Bab 4🍃

467 29 0
                                    

Gisell turun dari mobil yang menjemputnya dan memasuki lobi sebuah hotel bintang lima ternama di Ibukota.

Kaki jenjang gadis itu terlihat jelas dengan balutan dress yang mengikuti lekuk tubuhnya yang sempurna. Rambutnya tergerai panjang menutupi bagian punggungnya yang terbuka.

Belum lagi make up bernuansa nude yang digunakannya kali ini membuatnya terlihat lebih dewasa dan elegan.

"Lewat sini"

Pria berjas yang tadi menjemputnya menuntunnya ke lantai paling atas gedung hotel itu. Ruangan khusus yang hanya diperuntukkan untuk tamu VIP.

Suara ketukan high heels yang dikenakannya membuat pria didepannya terus menelan ludah. Ia tahu ia hanya berhadapan dengan seorang siswi SMA, hanya saja penampilan gadis ini berubah derastis hanya karena dandanan yang berbeda.

"Silahkan"

Pria itu membuka sedikit sebuah pintu ruangan yang diterangi lampu temaram.  Di ujung ruang kamar mewah itu terlihat seseorang sedang menghisap rokoknya sambil memandang ke arah balkon.

Pria yang mengantarnya tadi menunduk sekilas lalu menatap kepergian gadis itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

***

"Turunkan saya disini saja."

Pria yang mengantarnya langsung mengangguk tanpa membantah gadis itu. Karena ia tahu jika mereka turun tepat di depan kontrakan gadis itu, pasti banyak tetangga yang curiga.

Meskipun sebenarnya, kecurigaan itu sudah terbentuk lama saat salah satu tetangganya memergoki Gisell nyaris berciuman dengan pria yang lebih tua darinya. Itu terjadi setahun yang lalu, saat ia masih duduk di kelas X. Sehingga setiap ia pergi dan kembali ke kontrakannya, selalu ada tatapan sinis dan bisik-bisik menyudutkan dari mereka.

Gisell tak terlalu ambil pusing.

Sama halnya seperti teman di sekolahnya, ia tidak mau menghabiskan waktunya untuk mengklarifikasi hal yang tidak ada gunanya.

Terserah jika mereka semua menganggap ia murahan, BO, bahkan pelacur dan germo sekalipun, ia tak peduli.

Ia hidup bukan untuk mendengarkan kata-kata orang lain. Biarlah mereka menghinanya sepuas mungkin, toh mereka sendiri yang akan menanggungnya kelak.

Langkah gadis itu tiba-tiba terhenti karena beberapa sosok laki-laki yang sudah siap menghadang jalannya. Wajah mereka yang bengis tidak membuat nyali gadis itu menciut.

Bukan pertama kalinya ia melewati jalan kecil ini sendirian di malam hari, dan biasanya selalu aman-aman saja.

Mungkin kali ini ia hanya sedang sial.

Gerombolan laki-laki itu mulai mencoba mendekati dan meraih tangan gadis itu. Gisell ingin melewati mereka begitu saja, namun tangannya terlebih dahulu ditarik kasar hingga tubuhnya terhempas ke tanah. Ia meringis, namun tetap berusaha berdiri lagi.

Salah satu dari mereka mendekat dan merengkuh wajah gadis itu. Untung saja Gisell tipe gadis pemberani, tanpa banyak berpikir, ia langsung melayangkan sebuah tamparan keras ke wajah laki-laki itu.

Bisa dipastikan laki-laki itu marah dan balik menampar gadis itu. Gisell kembali terhuyung ke belakang, hampir ia menabrak tembok di belakang jika saja sebuah tangan tak menahan tubuhnya.

"Elo?"

Love UnconditionallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang