"Perempuan paling gak bisa dibantah, maunya diturutin terus."
- Wahyu Alamsyah***
Mobil putih milik Dianta terparkir tepat di depan supermarket, remaja dengan berseragam abu-abu ini memasuki supermarket yang terdekat dari sekolah.
"Ra ambil troli nya satu aja, kita gabungin aja belanjaannya, biar yang bayar Dianta," perintah Diandra.
"Haha, lo yang bayar nih Ta? Oke lets shopping gaes," jawab Laura tanpa menunggu persetujuan Dianta.
Laura dan tiga wanita lainnya tertawa bahagia melihat Dianta yang pasrah dan sedikit mendengus kesal.
"Dasar cewek."
Wahyu menepuk-nepuk pundak Dianta sambil tertawa bahagia
"Yang tabah Ta, haha.""Eh Way! nih lo yang isi e-toll buat besok, sama isiin bensin mobil ya," Laura tersenyum jahil sambil memberikan kartu e-toll nya kepada Wahyu.
Wahyu memutar malas bola matanya, sudah pasti dia tidak akan bisa menolak permintaan teman wanitanya.
"Yang tabah," Dianta balik menepuk pundak wahyu.
"Haahahahahhahaha"
Keempat sahabat wanitanya tertawa puas, mereka berjalan meninggalkan dua laki-laki yang masih mematung di belakang.
"Apes," gumam Wahyu sambil menepuk jidatnya.
Berbeda dengan Wahyu, Dianta tidak memprotes apapun, dia justru berjalan mengikuti para wanita dan meninggalkan Wahyu yang masih belum menerima nasib seutuhnya.
"Woy Ta tungguin," Wahyu berlari kecil mensejajarkan langkahnya dengan Dianta.
"Cewek tuh emang gitu ya, udah mah kita suruh nemenin belanja, kita yang bayar, dan gak bisa dibantah juga. Kalau dibantah? wah bisa kelar hidup," oceh Wahyu.
Dianta yang berjalan santai dengan tangan yang dimasukkan kedalam jaket jeans miliknya hanya mengangkat bahunya acuh sambil tersenyum tipis tanpa melihat ke arah Wahyu.
Setelah hampir satu jam memilih-milih, mereka berjalan menuju kasir dengan troli yang sudah hampir penuh.
Dianta yang sadar akan banyaknya belanjaan hanya menggelengkan kepalanya, sedangkan tiga wanita disana melemparkan senyuman tak berdosa ke Dianta.
"Totalnya enam ratus ribu kak," Ucap petugas kasir.
Laura melirik Dianta khawatir, dia ingin memastikan uang Dianta aman dan tidak membuat mereka semua malu di sini.
Matanya mengintip dompet Dianta, hanya terlihat dua lembar uang seratus ribu, wajah Laura berubah panik, dia berbisik ke Dianta.
"Ta, lo bawa uang kan?" tanya Laura memastikan.
"Gak bawa."
"Terus ini gimana? Ta, plis jangan bikin kita malu."
"Nih mbak," Dianta memberikan kartu kreditnya kepada sang kasir.
"Huh alhamdulillah," Laura membuang nafas lega melihat belanjaan mereka telah selesai dibayar denga kartu kredit Dianta.
Lagi-lagi Wahyu dan Dianta harus mengambil alih untuk mengangkat barang belanjaan mereka ke dalam mobil.
Mobil melaju meninggalkan supermarket dan mulai memasuki komplek mereka, Vina dan Diandra turun lebih dulu karna rumah mereka memang berhadapan, disusul dengan Wahyu, Ifana, dan Laura paling akhir.
Setelah membantu Laura membawa belanjaan mereka ke dalam rumah, Dianta melesat pergi, kembali ke rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Lost (REVISI)
Teen FictionPerihal kehilangan, aku, kamu, kita dan siapapun tidak akan pernah mampu mengendalikan. Kamu, aku, dan kita akan meninggalkan dan ditinggalkan. Kehilangan jelas menyakitkan. Yang kita bisa hanya merelakan. Tidak perduli seberapa kuat kamu menyayang...