"Mana ada sih cewek yang suka dicuekin."
-Laura Anastasya***
Setelah menghabiskan sabtu dan minggunya di Bandung, malam ini Laura merasa lelah, ia baru saja tiba di rumahnya satu jam yang lalu. Wangi shampo strawberry semerbak di kamarnya, itu shampo kesukaan Laura, hobinya setelah habis keramas adalah menyiumi rambutnya sendiri, dihirupnya dalam-dalam dan setelah itu dia tersenyum senang, selalu saja begitu.
Hari menunjukkan pukul sembilan malam, ia berusaha memejamkan mata, namun tak kunjung bisa, padahal matanya sudah mengantuk berat. Diraihnya ponsel miliknya di nakas, ia membuka aplikasi line dan menampakan sebuah pesan dari Ardi
Ardi
Selamat istirahat Ra, sleep tight.
Laura tersenyum membaca pesan Ardi, dengan cepat jari lentiknya menekan tombol panggilan di sudut kanan atas, namun sayang yang ditunggu tak kunjung menjawab panggilan.
"Mungkin udah tidur," gumam Laura.
Jari Laura kembali berseluncur lincah di smartphonenya, ia menemukan kontak Dianta dan menelfonnya. Tidak butuh lama, panggilanya sudah terhubung dengan Dianta.
"Kenapa Ra?""Ta, ga ngantuk?"
"Kenapa emang?"
"Lo ga kepengen cerita sama gue?"
"Cerita apa?"
"Lo punya utang cerita hubungan lo sama Laras."
"Gue capek Ra, besok aja gue ke rumah lo balik sekolah."
"Bener ya Ta?"
"Iya."
"Yaudah tidur Ta."
Tuuutt..
Panggilan terputus, Laura mendengus sebal, Dianta selalu saja mengakhiri panggilan dengan tidak sopan.
Mata Laura mulai terasa berat, ia memutuskan tidur sekarang juga.***
Sesuai perkataan Dianta semalam, Laura menagih janjinya, bel pulang sekolah telah berbunyi lima menit yang lalu. Gadis itu sudah berdiri menunggu Dianta di depan kelasnya, begitu matanya menangkap sosok Dianta yang keluar dari kelas, ia segera menarik tangan Dianta cepat.
"Apa sih Ra.""Hayuk cepetan kita ke rumah gue."
"Nanti dulu, tungguin yang lain."
"Udah kita duluan aja, hayuk buruan," Laura terus menarik Dianta untuk menuruni anak tangga.
Mau tidak mau Dianta menuruti Laura, ia berjalan menuju parkiran mengambil motornya dan pergi meninggalkan sekolah menuju rumah Laura.
Di perjalanan, mereka hanya diam tidak ada pembicaraan.
Dianta mengendarai dengan kecepatan tinggi, hingga akhirnya mereka sudah tiba di rumah Laura.
"Ayo Ta masuk!""Gue ganti baju dulu yaa, lo mau minum apa?"
"Nanti aja gampang."
"Oke, bentar ya Ta," Laura berlari meninggalkan Dianta menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Tiba di kamar, Laura meletakkan tas dan baju sekolahnya, ia menggantinya dengan kaos pendek berwarna cream dan celana santai selutut yang sering ia kenakan. Ia segera turun dan ke dapur untuk mengambil minum dan cemilan untuk Dianta.
"Diminum Ta," Laura meletakan di meja dan ia duduk sebelah Dianta.
"Makasih Ra."
"Gimana Ta?"
"Apa?"
"Nyebelin deh lo, masih nanya aja. Lo kenapa ga cerita sama gue?"
"Lo sibuk sama Ardi," jleb perkataan Dianta menohok Laura.
"Maaf Ta," jawab Laura murung.
"Gue udah putus."
"Dia bilang apa?"
"Dia udah ga bisa lanjutin lagi katanya."
"Alasannya?"
"Dia ga tahan sama sikap gue."
"Lo ga coba tahan? Maksud gue diobrolin lagi."
"Dia buru-buru langsung cabut."
"Setelah itu lo ga kontek dia?"
"Gak."
Hening, pembicaraan terjeda. Laura bingung ingin bagaimana sekarang.
"Gue sayang dia Ra," tiba-tiba suara Dianta mengagetkan Laura.
"Masih?"
"Iya."
"Mau balikan?"
"Emang bisa?"
"Kita coba aja dulu."
"Kalo gak bisa?"
"Ya lo move on."
"Huh pusing Ra," Dianta mengacak rambutnya frustasi.
"Nanti coba gue bantu sebisa gue."
"Gue jelek ya Ra?"
"Gila temen gue yg cakep gini jelek darimana, siapa coba yang ga tertarik sama Dianta Mahesa. Tapi sayang sih."
"Kenapa?"
"Lo cuek banget sih Ta, gue aja kesel. Pasti si Laras juga ga tahan sama lo lah."
"Emang gue cuek banget?"
"I think yes."
"Gue harus gimana?"
"Berubah lah, mana ada sih cewe yang suka dicuekin."
"Gue coba Ra."
"Nah gitu dong."
Setelah percakapan tentang hubungan Dianta dengan Laras, mereka beralih ke percakapan lain, sampai2 jam sudah menunjukan pukul empat sore dan Dianta tertidur di sofa Laura.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Lost (REVISI)
Teen FictionPerihal kehilangan, aku, kamu, kita dan siapapun tidak akan pernah mampu mengendalikan. Kamu, aku, dan kita akan meninggalkan dan ditinggalkan. Kehilangan jelas menyakitkan. Yang kita bisa hanya merelakan. Tidak perduli seberapa kuat kamu menyayang...