf." Sasuke terpaksa memaksa Naruto agar menatapnya.

Ibu satu anak itu menunduk, menggigit bibirnya. Air matanya menetes lagi. "Sasuke bodoh! Pantat ayam mesum! Apa maksudnya coba! Menciumku seperti tadi, berkata seperti tadi! Padahal ... padahal kau bukan siapa-siapaku!"

"Aku calon papa baru anakmu," jawab Sasuke kalem.

Naruto menatap sengit Sasuke. "Siapa bilang?!"

"Bocah itu sendiri yang bilang," kata Sasuke merapikan rambut pirang Naruto yang berantakan. "Dengar, aku sudah mengajakmu balikan sejak lama dan kau masih menggantungku hingga sekarang dan kau malah mempertanyakan status kita. Tidakkah kau merasa dirimu terlalu kejam?"

"Ma ... makanya itu karena kau masih kugantung kenapa seenaknya bicara begitu tadi!" Naruto tidak mau disalahkan.

Sasuke menarik dagu Naruto, membuat wajah mereka menjadi dekat. "Karena memang seharusnya begitu, Naruto."

"Aku sudah mengatakan kalau aku masih menyukaimu. Aku masih single. Punya pekerjaan tetap dan aku akan menerima dan menyayangi Menma seperti Putraku sendiri. Jadi apa yang membuatmu ragu?" Kata Sasuke , menumpahkan semua uneg-uneg yang lama terpendam.

"Banyak, Sasuke. Kau masih lajang, muda dan sedang dalam puncak karirmu. Menikahi janda anak satu sepertiku, apa kata orang?"

"Peduli setan. Aku yang akan menikah bukan mereka."

"Bagaimana dengan keluargamu? Apa dia bisa menerimaku dan Menma?" Naruto terlihat cemas.

"Jangan cemaskan keluargaku. Mereka bukan orang yang kolot," kata Sasuke.

Naruto mengigit bibirnya, masih ragu. "Lalu bagaimana dengan ... ayahnya Menma?"

Kening Sasuke mengernyit tidak suka. Ada cemburu yang kembali hadir. "Kalian sudah bercerai. Aku mencintaimu dan kau sudah single lagi. Jadi kenapa kau mencemaskan ayahnya si bocah?"

Naruto termenung. Dia masih ragu, tentu saja. Perceraiannya belum lama jadi wajar saja jika Naruto masih ragu dalam menjalin sebuah hubungan baru. Tapi ini Sasuke. Naruto sudah mengenalnya sejak masih mengenakan popok. Mereka teman dari kecil kemudian pacaran setelah remaja. Naruto yang paling tahu seberapa serius perasaan si bungsu Uchiha ini padanya, bahkan setelah sekian lama. Naruto tidak pernah meragukan perasaan si Uchiha.

Hanya saja pantaskah dirinya bersama dengan Sasuke?

"Kau yakin ingin bersamaku?" Tanya Naruto.

"Hn." Sasuke menggenggam tangan Naruto, mengecupnya mesra hingga membuat wanita pirang itu merona.

"Aku mencintaimu."

"Tapi aku dulu pernah pergi begitu saja darimu," kata Naruto, merasa bersalah.

"Itu dulu. Sekarang akan kupastikan kau tidak pernah pergi lagi dariku. Jadi, kembali padaku dan mari kita buat lembaran baru bersama Menma."

.
.
.

END.


HAPPY ENDING YAAA































Tapi boong 😂 belum selesai deng, masih ada lanjutannya di chptr depan :v

See u. Sampai jumpa di chptr selanjutnya . 😉😉😉😉😉

One More Happy Ending  (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang