hancur💔

1.7K 45 0
                                    


"Apa sesakit ini mencintai seseorang yang bahkan gamau akan kehadiran kita?"

                        ****

Sudah 1 tahun lebih stefany terus merecoki marvel, sudah sering pula dia mendapatkan makian dari marvel. Tetapi dia tetap teguh pada pendiriannya yaitu "bisa mendapatkan perhatian marvel bahkan mungkin lebih dari itu"

Sekarang dia duduk dibangku kelas 2, aah dia sudah menjadi kakak kelas.

Dia tak lagi duduk sebangku dengan marvel. Karna pria itu ngotot ingin pindah cepat meskipun dilarang keras oleh stefany. Tapi apa daya, dirinya bukan siapa siapa nya kan? Bukan pula orang istimewa bagi marvel. Jadi, buat apa marvel mau menurutinya?

Seperti biasa stefany dan kedua sahabatnya sudah nangkring di kantin. Suasana sepi karna saat ini bukanlah waktu istirahat, hanya beberapa siswa yang sedang menghilangkan dahaganya setelah selesai olahraga atau siswa yang sedang bolos pelajaran seperti dirinya.

"Ada kemajuan?" seketika lamunan mereka hilang setelah mendengar pertanyaan yg dilontarkan rafika.

Stefany mengangkat sebelah alisnya karna dia memang tidak mengerti apa yang ditanyakan rafika.

Rafika yang paham dengan ekspresi stefany yang sedang kebingungan memutar mata malas " kemajuan lo deketin marvel"

Stefany menggeleng lemah dengan raut wajah yang ditekuk "enggak"

Kedua sahabatnya menghela nafas.

"Sebaiknya lo mundur"
Sudah cukup devi sabar melihat sahabatnya seperti ini. Sering murung seakan hidupnya tak berguna lagi hanya karna pria brengsek itu.
Devi mengutuk atas tantangan yang diberikan rafika hingga membuat sahabatnya ini terjebak oleh permainan yang dilakukan mereka, aaah devi sungguh menyesal.

Stefany mendelik "nggak! Gue gamau mundur, setelah apa yang gue perjuangan dan sekarang dengan mudahnya lo nyuruh gue mundur? BIG NO!" setiap kata yang dilontarkan stefany penuh emosi. Dia tak habis pikir pada sahabatnya ini. Ada apa dengan dirinya? Kenapa dia meminta agar stefany mundur. Tidak! Stefany akan tetap berjuang selagi dia mampu. Biarkan waktu yang membuat dia berhenti berjuang.

"Udah setahun lo kek gini! Lo gak capek apa? Cukup stef! Gue ga mau lo kaya gini terus. Ini juga awalnya cuma tantangan, kenapa lo malah terjebak di permainan biadab itu"

Rafika menunduk, ini semua salahnya. Coba saja waktu itu dia tidak memberikan tantangan itu, pasti saat ini mereka baik baik saja.

"Cinta bisa datang dengan sendirinya saat kita terbiasa berada di sampingnya"

Stefany beranjak pergi meninggalkan kedua gadis itu yang saat ini emandangnya dengan tatapan bersalah.

                           ****

Bel pulang berbunyi. Semua siswa bersorak senang seperti mendapatkan uang sebesar 100 juta. Semua murid sedang berdesak desakan berubut siapa yang akan keluar terlebih dahulu. Saat semua siswa lebih menginginkan cepat pulang lain halnya dengan marvel yang duduk tenang dibangkunya dengan ponsel di genggamannya. Stefany tersenyum kemudian berjalan menghampiri pria itu.

"Hai" sapanya.

Marvel hanya melirik sekilas setelah itu pandangannya kembali pada ponselnya.

Stefany mendengus.
"Hellooow... Kok gue dicuekin sih"

Hening! Hanya angin yang membalas perkataan stefany. Gadis itu mendengus kesal.

"Ihh berasa ngomong sama patung" gumamnya.

Tidak, gadis ini bukan bergumam. Marvel saja bisa mendengar gumaman gadis itu dengan jelas. Merasa jengah marvel langsung berdiri dan meninggalkan kelas dengan langkah lebar.

"Mau kemana?" teriak stefany karna dia sudah tertinggal jauh. Buru buru dia berlari menyusul marvel. Merasa terabaikan gadis itu langsung berdiri tepat didepan marvel hingga membuat kepalanya membentur dada bidang pria itu.

Hening! Cukup lama mereka berada di zona nyaman itu hingga marvel tersadar. Marvel langsung mendorong tubuh stefany dengan keras hingga gadis itu tersungkur di lantai koridor.

Stefany meringis menahan sakit. Tangan dan lututnya berdarah.

"Bitch"

Stefany membeku. Baru kali ini marvel berbicara itu padanya. Rasanya dunianya hancur seketika. hatinya sakit, hancur berkeping keping. Kedua matanya berkaca kaca siap untuk menjatuhkan tangisnya.

Dia mendongak menatap pria yang saat ini menatapnya dengan tajam.

"Gue risih sama lo! Gue risih saat lo ngikuti gue mulu! Gue malu saat temen temen gue selalu goda gue. Mereka ngiranya gue pacaran sama cewe murahan kayak lo!"

Hatinya benar benar hancur mendengar apa yang diucapkan pria di depan nya ini.

" cihh, jangan harap gue jatuh cinta sama bitch kayak lo" setelah mengatakan itu marvel langsung pergi meninggalkan stefany yang saat ini menangis tersedu sedu. Hatinya benar benar sakit.

"Apa sesakit ini mencintai seseorang yang bahkan gamau akan kehadiran kita?"


Ihh greget deh sama marvel. Enaknya diapain nih si marvel?

Lanjut gak?

Marvel Ice BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang