Dilema

1.5K 38 2
                                    

"Bahkan lo ga pernah hargai perjuangan gue"

                         ****

Seakan tidak terjadi apa apa padanya, gadis itu tetap melakukan aktivitasnya yang sudah ia lakukan selama setahun ini.

Kini gadis itu sudah berdiri di parkiran sekolahnya. tunjuannya hanya satu yaitu, menunggu kedatangan sang pujaan hati dan kemudian berjalan bersama memasuki kelasnya.

Saat asik asik mengkhayal tiba tiba dia mendengar suara derum motor yang sangat familiar untuknya. Buru buru dia menghampiri orang itu.

"Pagi marvel" sapanya dengan senyum manisnya yang sudah bertengger di bibirnya saat marvel memasuki gerbang sekolah.

Marvel tidak menjawab, bahkan pria itu berjalan melewati stefany.

Stefany tersenyum getir. Dia tidak boleh sedih, ini sudah sering terjadi pada dirinya. Tidak pernah dianggap!

Stefany berlari menyusul marvel yang sudah jauh di depan. Saat sudah berada di samping pria itu stefany mengatur nafasnya karna dia berlari sepanjang koridor. Setelah merasa baikan dia langsung memberikan kotak makan yang sejak tadi dia genggam.

"Nih, gue buatin makanan kesukaan lo"

Langkah marvel terhenti, tetapi dia tidak menoleh pada gadis di sampingnya.

"Ambil kek, masa selama setahun lo anggurin mulu bekal yang gue kasih" stefany berucap dengan nada lesu.

Marvel menoleh membuat gadis disampingnya itu gugup.
"Semoga di terima" rapalnya dalam hati.

Stefany melongo dengan mulut terbuka. Dia sangat sangat bahagia. Akhirnya.....
Sekian lama stefany memberikan bekal pada pria itu dan saat ini, detik ini juga marvel menerima pemberian nya. Senyumnya terus mengembang. Stefany mengekor dibelakang marvel, sejak tadi senyumnya tidak pernah luntur.

Hanya hitungan menit. Hanya sesaat senyum itu tercetak. Setelah itu hanya ada air mata, kesedihan, sakit. Senyumnya luntur, Dia tidak menyangka marvel akan melakukan ini. Pria itu membuang kotak bekal miliknya di tempat sampah tepat di depan matanya.

"Bahkan lo ga pernah hargai perjuangan gue"

                        ****
kantin saat ini ramai oleh manusia manusia kelaparan. stefany dan kedua sahabatnya sedang clingak clinguk mencari tempat dimana mereka akan menyantap makanannya. ruangan ini sangat sesak, bahkan sesekali stefany tersenggol beberapa murid yang sedang berdesak desakan. Mata stefany mengarah pada bangku kosong di pojok sana, tepat di sebelah......

Marvel!

"Tuh kosong" ucap devi dan langsung menarik tangan stefany dan rafika. Stefany hanya pasrah saat tangannya ditarik oleh devi. Kenapa harus bersebelaha dengan pria yang saat ini sedang ia hindari.

Langkah stefany memelan, mata mereka saling bertabrakan. Hanya sedetik, dan stefany langsung memutuskan kontak eyes mereka.

Stefany berjalan melewati marvel seakan kehadiran marvel tidak terlihat, membuat pria itu mengerutkan dahinya bingung. Ada apa dengan gadis itu?
Tidak biasanya stefany seperti itu pada dirinya. Biasanya saat gadis itu melihat dirinya maka stefany akan heboh sendiri, mencuri curi pandang padanya, bahkan menghampirinya dan berujung dengan stefany ditinggal pergi.

Tapi sekarang? Bahkan gadis itu.......  Aah bodoamat dengan gadis itu. Dia sama sekali tak peduli.

"Gue yang pesenin. Mau pesen apa" ucap rafika menawarkan diri.

"Bakso sama es teh"

Rafika mengangguk kemudian pandangannya beralih pada stefany yang saat ini melamun. Rafika menatap devi dengan alis terangkat seakan berbicara
"Kenapa tuh bocah?"

Devi yang tidak tau hanya mengedikkan bahunya.

"Woy stef! Bengong aja lu"

Stefany mengerjapkan matanya berkali kali.

"Apaan?"

"Lo mau pesen apa?"

"Samain aja"

Rafika menghembuskan nafas lalu beranjak untuk memesan pesanannya.

"Lo kenapa?" tanya devi

Stefany menggeleng "gapapa" ucapnya, kemudian gadis itu kembali melamun.

                         ****
Bel pulang sudah berbunyi dari 15 yang lalu. Biasanya saat bel berbunyi stefanylah yang akan menjadi orang pertama yang ngacir dari kelas. Tapi sekarang? Bahkan gadis itu masi terduduk di bangkunya.

"Tumben gak cepet cepet pulang. Biasanya udah ngilang" ucap rafika yang heran dengan tingkah sahabatnya saat ini. Sering melamun dan banyak diam.

"Lagi males aja" balasnya tak berminat.

Devi menghampiri stefany dan duduk di hadapannya dengan rafika yang mengekorinya dan duduk disamping stefany.

" lo lagi ada masalah?"
Devi sangat faham jika sahabatnya sudah seperti ini. Dia tau bahwa sahabatnya ini sedang ada masalah.

Stefany menggeleng.

"Kalo emang lo ada masalah cerita sama kita" ucapnya lagi yang langsung diangguki oleh rafika.

Lagi lagi stefany menggeleng membuat devi kehabisan akal agar sahabatnya mau bercerita.

"Lo nganggep kita apa sih?" ucapnya dengan meninggikam suaranya membuat stefany dan rafika tersentak kaget. Untung saja keadaam kelas saat ini sepi karna memang jam pulang sudah daritadi.

"Kalo emang lo nganggep kita sahabat seharusnya lo cerita ke kita" ucapnya lagi.

Stefany menghela nafas berat. Sebenarnya dia tidak mau kedua sahabatnya ini tau tentang perilaku marvel akhir akhir ini. Dengan berat hati stefany menceritakan semuanya kecuali saat dirinya dikatakan bitch!

"WHAT???"

Stefany langsung membekap mulut kedua sahabatnya ini. Devi langsung menepis tangan stefany yang bertengger di mulutnya.

Dia menatap tajam stefany membuat gadis itu bergidik ngeri.

"Saat ini juga lo harus jauhin marvel!"

Naaah, bener kan apa yang stefany bilang barusan. Sahabatnya itu akan melarang dirinya untuk mendekati marvel.

Stefany menggeleng "gue masi mau berjuang"

Mendengar jawaban stefany membuat devi naik pitam.

" HARUS BERAPA KALI GUE NASEHATIN LO? JAUHIN MARVEL!" suasana mencekam. Tak ada yanh bisa menhentikan kemarahan devi saat ini.

"...dia udah sering nyakitin lo dan gue gamau itu terjadi lagi" ucapnya lirih.

Hening! Semua sibuk dengan pikirannya masing masing. Memang dari dasarnya stefany seperti ini, keras kepala!

"Terserah lo! Gue uda capek nasehatin lo lagi"

Setelah mengatakan itu, devi langsung pergi meninggalkan kedua gadis yang saat ini termenung.

Rafika menepuk bahu stefany membuay sang empunya menoleh.

"Kali ini gue setuju sama devi. Semoga aja lo bisa milih keputusan yang terbaik"

"Gue cabut dulu" lanjutnya.

Rafika beranjak dari posisinya dan pergi meninggalkan stefany juga.

Apakah dia harus pergi?
Dia lelah tetapi hatinya seakan tak mau dia berhenti.
Saat ini dirinya dilema. Bagaimana ini? Masihkah dia menetap atau pergi saja?

Hy!!!
Kali ini aku up panjang nich😆 seneng gak? Seneng dong pasti😥

Gimana nih ceritanya? Mau dilanjut atau gak?
Kalo ada yang komen next baru aku lanjut😚

Btw cover ganti ganti mulu eww. Yang tau aplikasi buat edit cover biar bagus dan menarik kasi tau aku yaah. Pliis tolongin aku😔 *alay jjk😂

Marvel Ice BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang