11. Selesai

4.2K 465 29
                                    

"Jadi, untuk apa kau datang kemari?"

Naruto menyita perhatian dua pria dewasa yang sejak tadi saling pandang. Shisui cemberut lucu, sebal karena Naruto merusak suasana nostalgia dirinya dan Sasuke, sedang Sasuke mendesah penuh syukur karena aib masa kecilnya terselamatkan.

Eh, tapi bukan itu yang harusnya menjadi fokusnya sekarang! Sasuke menepuk-nepuk pipinya, berusaha menyadarkan diri. Dia melirik sengit pada Shisui yang masih menunjukan sikap kalem dan santai. Tanpa dijawab, Sasuke sudah tau sebenarnya tujuan Shisui kemari. Rujuk, tentu saja, memangnya apalagi. Dan Sasuke tidak akan mengalah begitu saja pada Shisui meski pria itu pernah menjadi kakak tersayangnya.

Ya ... Sasuke memang sudah mengingat Shisui, walau samar.

Shisui duduk tegap, wajahnya berubah serius dan mendadak menjadi beribawa dan tampan. Naruto masih menunggu Shisui bicara. Sasuke harap-harap cemas. Dan ketika Shisui buka mulut, tebakan Sasuke benar kembali.

"Aku mau rujuk."

Naruto tersenyum sinis. Tidak sepenuhnya kaget sebab sudah bisa menduga. Dia melipat tangannya, memandang sengit kepada mantan suaminya itu. "Kenapa kau begitu percaya diri?"

"Seorang pria harus percaya diri. Apalagi ini demi putranya," jawab Shisui lancar.

Naruto mendengus. "Sekarang baru deh bawa-bawa Menma, dulu kemana saja?"

"Dulu aku masih belum dewasa, belum berpikir secara matang, masih egois. Aku sudah sadar akan semua kesalahanku dulu. Aku ingin memperbaikinya."

Bagaimana Shisui bisa bicara setenang dan seyakin itu disaat diantara mereka ada Sasuke yang sejak tadi diam mendengarkan seluruh pembicaraan. Rahang Sasuke mengeras. Air mukanya seram. Sekali lihat Naruto tahu Sasuke sedang menahan emosi.

"Aku hargai niat baikmu itu, Kak. Tapi kau tau jika aku sudah punya kekasih baru kan? Bagaimana bisa kau tetap mengatakannya setelah tahu itu semua? Terlebih ada Sasuke di sini."

"Loh, memang kenapa?" Shisui menatap Naruto dan Sasuke bingung. "Bukannya bagus aku bilang secara terang-terangan? Aku hanya menyampaikan apa yang ada di hatiku saja. Aku sudah tahu kok kalian pacaran."

"Bagus kalau kau tahu. Kalau begitu buang saja harapanmu untuk rujuk. Naruto sudah jadi milikku," kata Sasuke, lugas.

"Kata siapa? Selama belum ada cincin dijari manis, masih ada kesempatan buatku," kata Shisui. Kalem.

Sasuke mendadak ingin cakar wajah orang.

"Kak, aku tidak bisa. Maaf. Aku sudah bersama Sasuke, jadi aku tidak bisa menerima ajakanmu untuk rujuk," kata Naruto, menolak halus.

"Dan aku akan melamar Naruto dalam waktu dekat ini," sambung Sasuke, sanggup membuat Naruto terlonjak sangking terkejutnya. "Jadi simpan saja keinginanmu itu dalam angan kosong."

Shisui, masih memasang sikap tenang. Ekspresinya masih seperti diawal. Tidak ada emosi marah, sebal atau kecewa. Malah ia mengulum senyum.

"Kalau kau menikah dengan Naru-chan, maka kau harus siap menerima buntutnya," kata Shisui.

"Tidak perlu diberitahu, aku sudah paham itu," jawab Sasuke dingin.

"Dia putraku dan Naru-chan. Darah daging kami. Kau tidak punya hubungan darah dengannya."

"Lalu hubungannya apa? Anaknya Naruto berarti anakku juga," sambung Sasuke tegas.

"Tapi Menma putraku," kata Shisui, kali ini terdengar lebih serius dan dingin. "Pikirkanlah, apa kau pikir sanggup menggantikan posisiku di hati Menma? Bagaimanapun Menma butuh ayah kandungnya. Kembalinya kedua orangtuanya jauh lebih bagus untuk perkembangan psikologisnya."

One More Happy Ending  (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang