Bab 13🍃

338 20 0
                                    

Mario mempercepat langkah kakinya saat ia mendengar keributan di dekat lorong kelasnya.

Ia yang bersama Pak Dharma, wali kelas sekaligus Wakil Kepala Sekolah di SMA itu baru saja selesai mengurus kelengkapan berkas kepindahan Mario-agar siswa itu bisa mengikuti ujian kenaikan kelas tanpa hambatan.

Namun pemandangan di depan Mario membuatnya terdiam. Ia bergegas mendekati tubuh Gisell yang terkulai lemah. Sedangkan Pak Dharma berusaha menenangkan kericuhan anak didiknya.

Padahal gadis itu pingsan namun tak ada satupun yang berniat menolongnya. Mereka malah menjadikannya sebagai bahan tontonan. Bahkan ada yang merekamnya dengan ponsel.

"Sel bangun!" Mario menepuk pelan pipi gadis itu. Namun tak ada pergerakan dari Gisell.

Badannya panas banget.

Mario baru saja angkat menggendong tubuh gadis itu, namun Sharena malah terlebih dahulu mengucapkan kalimat sinis.

"Dia paling cuma pura-pura, jangan ketipu. Lo liat bukti nyata di depan lo ini, biar lo tau siapa sebenernya Gisell itu." Sharena mengetuk-ngetukan tangannya ke arah mading.

Mario sekilas terlihat kaget saat melihat deretan foto yang dicetak dalam ukuran besar itu. Namun, ia mencoba mengatur kembali emosinya.

Ini bukan saat dimana ia mendahulukan rasa ingin tahunya.

"Lo cowoknya? Kalau iya, mending lo minta dia buat segera keluar baik-baik dari sekolah ini. Sebelum kita semua demo dia." Milani bahkan berani mengucapkan itu di depan Pak Dharma.

Mario menatap tajam gadis berkacamata yang ia tahu adalah Ketua OSIS di sekolah ini.

"Sebagai orang yang berpengaruh di sekolah ini, gue rasa hal pertama yang seharusnya lo lakuin adalah cari tau siapa yang nyebarin foto itu. Orang yang udah bikin rusuh sekolah ini."

Mario mengucapkannya tanpa memandang Milani, ia sudah berhasil menggendong Gisell dan kini berjalan perlahan melewati si ketua OSIS, Sharena bahkan Sintya.

"Karena setelah lo tau siapa orang yang bertanggung jawab atas keributan ini, baru lo bisa pastiin kebenaran di balik foto itu. Bukannya main hakim sendiri. Lo siswi, bukan preman pasar."

Kalimat tajam Mario membuat tiga gadis itu serempak menunduk. Milani yang tidak tahu menahu pun harus mengakui kalau ucapan Mario ada benarnya. Ia hanya tersulut emosi tadi.

Mario tak mempedulikan bisikan yang muncul dari orang-orang yang dilewatinya. Tujuannya sekarang hanya satu.

Membawa gadis itu ke UKS.

Untung saja ada petugas yang sedang berjaga disana. Dengan sigap, perempuan paruh baya itu membantu Mario merebahkan Gisell di ranjang.

"Dia baik-baik aja, dik. Dia juga sudah sadar dan sudah saya beri obat penurun panas."

Setelah beberapa menit, akhirnya penjaga itu memberikan kabar yang baik. Mario terlihat lega mendengar ucapan itu.

Mario, kalau Gisella sudah sadar, tolong minta dia ke ruangan saya.

Mario teringat ucapan terakhir Pak Dharma sesaat sebelum Gisell sadar. Namun ia urung untuk memberi tahu Gisell.

Dia suka jual diri, hamil, terus kemarin katanya dia ke Rumah Sakit. 

Dia beneran hamil?

Gue juga liat dia kemarin muntah-muntah di toilet.

Gila tuh cewek, keliatannya aja polos, ternyata liar juga!

Love UnconditionallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang