Bab 3🍃

494 27 0
                                    

"Sorry"

Mario mengatakannya dengan tulus. Ia tahu gerakan refleksnya tadi malah membuat gadis itu tidak nyaman. Ia tak sadar melakukan itu. Namun belum sempat ia bicara lagi, kerumunan siswi sudah memenuhi mejanya.

Mereka melempar senyum termanis untuk memikat siswa baru itu. Mereka juga memperkenalkan diri satu persatu hanya untuk mendapatkan sedikit perhatian dari Mario.

"Permisi"

Gisell menggendong ransel putihnya dan melewati kerumunan itu tanpa memperdulikan tatapan tak suka teman-temannya. Ia sedang ada 'janji', jadi mau tak mau ia harus ijin untuk jam pelajaran selanjutnya.

"Dia bolos?" Tanya Mario dengan polosnya.

"Iya lah. Udah sering itu mah. Lo pindah tempat duduk aja, jangan deket-deket sama bispak"

"Bispak?"

Sintya menutup mulutnya menahan tawa.

"Lo pura-pura nggak tau atau apa emang polos sih? Maksud gue cewek bookingan. Cewek yang bisa dipakai kapan aja asalkan dia dibayar. Gitu Rio." Ucapnya enteng tanpa merasa bahwa perkataannya itu terlalu sadis untuk diucapkan kepada sesama kaumnya.

"Panggil Mario" Ucapnya tiba-tiba dengan nada dingin yang membuat Sintya tergelak. Mario bahkan tak menanggapi ucapan buruk Sintya tentang teman sebangkunya.

"Oke, sorry Mario." Sintya dan siswi lainnya langsung menyingkir karena tiba-tiba Mario berdiri dan berjalan keluar kelas.

Ia memang tak ingin berlama-lama di meja itu dan memutuskan untuk pergi ke kantin, menikmati jam istirahatnya.

Saat ia berjalan ke kantin melewati tempat parkir sekolah, ia melihat siswi yang duduk di sebelahnya tadi menaiki sebuah mobil Alphard di ujung gerbang sekolah. Gadis itu bahkan dibukakan pintu oleh seorang pria yang mungkin umurnya sekitar 30 tahunan.

Cewek yang bisa dipakai kapan aja asalkan dia dibayar.

Tiba-tiba saja kalimat Sintya tadi berkelebat di benaknya. Ia menggeleng cepat, mengusir pikiran buruknya pada gadis yang baru saja dikenalnya.

Jika rumor itu salah, sudah jelas itu sangat merugikan gadis itu.

Namun, seandainya pun rumor itu benar adanya, Mario tak ingin ikut menghakimi gadis itu. Karena ia yakin, gadis itu pasti memiliki alasan tersendiri untuk semua hal yang ia lakukan.

#DariSayaSiPenulisPemula

Saya gak berekspektasi banyak untuk cerita ini, tapi saya berusaha menuangkan ide yang terlanjur muncul ke dalam bentuk cerita.

Semoga kalian menikmati ya😁

Love UnconditionallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang