3

342 259 154
                                    

"Cewek kalau ngambek maunya dikejar-kejar, dirayu, bukannya dicuekin"
- Laura Anastasya.

***

Dianta Mahesa, laki-laki super cuek dengan postur tubuh yang tinggi, kulit cokelat, berhidung mancung, dan memiliki senyuman pemikat para gadis.

Malam ini, di kamar kesayangannya, Dianta ditemani koleksi buku miliknya. Dianta adalah pencinta buku, meski tidak terlalu pintar di sekolah, namun pengetahuan umum Dianta sangat luas, waktu kosong selalu dihabiskan untuk membaca buku.

Untuk pertama kali, fokus membacanya hilang, nama Laras kembali hadir di ingatannya, rasa penasaran terhadap gadis itu kian bertambah setelah seharian tidak bertegur sapa di sekolah, rasanya sekarang dia ingin sekali mengetahui kabar gadisnya.

Namun niatnya diurungkan, karena pertengkaran yang sedang terjadi diantara mereka.
Disaat seperti ini, Dianta tau  siapa yang bisa membantu nya, ia meletakkan buku yang sedang dibaca, dan beralih pada benda pipih berwarnah hitam disampingnya,

Calling Laura.....

"Dimana?"

"Kenapa Ta?"

"Gue mau ke rumah"

"Sekarang Ta?"

"Iya"

Tuttt...

Dianta memutuskan sambungan teleponnya dengan sepihak, telepon genggamnya dimasukkan kedalam saku celana, kemudian dia bersiap-siap pergi ke rumah Laura dengan mengenakan jaket jeans yang biasa dipakai.

Setelah itu, Dianta bersama motornya menghilang meninggalkan sisa kebulan asap di pekarangan rumahnya.

***

Mengingat jarak antara rumahnya dengan Laura tidak jauh, tidak butuh waktu lama untuk Dianta tiba di rumah Laura.

*Calling Laura*

"Bukain pintu."

Tutttttt..

Laura geleng-geleng kepala melihat kelakuan Dianta yang selalu saja tidak mau mengetuk pintu atau berteriak memanggil namanya jika datang. Buru-buru ia menuruni satu persatu anak tangga rumahnya untuk membukakan pintu Dianta.

"Masuk Ta."

Tanpa disuruh duduk, Dianta sudah lebih dulu duduk di sofa berwarna ungu muda.

"Gue bikin minum dulu Ta''

"Gak usah."

"Seriusan?"

"Duduk sini."

Laura menarik nafasnya kasar, "Ada masalah Ta?"

"Laras marah sama gue."

"Masalahnya?"

"Gak tau, gak ngerti."

"Ya ditanya dong Dianta, kalau cuma diem aja gimana bisa ngerti."

"Gue udah tanya."

"Terus?"

"Gue dicuekin."

"Terus udah Ta sampe situ aja?"

"Apanya?"

"Usaha dong Dianta, usaha lebih. Masa dicuekin doang langsung nyerah gitu aja.''

"Cewek tuh kalo ngambek maunya dirayu, dikejar-kejar, bukannya dicuekin."

"Ya gue bingung."

"Lu bikin salah apa sebelumnya?"

"Ya mana gue tau."

"Aduh Dianta Mahesa, yaudah besok temuin Larasnya, ajak ngobrol, tanya ada apa."

"Gitu Ra?"

"Iya gitu Dianta Mahesa."

Dari jauh sana suara Diandra dan Vina sudah terdengar jelas sekali, mereka langsung saja menyelonong masuk kedalam rumah Laura

"Assalamualaikummmmmmm... Lauraaaaaa main yuuuuuu"

"Berisik," ketus Dianta.

"Lah kok ada Dianta?" tanya Diandra bingung.

Belum sempat menjawab, suara Wahyu dan Ifana sudah terdengar dari depan sana.

"Lauraaaaaaa."

"Masuk aja, pintunya tutup lagi dari luar," Diandra dan Vina tertawa bersama.

Laura pergi ke dapur untuk mengambil minuman lengkap dengan cemilannya.
Sedangkan Wahyu segera mencari posisi di samping Dianta.

"Kok lu disini Ta?"

"Lu juga ngapain disini?"

"Ah bodoamat Ta."

Laura kembali dengan membawa minuman dan cemilan yang dia ambil di dapur, dengan rasa penasarannya Vina dan Diandra menghujani pertanyaan pada Laura.

"Ra, si manusia batu ngapain ada disini?"

"Iya Ra, ngapain dia?"

"Kepo lu semua!" Dianta menyahut.

"Dih gue nanya Laura ya, bukan nanya lu," Diandra tidak mau kalah menyebalkannya dengan Dianta.

"Jangan dijawab Ra," pinta Dianta dingin.

"Ra cerita dong Raaaaa..." Vina masih saja berusaha mencari jawaban atas rasa penasarannya.

Pertanyaan itu terhenti ketika sebuah dering telfon berbunyi, suara itu berasal dari handphone Laura.

"Siapa Ra?" tanya Ifana.

"Ardi, gue angkat dulu ya," Laura beralih ke depan rumah untuk menjawab telfon dari Ardi.

I'm Lost (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang