Bab 14🍃

357 24 2
                                    

Gisell mengetuk pelan pintu ruangan wali kelasnya yang sudah terbuka. Ia melirik sekilas ke arah Mario yang berada di sebelahnya. Ia terlihat ragu saat Pak Dharma mempersilahkannya masuk, namun meminta Mario untuk kembali ke kelasnya terlebih dahulu, sekaan ada hal penting yang ingin ia sampaikan.

"Duduk nak,"

Pak Dharma memperhatikan sekilas siswi terpintar di kelasnya ini. Awalnya ia kaget karena tiba-tiba menerima siswi yang notabenenya berasal dari kelas unggulan, namun dipindah ke kelas dengan peringkat paling bawah.

Hanya saja lama-lama ia mengerti mengapa para guru tak ingin menerima gadis itu sebagai anak didiknya.

Meskipun alasannya agar siswa lainnya tak mendapat pengaruh buruk-dan mereka tak mendapat cukup bukti untuk mengeluarkan Gisell, namun hal itu bukanlah sesuatu yang patut dibenarkan.

Tugas seorang guru adalah mendidik para siswa tanpa membeda-bedakannya.

Untuk itulah Pak Dharma sebisa mungkin bersikap netral selama ini, walaupun tadi ia mendapat 'kejutan' yang luar biasa dari anak didiknya.

"Gisell, sejujurnya Bapak kecewa dengan fakta yang baru Bapak lihat," Pak Dharma menghela nafas berat. Kedua jemarinya dikaitkan satu sama lain.

"Tapi Bapak tetap harus mengambil keputusan,"

Kalimat Pak Dharma membuat Gisell mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk. "Pak, tolong jangan keluarin saya."

Pak Dharma tak menjawab.

Gisell mengepalkan kedua tangannya, ia bangkit dari sofa dan berlutut di hadapan wali kelasnya itu. Pak Dharma terlihat kaget dengan tindakan siswinya.

"Pak, tolong kasi saya kesempatan sampai lulus SMA. Saya juga mau kuliah, mau cari kerja," Ucapnya memelas dengan bibir sedikit bergetar. Ia berusaha mengatur nafas yang sudah tak karuan.

"Bangun nak, Bapak tidak bilang akan mengeluarkan kamu hari ini,"

Tidak hari ini.

Gisell mencerna setiap kata yang baru ia dengar, entah ia harus merasa lega atau justru waspada.

"Jaga sikap kamu Gisell. Walaupun kamu berada di luar sekolah, selama kamu masih siswi disini, kamu tetap membawa nama baik sekolah. Tolong jangan membuat masalah sampai kamu benar-benar lulus. Tinggal sebentar lagi, jangan buat perjuanganmu 2 tahun lebih jadi sia-sia."

Gisell hanya mengangguk tanpa mampu berucap apapun. Selanjutnya Pak Dharma memintanya untuk kembali ke kelas. Namun sebelum gadis itu berhasil mencapai pintu keluar, Pak Dharma kembali mengucapkan satu hal.

"Apapun yang kamu lakukan, saya yakin ada alasan dibalik semua itu. Tapi jika hal itu salah dan alasan kamu hanya pembenaran, maka tolong berhenti."

***

"Kamu nungguin aku?" Gisell menutup pintu ruangan wali kelasnya dan mendapati Mario sedang berdiri-menyandarkan punggungnya di tembok.

"Gimana?" Balas Mario yang tak menjawab pertanyaan gadis itu.

Gisella tersenyum samar. "Gue selamet hari ini, nggak tau kalau besok,"

Mario merangkul pundak gadis itu dengan semangat. Ia senang karena isu Gisell akan dikeluarkan dari sekolah ternyata tidak benar.

Gisell menoleh ke arah samping-ke arah laki-laki yang kini tersenyum sumringah.

Untuk itu ia hanya bisa kembali tersenyum, namun kali ini lebih tercetak jelas di bibirnya.

Mario baru melepaskan rangkulannya saat mereka sudah memasuki kelas yang ternyata masih belum diisi guru. Awalnya siswa di kelas sibuk dengan aktivitas masing-masing. Namun saat mereka berdua memasuki kelas, suasana mendadak hening.

Love UnconditionallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang