Haiii, update malam ini guys ... makasih udah mau mampir baca 😊
Oh iya, saya mau menegaskan jika ada yang ngerasa atau mikir kok karakternya di sini pada OOC banget siiih dan semacamnya yaaa gimana yaa saya bilangnya, dari awal ini tuh memang fanfiction. Saya sudah kasih peringatan atau pemberitahuan di awal deskripsi cerita (kalau kalian baca) bahwa karakter di sini OOC, karena emang gampangnya ngomong saya hanya meminjam nama serta fisik dari Mas Masashi Kishimoto aja sementara ide cerita murni dari saya karena itu karakter tentu bisa OOC, sesuai kebutuhan alur. Jadi mohon maaf kalau disini karakter jadi OOC.
Terakhir, makasiiiih udah mau mampir dan selamat membaca 😊😊😊
.
.
.
.Naruto rebah di ranjang. Layar ponselnya menyala menampilkan pesan singkat dari aplikasi Line yang sudah masuk sejak tiga puluh lima menit yang lalu. Menggigit bibir, jantung Naruto berdebar tiap kali membaca ulang pesan tersebut. Berbagai pertanyaan berkecamuk di pikiran. Napas dihela. Naruto memutuskan untuk meletakan ponsel pintarnya di meja, menyimpannya tanpa membalas pesan tersebut.
Baru beberapa saat, ponselnya kembali berdering. Naruto tahu dia harusnya mengabaikan pesan tersebut, namun ada dorongan lain yang memaksanya untuk mengambil ponsel tersebut dan membaca Line-nya. Naruto menahan napas. tidak seperti Line pertama yang isinya berputar-putar tidak jelas, kali ini pesan Line yang dikirimkan diketik dengan kalimat singkat serta jelas dan tegas.
Baby, aku rindu kamu dan Menma, aku ingin ketemu.
Naruto mematung. Bingung. Bukan perkara mudah baginya untuk sekedar berbicara apalagi bertatap muka dengan sang mantan suami. Masih sakit hati. Meski ia tahu melarang Menma untuk bertemu dengan ayah kandungnya juga bukan hal yang baik. Menyerah akan ego, Naruto kembali membuka aplikasi Line yang sempat ia tutup, mencari kontak sang mantan suami lalu mengetik kalimat untuk dikirim.
Oke, akan kuantar Menma. Aku free besok. Kau di Jepang kan?
Sent.
Pesan terkirim. Tidak lama balasan langsung ia terima. Naruto membuka pesan dengan berdebar, dan bertambah berdebar setelah membacanya.
Iya. Aku di Jepang. Aku juga ingin bertemu denganmu, Baby ... aku ingin membicarakan sesuatu yang penting denganmu.
Naruto mempunyai firasat buruk akan ini. Ia mulai mengerti alur pembicaraannya. Meski begitu Naruto tidak bisa menolak. Ia paham jika ia menolak sekalipun pria itu akan tetap menemuinya dengan berbagai cara. Tipikal keras kepala yang tidak mau mendengarkan kata orang lain. Naruto mendesah lelah. Sebaris kalimat ia kirimkan untuk yang terakhir sebagai balasan.
Oke. Kita bertemu di tempat biasa besok siang.
.
.
.Itachi tidak lepas memperhatikan sang sahabat yang sedang tersenyum bak orang gila sembari menatap layar ponselnya. Itachi mengira bahwa sahabatnya itu sedang berkirim pesan dengan mantan istrinya itu. Apakah ada kabar baik? Bukan kabar bahwa mantan istrinya itu menerima ajakan rujuk kembali kan? Kalau benar maka itu akan jadi berita buruk untuk adik kesayangannya. Itachi sudah cukup menjadi korban kegalauan sang adik bertahun-tahun silam. Ia tidak ingin adiknya mengalami patah hati untuk kedua kalinya, pada orang yang sama lagi! Disisi lain ia juga ingin yang terbaik untuk sahabat yang sudah ia anggap sebagai kakak kandungnya itu. Ia ingin sahabatnya itu bisa kembali menjalin keluarga bahagia.
"Aaarrrgghh!"
Itachi mengacak rambutnya, frustasi. Dia ibarat makan buah simalakama. Apapun yang dipilihnya sama-sama berakhir pahit. Itachi bingung akan tindakannya, mau memihak siapa. Mungkin lebih baik ia netral saja. Dan pura-pura tidak tahu kalau sahabatnya dan adiknya kini terhubung dengan satu wanita yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Happy Ending (Lengkap)
FanfictionUchiha Sasuke,28 tahun, fotographer profesional yang tidak biasa mengekspresikan perasaannya, tanpa sengaja bertemu kembali dengan mantan kekasihnya, Uzumaki Naruto, diantara bunga sakura yang difotonya. Di bawah pohon Sakura yang mekar, Sasuke jatu...