Bab 18🍃

248 16 0
                                    

Tring..

Ponsel seluruh siswa di kelas Mario, tiba-tiba saja berbunyi serentak saat jam istirahat. Mereka langsung kompak membuka isi link tautan yang dibagikan ke aplikasi sejenis blog khusus untuk kelas mereka.

Sebuah tautan yang diunggah oleh username tanpa nama.

"Wah! Ini elo Vig?!"

"Seriusan ini elo?"

"Sama cewek itu?"

"Kok bisa?"

Keributan menggema di seluruh penjuru kelas, tak terkecuali di bangku milik Vigo. Si empunya nama hanya menatap layar ponselnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Mario pun tak tinggal diam. Ia sendiri juga melihat link berisikan video berdurasi 5 detik yang dengan jelas menampilkan sosok Vigo dan Gisell-dengan pakaiannya yang terbuka-masuk tergesa-gesa ke dalam mobil. Lalu video berakhir.

"Lo tidur sama dia, Vig? Pelacur kayak gini yang jadi se-"

Bukk!!

Pukulan itu tepat mengenai wajah salah satu siswa yang berani berkomentar tadi. Vigo menendang salah satu meja dan langsung pergi tanpa mengucapkan apapun-tanpa rasa bersalah karena telah membuat wajah salah satu teman sekelasnya bengkak.

"Woi! Bangunin tuh cewek sialan! Gara-gara dia, gue jadi apes!"

"Lo emang pantes dapetin itu. Kalau lo nggak mau kena hajar dua kali, mending lo keluar se-ka-rang." balas Mario dingin dengan penekanan di kata terakhirnya.

Melihat lawannya adalah Mario-pria yang badannya yang tak beda jauh dengan Vigo, nyali siswa itu jelas ciut. Ia langsung melengos pergi diikuti siswa-siswa lainnya. Meskipun makian masih bisa Mario dengar walau itu ditujukan bukan untuknya.

"Sell," Mario menggoyangkan sedikit pundak gadis yang masih terlihat tertidur.

"Gue denger."

"Dan?"

"Dan gue nggak peduli."

"Gue yang peduli. Lo gak bisa terus-terusan diem dan ngebiarin gosip itu terus berlanjut. Lo yang paling dirugiin, Sell," Mario terlihat frustasi mendengar Gisell dengan entengnya menjawab begitu.

Gisell mulai mengangkat wajahnya-bangun dari beberapa menit tidurnya diatas meja.

"Terus gue mesti gimana?" Ia berucap datar sambil memperbaiki kunciran rambutnya.

"Lo jelasin, biar mereka berhenti mikir yang nggak-nggak tentang lo."

"Dan setelah itu?"

"Lo kenapa sih Sell?" Mario kesal. Ia merasa Gisell 'menikmati' perannya yang selalu menjadi bahan cemooh orang-orang disini. Seolah ia sudah terbiasa dan tak ingin merubah apapun.

Gisell merebut ponsel Mario yang masih membuka link video kejadian Gisell dan Vigo semalam. Gadis itu melihatnya sambil tersenyum sinis.

"Lo percaya sama isi video ini?"

Mario menggeleng pelan. "Gue nggak percaya sama apa yang gue denger dan lihat dari orang lain. Gue akan percaya kalau lo sendiri yang bilang,"

Bibir Gisell tiba-tiba kaku. Ia tak mampu berucap apapun. Ia hanya menunduk-mencoba menahan agar air matanya tak jatuh lagi setelah sekian lama.

"Gue akan tunggu sampai lo siap cerita," ucap Mario lagi. Ia bahkan mengusap lembut puncak rambut Gisell.

"Lo tunggu disini," Mario terlihat berlari kecil keluar kelas.

Love UnconditionallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang